Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Simak, 4 Kriteria Penyusunan Modul Ajar Sekolah Penggerak

22 Maret 2024   04:11 Diperbarui: 22 Maret 2024   04:11 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penyusunan Modul Ajar (sumber dokpri hasil AI)

Tanpa terasa tahun ajaran 2023 / 2024 tinggal tersisa waktu sekitar setengah semester lagi 'plus' terpotong bulan puasa Ramadan, ini artinya pihak sekolah dan para guru sudah harus bersiap-siap merencanakan kembali untuk menyusun standar modul ajar sekolah penggerak sebagai acuan dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Kebanyakan pihak sekolah dan para guru ketika 'kepepet' waktu, maka proses pembuatan modul ajar dan RPP menjadi kegiatan 'copas' meniru dari tahun yang lalu. Jika terjadi demikian, maka spirit 'sekolah penggerak' hanyalah pepesan kosong belaka, karena tidak ada peningkatan dalam pembelajaran kepada peserta didik, karena semangat sekolah penggerak pada prinsipnya adalah penyesuian secara berkelanjutan dengan dinamika potensi sekolah dan peserta didik.

Maka dari itu, jauh-jauh dari sekarang kita pahami dulu apa saja kriteria-kriteria dasar dalam menyusun Modul Ajar Sekolah Penggerak yang diberikan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, karena hal tersebut adalah landasan utama atau kerangka berpikir dari satuan pendidikan ketika akan membuat modul ajar. Lalu apa saja kriterianya, berikut keempat kriteria tersebut yang dilansir dari Kemdikbud dalam Paparan Program Sekolah Penggerak, berikut penjelasannya yang dapat saya berikan.

Esensial

Modul ajar harus mempunyai sifat esensial, hal ini memiliki arti bahwa setiap peserta didik diberikan pemahaman konsep dasar dari setiap mata pelajaran yang mereka terima, dengan didasari melalui pengalaman peserta didik dalam pembelajaran dan lintas disiplin.

Esensial bermakna dalam penyusunan modul tersebut harus dimulai dengan inti konsep dasar ilmu yang akan diajarkan, bukan berorientasi pada bahwa peserta didik sekedar harus bisa menjawab soal-soal semata, tetapi berorientasi pada konsep pemahaman dari materi yang diajarkan. Konsep pemahaman mendapat porsi besar dalam penyusunannya, bertujuan agar supaya peserta didik benar-benar paham esensi materi, bukan sekedar 'hanya bisa'.

Untuk menemukan hal tersebut maka data historis pembelajaran para peserta dapat menjadi landasan utama untuk menyusunnya. Penyusun bisa memilah bagian-bagian mana yang dirasakan kurang efektif dalam pembelajaran dan poin-poin apa saja di dalam prakteknya bisa memaksimalkan potensi peserta didik.

Menarik dan Bermakna

Setiap satuan pendidikan dimungkinkan untuk merancang modul ajar yang tidak monoton dan tak membosankan, namun  harus  dipastikan tetap memiliki makna di dalamnya. Modul ajar yang menarik bagi peserta didik  dapat menumbuhkan minat untuk belajar lebih optimal.

Pengajar perlu melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Makna keterlibatan tersebut sangat berhubungan dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah diberikan sebelumnya berdasarkan data historis yang ada. Hingga akhirnya proses pembelajaran dirasakan tidak begitu kompleks atau membingungkan bagi peserta didik.

Tugas utama guru adalah harus bisa menangkap hal-hal yang menarik bagi peserta didik namun memiliki keterkaitan tentang apa yang mau diajarkan, sehingga diharapkan mereka akan jauh lebih mudah menangkap tentang materi yang diberikan, karena sejak awal sudah memunculkan ketertarikan rasa ingin tahu.

Kontekstual dan Relevan

Modul ajar yang dinilai ideal adalah yang dimana penyusunannya dilakukan secara relevan dan kontekstual. Hal ini memiliki arti dimana modul tersebut berhubungan langsung dengan pengalaman sebelumnya yang dialami peserta didik. Tetapi, pengetahuan yang dimaksud dalam hal ini diperoleh sesuai dengan konteks tempat dan waktu peserta didik.

Dalam penyusunannya, satuan pendidikan bisa melihat jati diri falsafah pengajarannya, sebagai contoh ada sekolah yang berlandaskan fokus pada aspek keagamaan, maka tetap juga diberi ruang seluas-luasnya menyesuaikan konsep agamanya. Namun, standar yang diberikan oleh kedinasan, harus menjadi acuan utamanya, sementara pengembangannya tiap satuan pendidikan bisa bebas menyesuaikan konteks sekolah yang bersangkutan.

Sementara relevan memiliki arti dimana, satuan pendidikan harus bisa juga melihat perkembangan tuntutan jaman dan tantangan yang dihadapi para peserta didik. Sekolah harus selalu meng-update apa-apa saja yang bisa dimasukkan dalam modul ajar, sehingga para peserta didik dapat berkembang menjadi insan yang menghadapi tantangan di jamannya.

Berkesinambungan

Setiap satuan pendidikan memiliki kemandirian menyusun modul ajar dengan strategi yang dirancangnya sendiri. Tetapi, modul yang disusun harus memiliki pola yang berkesinambungan. Hal ini memiliki arti bahwa modul memiliki keterkaitan alur kegiatan pembelajaran sesuai fase belajar yang akan dijalani peserta didik.

Penyusun harus jeli melihat perkembangan fase belajar peserta didik pada setiap jenjangnya, dimana harus dipastikan mampu melihat kesesuaian kemampuan umum menurut usia para peserta didik, karena terkadang materi kurikulum yang diberikan oleh Kemendikbud, bisa saja kurang sesuai dengan kemampuan berpikir peserta didik, maka disini pihak penyusun bisa menyesuaikan sesuai dengan kondisi yang ada.

Kemudian yang menjadi catatan adalah bagaimana pola penyusunannya harus berkesinambungan serta berketerkaitan dalam setiap fase tumbuh kembang peserta didik. Sehingga dapat menghasilkan modul ajar yang sangat memperhatikan hal-hal kritis tumbuh kembang peserta didik baik motorik maupun kognitif.

Penyusunan Modul Ajar Sekolah Penggerak menjadi tonggak awal berhasil atau tidaknya pembelajaran dalam satuan pendidikan, maka dari itu kriteria seperti esensial, menarik dan bermakna,  kontekstual dan relevan serta berkesinambungan harus menjadi prinsip di dalam penyusunannya. Semoga Bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun