Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Kultum Ramadan di Masjid Kampung sebagai Ajang Pencarian Penceramah Lokal

18 Maret 2024   04:07 Diperbarui: 31 Maret 2024   20:40 1677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ceramah. (Don Unsplash/Raka Dwi Wicaksana via intisari.grid.id)

Anda bisa melihat beberapa referensi beberapa dai' yang mengisi kultum, Anda belajar bagaimana seorang penceramah mengatur ritme bicaranya yang runut dalam waktu yang sangat singkat, tetapi pesan yang disampaikan bisa didapatkan oleh jemaah.

Anda bisa melihatnya di platform Youtube atau sosial media lainnya yang berisikan tentang kultum, sehingga hal tersebut bisa menjadi cermin bagi Anda bagaimana seharusnya kultum disampaikan ke khalayak jemaah.

Namun bagaimanapun, Anda harus menjadi diri sendiri, Anda tidak harus menjadi orang lain dalam hal public speaking seperti kultum. Review kultum orang lain hanya sebatas mengambil apa saja yang kiranya bisa anda aplikasikan sesuai kemampun bicara Anda, seperti intonasi, repetisi, artikulasi dan lainnya. 

Dalam praktiknya, para pengisi kultum memang mempunyai ciri khasnya masing-masing, ada yang berapi-api, ada yang kalem, ada yang lucu, tetapi yang terpenting Anda harus menjadi diri sendiri dan tidak grogi, apalagi jemaahnya mungkin adalah tetangga atau teman Anda, jadi tentunya lebih nyaman dalam menyampaikannya.

Bahasa Kultum Sesuai Audience

Dalam ilmu public speaking adalah sangat penting untuk mengetahui terlebih dahulu audience atau para jemaahnya. Tentunya akan berbeda akan gaya bahasa yang dipakai, apabila anda mengisi kultum di masjid kampung sendiri dengan masjid suatu instansi.

Jika Anda mengisi kultum di suatu tempat yang segmented seperti tarawih tempat kantor atau instansi, maka gaya bahasa yang dipakai jauh lebih formal, sementara apabila di masjid kampung sendiri, maka gaya bahasanya jauh lebih santai atau bahkan memakai bahasa daerah agar membuat jemaah merasa nyaman.

Pada intinya hindari bahasa-bahasa ambigu, SARA atau ungkapan berlebihan pada suatu masalah, apalagi dalam jemaah tarawih masjid kampung, tentunya banyak anak-anak yang hadir, maka sebisa mungkin gaya bahasa yang digunakan sesimpel mungkin, agar materi yang disampaikan bisa diterima oleh jemaah.

Semangat dakwah harus membara pada setiap insan muslim, apalagi momen Ramadan telah tiba, maka dari itu kultum tarawih atau kultum Subuh pada sepanjang bulan Ramadan, harus bisa dimanfaatkan oleh takmir masjid setempat untuk menggali potensi penceramah lokal. Semoga Bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun