Namanya terlihat aneh, tidak seperti kebanyakan nama-nama orang Indonesia pada umumnya, dan memang semasa hidupnya, beliau kerap dikenal 'orang aneh' oleh orang-orang sekitarnya, karena perjuangannya dalam bidang pendidikan yang bisa dibilang anti-mainstream dan tidak seperti pada umumnya. Namanya Lendo Novo.
Namanya terdiri dua kata yang diambil dari bahasa Portugis, yaitu 'Lendo' yang artinya  'membaca' dan Novo yang artinya 'Baru', jadi jika ditafsirkan namanya memiliki makna seorang yang suka belajar hal-hal yang baru, dan memang selama hidupnya beliau mendedikasikan diri dalam merintis Sekolah Alam  di Indonesia, yang memang sangat baru dalam dunia pendidikan kita.
Beliau lebih banyak dikenal sebagai pendiri sekolah alam pertama di Indonesia pada tahun 1998 di Ciganjur, hingga akhirnya kini sekolah alam sudah banyak menyebar di seluruh Indonesia, adalah Jaringan Sekolah Alam Nasional (JSAN) sebagai wadah silaturahmi sekolah alam se Indonesia mencatat kurang lebih sudah ada 250 sekolah alam yang berdiri di Indonesia.
Sayang, beliau sempat melihat perkembangan sekolah alam yang mulai pesat akhir-akhir ini, karena pada tahun 2021, beliau dipanggil menghadap yang kuasa, akibat penyakit jantung yang dideritanya.
Saya secara pribadi, sudah lama ingin menulis artikel tentang beliau, mengingat saya juga berkecimpung sebagai fasilitator guru di sekolah alam. Namun, greget menulis tentang beliau, muncul ketika momen bertemu langsung dengan istri almarhum yaitu ibu Jusrijanah dalam suatu momen acara Pelatihan Guru Mujahid yang diselenggarakan oleh JSAN Regio 9 Jawa Tengah dan DIY pada tanggal 1-3 Maret 2024 di Karangpandan, Kab Karangnyar, Jawa Tengah, dimana beliau hadir sebagai pemateri yang banyak menceritakan perjuangan mendiang suaminya susah payah mendirikan sekolah alam sekaligus membantu membentuk jaringan sekolah alam yang ada di Indonesia.
Banyak informasi dari ibu Jusrijanah tentang mendiang suaminya yang jarang saya temukan dari sumber-sumber di Internet, seperti panggilan akrab dari rekan-rekan mendiang kepada beliau yaitu 'bang Lendo', lalu juga kisah dimana beliau juga pernah dipenjara di zaman orde baru, karena pernah jadi aktivis yang kerap demonstrasi ketika masih mahasiswa.
Baiklah, mari kita mulai kisah Bang Lendo yang inspiratif yang saya rangkum dari berbagai sumber serta penuturan langsung dari ibu Jusrijanah, istri mendiang.
Latar Belakang
Bang Lendo lahir pada 6 November 1964, keluarganya berasal dari daerah Pariaman, Sumatera Barat. Dikisahkan bang Lendo berasal dari keluarga cukup berada, dimana sang ayah adalah pejabat Bank Indonesia dan ibunya adalah pedagang yang sukses.Â
Masa kecilnya diceritakan bahwa ia sangat aktif bergerak, dan kemudian hari ketika dewasa, sebenarnya beliau didiagnosa AD HD, atau bahasa umumnya adalah anak yang hiperaktif dan sulit fokus, dan agak sulit diterima di sekolah, namun beliau mengaku walau sewaktu kecil sangat aktif, tetapi ia sangat menggilai membaca buku, pengalaman masa kecil inilah yang kelak menjadi inspirasi baginya untuk membuat sekolah yang bisa mengakomodir semua jenis keunikan anak.
Berkaitan dengan karakter hiperaktifnya, Lendo Novo kecil sangat akrab dengan hukuman dari orang tuanya yang memandangnya sebagai anak nakal. Sehingga sang ayah pun memberikan didikan dengan keras kepada beliau. Walaupun demikian, Bang Lendo  menyatakan didikan sang ayah justru memberi pengaruh besar dalam perjalanan hidupnya.Â
Sewaktu kecil beliau lebih dekat dengan sang nenek, sosok yang menjadi penjaga dan pembela kala mendapat hukuman sang ayah. Lendo kecil bahkan tidur bersama nenek hingga berumur 10 tahun. Dalam bimbingan neneknya, Lendo kecil ditempa ketegasan dalam kepemimpinan, yang memacu dirinya untuk berjuang keras dalam meraih sesuatu.
Ketertarikan Bang Lendo pada dunia pendidikan sudah terlihat saat masih berusia sekolah dasar. Ia lebih suka bermain dengan anak-anak yang lebih dewasa. Ia betah berlama-lama berdiskusi dengan orang-orang yang sudah memiliki pemikiran matang. Kebiasaan itu lama kelamaan membentuk pemikirannya lebih dewasa dan visioner.
Aktivis Mahasiswa
Pada saat masa perkuliahan di ITB, banyak pengalaman yang beliau torehkan seperti memiliki catatan kepemimpinan seperti Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan PATRA ITB, Sekretaris Jenderal Forum Ketua Himpunan Jurusan ITB (Sekjen FKHJ), Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan PATRA ITB, Ketua Komisi Pendidikan FKHJ ITB, Ketua Umum Yayasan Alam, dan Ketua Dewan Pengurus Perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil
 Pada masa tersebut ia pun terjun ke dalam dunia aktivis, dikisahkan pada tahun 1989 ia dituding aktor unjuk rasa mahasiswa saat eks Menteri Dalam Negeri jaman Orba, Rudini, berkunjung ke ITB. Pada akhirnya aksi demonstrasi itu berujung tragis, ia dibui 7 bulan bersama 10 orang mahasiswa ITB lainnya.
Di hotel prodeo, Â bang Lendo justru menemukan gagasan penting. Ia ingin berkontribusi membangun negerinya melalui jalur pendidikan. Ia meyakini seluruh bangsa di dunia memulai kebangkitan melalui jalur pendidikan. Setelah cukup lama memikiran konsep pendidikan, ia menemukan konsep pendidikan dari surah Al-Baqarah ayat 30, bahwa manusia diciptakan di muka bumi sebagai khalifah (pemimpin atau pengatur). Dari ayat itu, ia merancang kurikulum ideal yang melahirkan pemimpin.
Kurikulum itu mencakup empat pilar yakni pilar Akhlak Mulia (cara manusia bertakwa kepada Allah Ta'ala), Logika (cara tunduk makhluk selain manusia --flora dan fauna- kepada Allah Ta'ala, kepemimpinan (cara menjadi pemimpin) dan bisnis (cara mencari rejeki halal barokah)
Bang Lendo mengejawantahkan konsep tersebut dengan nama Sekolah Alam. Ia memiliki keyakinan bahwa setiap proses penciptan alam semesta, Allah selalu mengajak manusia untuk mentadabburi alam untuk lebih mengenal-Nya. Misi Sekolah Alam adalah untuk memperbaiki akhlak manusia agar mengasihi sesama dan ramah terhadap lingkungan.
Mendirikan Sekolah Alam
Setelah keluar dari penjara, ia menjalankan konsep tersebut dengan mendirikan TK Salman di bukit Awi Ligar, Bandung di sebuah rumah tipe 70. Ia mendidikan anak usia dini dengan metode baru buah pikirannya. Tak lama setelah berdirinya TK Salman, pegiat pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia datang berguru kepadanya.Â
Namun, mereka mengeluhkan dana yang cukup besar untuk mewujudkan konsep sekolah seperti TK Salman. Paradigma sekolah berkualitas selalu mahal tentu mematikan harapan masyarakat kelas bawah yang juga ingin mendapatkan kualitas pendidikan yang baik.
Bang Lendo pun bersikeras ingin mengubah paradigma itu menjadi sekolah berkualitas untuk semua. Proses dalam mencapai cita-cita itu memang tak mudah, panjang dan berliku. Ia terus memperbaharui konsep Sekolah Alam yang berkualitas untuk semua kalangan. Langkah awal yang ia lakukan adalah merekrut guru terbaik, mengembangkan metode belajar-mengajar yang tepat, dan menyediakan buku-buku berkualitas.
Hingga akhirnya Pada 1998, Bang Lendo berhasil  mendirikan Sekolah Alam yang dicita-citakan selama ini, kini sekolah tersebut bernama Sekolah Citra Alam di Ciganjur, Jakarta Selatan, dengan menempati lahan seluas 7.800 meter persegi.Â
Pada saat itu, kondisi sekolahnya cukup anti-mainstream dengan sekolah-sekolah konvensional lainnya, menurut penuturan ibu Jusjrijanah, pada awal pembukaan, sangat sepi peminat, dikarenakan infrastruktur hanya berbentuk saung tradisional dan hamparan lapangan rumput, sedangkan mindset masyarakat pada saat itu terstigma sekolah konvensional dengan bangunan permanen.
Namun seiring berjalannya waktu, orang tua peminat sekolah alam terus meningkat dari tahun ke tahun, dan Bang Lendo turut membidani berdirinya beberapa sekolah alam di berbagai tempat, hingga akhirnya pada tahun 2011, keberadaan sekolah alam di Indonesia semakin terlegitimasi, dengan terbentuknya Jaringan Sekolah Alam Nasional (JSAN) yang menaungi seluruh sekolah alam di Indonesia.
Bang Lendo juga dikenal sebagai social entrepreneur, beliau memiliki catatan yang mumpuni sebagai konsultan, project manager pengembangan industri, advisor program pengembangan industri, konsultan perencanaan kerjasama pembinaan industri untuk kepentingan UKM, serta perencana berbagai program mulai dari regional hingga level internasional.Â
Adapula prestasi yang pernah diraih oleh Sekolah Alam di antaranya, Kid Smart IBM World Program, Ashoka Fellowship, The Global Leading Association of Leading Social Entrepreneurs, dan Membership Montage Indonesia British Council
Namun, pada usia 57 tahun, tepatnya pada tahun 2011, beliau harus berpulang ke Rahmatullah,meninggalkan seorang istri dan empat anak. Sungguh hal ini tentunya sangat membuat bersedih bagi para pejuang sekolah alam yang sedang dalam tahap membangun pondasi, kehilangan sosok sang perintis. Walau demikian, semangat dari Bang Lendo terus menyala abadi diantara seluruh leader, fasilitator, guru-guru sekolah alam di seluruh nusantara untuk membangun peradaban dari api perjuangan yang bernama pendidikan. Semoga Bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H