Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Humoris Itu Wajib Hukumnya

2 Maret 2024   05:06 Diperbarui: 29 Maret 2024   07:22 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- guru humoris akan membawa suasana belajar menjadi menyenangkan. (Dok Freepik)

Suatu kali anak saya memberitahukan kepada saya, bahwa ada murid di sekolahnya adalah murid pindahan dari sekolah di mana saya mengajar, murid tersebut pindah karena alasan pindah domisili. 

Anak saya pun menjelaskan bahwa murid tersebut mengungkapkan kepada anak saya, bahwa ia kangen dengan pak Satria, ia menyatakan pak Satria itu lucu dan menyenangkan.

Secara administrasi saya tidak mengajar murid tersebut dalam pengajaran di kelas reguler. Tapi saya sering membersamainya dalam kelas pengembangan diri atau ekskul.

Jadi ketika saya mendengar cerita anak saya tentang 'curhat' murid pindahan tersebut, saya menjadi terharu dan tergugah sebagai orang guru, ternyata pengajaran saya dapat membuat kesan mendalam bagi murid, walau tatap mukanya tak begitu intensif, mengingat saya tidak punya latar belakang sebagai pendidik.

Namun yang menggelitik saya adalah kesan yang didapat murid tersebut adalah perangai saya yang dinilai humoris dan menyenangkan. Saya tidak bisa menilai diri sendiri, tapi justru saya menilai diri saya sebenarnya sosok yang agak jaim serius, namun murid-murid justru menilai sebaiknya.

Mungkin saja, ketika seseorang terpanggil menjadi seorang pengajar, sosok alam bawah sadar kita seperti pikiran out of the box keluar begitu saja mengalahkan sosok 'serius' kita, mirip-mirip pelawak, konon pelawak kondang Sule dikenal sosok yang serius dalam keseharian, tetapi ketika perform melawak, dia seolah menjadi sosok yang sangat berbeda yaitu mampu mengeluarkan jokes jokes brilian.

Ilustrasi Guru Humoris (sumber : Brillio.net)
Ilustrasi Guru Humoris (sumber : Brillio.net)

Entah mengapa, ketika bertemu para murid, kebanyakan para guru menjadi kepribadian yang berbeda, di mana dia akan lepas melepaskan segala yang melekat pada dirinya, terpanggil untuk menjadi role model bagi para peserta didik, dia akan lupa sejenak masalah-masalah kehidupannya, dan dengan humor bersama para muridnya, koneksi batin diantara keduanya mengalir saling mengisi hanyut dalam pembelajaran yang efektif.

Seorang ahli pedagogi Sheinowitz dalam bukunya Humour and Education (1996), menjelaskan bahwa pendidik bisa menggunakan 2 metode pendekatan humor dalam pembelajaran yaitu yang pertama Planned Humour, artinya sistem humor yang sudah direncanakan oleh guru dalam pembelajaran, seperti membuat karikatur, lagu lucu, video lucu dan lainnya. Lalu yang kedua Unplanned Humour, artinya humor yang tidak direncanakan, spontan begitu saja dikeluarkan oleh kemahiran guru dalam melihat situasi kelas, seperti permainan kata, gestur tubuh lucu,dan lainnya.

Berikut ada empat manfaat di mana guru wajib menyelipkan humor di dalam metode pembelajarannya.

Mencairkan suasana

Saya sering sekali memakai permainan kata ala Cak Lontong ketika menjelaskan suatu materi, dan anak-anak sangat menyukainya. Tawa mereka selalu pecah, ketika saya memakai analogi permainan kata yang lucu, sehingga membuat suasana kelas menjadi lebih cair.

Sudah tidak zamannya lagi kondisi kelas konvensional yang tegang atau kesan guru "killer" dalam pembelajaran zaman sekarang. Untuk menjadi guru yang dihormati, tidak harus menjadi guru yang terkesan galak dengan intonasi garang, karena kunci sukses guru menjadi terhormat, bukan karena kondisi kelas yang tenang senyap, tetapi justru sang guru mampu menghidupkan suasana kelas yang hiruk pikuk membahas materi secara mendalam.

Meningkatkan Gairah Belajar

Ada kasus, salah satu orangtua wali murid saya, dia sangat sering membuat status WhatsApp tentang bagaimana sang anak sangat betah di sekolahnya, dengan alasan gurunya lucu-lucu, mengingat sang anak adalah murid pindahan dari sekolah lain, karena di sekolah sebelumnya, dia tidak bisa menyesuaikan kondisi pembelajarannya.

Hal ini dikarenakan dia mempunyai gangguan disleksia, namun dengan pendekatan jokes-jokes yang saya berikan, dia menjadi sangat senang di dalam kelas, hingga menambah gairah belajarnya, dan satu catatan, dia adalah murid yang pertama kali di setiap paginya memeluk saya erat, jika saya sudah datang di sekolah.

Kisah tersebut adalah contoh di mana situasi kelas yang ceria dengan humor-humor segar, membuat para peserta didik selalu perhatian dalam pembelajaran, mereka menjadi bergairah untuk terus mendengarkan penjelasan materi dari guru dan bahkan tanpa sungkan-sungkan melakukan feedback terhadap ulasan yang diberikan.

Memudahkan Pemahaman Pembelajaran

Jika kita kadang mendengar ceramah atau tausiah dari ustad atau ulama, jujur saya lebih paham dengan penceramah yang sering menyelipkan jokes ketimbang penceramah yang terlalu serius ketika menyampaikan tausiah.

Hal itu sangat wajar, karena terkadang dalam humor, justru logika berpikir kita lebih mudah untuk menangkap apa yang ingin diserap.

Sebagai contoh, dalam menjelaskan pelajaran matematika, sang guru terkadang bisa menggunakan metode menyanyi dengan nada unik dan lirik lucu memggunakan angka atau rumus matematika, sehingga akan memudahkan para murid memahami pelajaran dengan cara jenaka.

Kedekatan Emosional

Sebagaimana kasus 2 murid yang jelaskan dalam artikel ini, hal yang dapat diambil adalah bagaimana situasi kelas yang menggembirakan dengan humor-humor dari sang guru, maka akan membuat kedekatan emosional mendalam bagi para murid. Jujur hingga kini saya hanya bisa mengingat nama-nama guru saya yang dikenal humoris ketika mengajar.

Ada salah satu guru senior berkata, kebahagiaan guru itu bukan dari keberhasilan dari para muridnya yang jadi pejabat tinggi atau orang sukses, tetapi ketika ada seorang dewasa dari kejauhan menyapa sang guru, kemudian mencium tangan sang guru, dan ia berkata "Bu Guru, masih ingat saya ..??", itulah kebahagiaan yang tak terkira dari para guru, diingat selalu oleh alumni murid-muridnya karena kehangatan, keceriaan dan keikhlasan dari sang guru.

Menjadi guru yang humoris tidak harus menjadi guru yang bermental pelawak, pengajar harus tahu momen kapan harus tegas dan kapan harus menjadi pribadi humoris, pembelajaran yang menceriakan akan menciptakan pribadi-pribadi yang kelak akan menceriakan lingkungannya. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun