Suatu kali anak saya memberitahukan kepada saya, bahwa ada murid di sekolahnya adalah murid pindahan dari sekolah di mana saya mengajar, murid tersebut pindah karena alasan pindah domisili.Â
Anak saya pun menjelaskan bahwa murid tersebut mengungkapkan kepada anak saya, bahwa ia kangen dengan pak Satria, ia menyatakan pak Satria itu lucu dan menyenangkan.
Secara administrasi saya tidak mengajar murid tersebut dalam pengajaran di kelas reguler. Tapi saya sering membersamainya dalam kelas pengembangan diri atau ekskul.
Jadi ketika saya mendengar cerita anak saya tentang 'curhat' murid pindahan tersebut, saya menjadi terharu dan tergugah sebagai orang guru, ternyata pengajaran saya dapat membuat kesan mendalam bagi murid, walau tatap mukanya tak begitu intensif, mengingat saya tidak punya latar belakang sebagai pendidik.
Namun yang menggelitik saya adalah kesan yang didapat murid tersebut adalah perangai saya yang dinilai humoris dan menyenangkan. Saya tidak bisa menilai diri sendiri, tapi justru saya menilai diri saya sebenarnya sosok yang agak jaim serius, namun murid-murid justru menilai sebaiknya.
Mungkin saja, ketika seseorang terpanggil menjadi seorang pengajar, sosok alam bawah sadar kita seperti pikiran out of the box keluar begitu saja mengalahkan sosok 'serius' kita, mirip-mirip pelawak, konon pelawak kondang Sule dikenal sosok yang serius dalam keseharian, tetapi ketika perform melawak, dia seolah menjadi sosok yang sangat berbeda yaitu mampu mengeluarkan jokes jokes brilian.
Entah mengapa, ketika bertemu para murid, kebanyakan para guru menjadi kepribadian yang berbeda, di mana dia akan lepas melepaskan segala yang melekat pada dirinya, terpanggil untuk menjadi role model bagi para peserta didik, dia akan lupa sejenak masalah-masalah kehidupannya, dan dengan humor bersama para muridnya, koneksi batin diantara keduanya mengalir saling mengisi hanyut dalam pembelajaran yang efektif.
Seorang ahli pedagogi Sheinowitz dalam bukunya Humour and Education (1996), menjelaskan bahwa pendidik bisa menggunakan 2 metode pendekatan humor dalam pembelajaran yaitu yang pertama Planned Humour, artinya sistem humor yang sudah direncanakan oleh guru dalam pembelajaran, seperti membuat karikatur, lagu lucu, video lucu dan lainnya. Lalu yang kedua Unplanned Humour, artinya humor yang tidak direncanakan, spontan begitu saja dikeluarkan oleh kemahiran guru dalam melihat situasi kelas, seperti permainan kata, gestur tubuh lucu,dan lainnya.
Berikut ada empat manfaat di mana guru wajib menyelipkan humor di dalam metode pembelajarannya.