Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Upaya NU Bertranformasi Organisasi: Harlah NU ke 101

31 Januari 2024   05:07 Diperbarui: 31 Januari 2024   05:10 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tokoh NU (sumber : PWNU Sumatera Utara)

Kebetulan saya mempunyai teman dekat pengurus PCNU, dan saya melihat untuk pelatihan kader boleh dibilang sudah cukup solid, progresif dan berkesinambungan. Kebanyakan pengurus diisi oleh anak-anak muda yang penuh semangat serta penuh daya kritis. Hal ini agak berbeda beberapa dekade lalu, dimana kepengurusan NU di daerah seolah ter-stereotype agak kurang progresif, udik dan hanya diisi oleh tetua atau simbah yang menunggu masjid kampung.

Ketahanan Keuangan

Dalam poin ini Gus Yahya menuturkan, "Kita harus membangun satu ketahanan keuangan. Kita punya kapasitas keuangan independen suistanable. Kapasitas keuangan mandiri yang tidak bergantung pada orang lain, tapi lumintu berkesinambungan jangka panjang," katanya. NU saat ini sedang mengupayakan pengembangan kapasitas finansial itu. "Mudah-mudahan pertengahan tahun ini kita punya sesuatu yang bisa kita andalkan," lanjutnya.

Dalam hal ini, jujur saya agak kurang paham, elemen apakah di dalam NU yang perlu di-independenkan keuangannya. Duduk perkaranya adalah dimana NU adalah ormas, dan sistem keuangannya adalah dari para keanggotaannya, kemudian apa yang harus di-independenkan.

Ada banyak rumah sakit, sekolah , ponpes dan fasilitas umum lainnya yang terafiliasi dengan NU, artinya secara global, ormas ini sudah cukup kuat secara finansial berkesinambungan.

Mungkin yang dimaksud oleh Gus Yahya, untuk skala internal kepengurusan diperlukan lagi pemetaan yang jelas dari semua komponen finansial yang membangun NU, artinya perlu ada konsorsium bersama dari semua elemen baik pengurus inti dengan non-pengurus yang bergerak pada bidang pelayanan masyarakat tentang roadmap keuangan inklusif pada NU.

Aktivisme Baru

Pada poin keempat, Gus Yahya juga menyampaikan perlunya model aktivisme baru guna mengukuhkan kehadiran NU dalam kehidupan masyarakat.

"Tidak hanya menjadi pernyataan di media massa atau pengajian umum saja. Dakwah berguna nyata membawa kemaslahatan. Ini perlu dilakukan di dalam dan luar negeri," kata Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

Untuk poin ini, sebenarnya sudah dilakukan NU semenjak awal didirikan, dimana sejarah awal didirikannya adalah upaya kelompok Islam Tradisionis yang merupakan mainstream NU ketika bersaing dengan kelompok Islam Literalis yang digawangi Muhammadiyah dan Persis dalam hal dakwah ke masyarakat akar rumput.

Sehingga hal tersebut menuntut NU untuk selalu mengikuti dinamika perkembangan masyarakat pada setiap jamannya. Mungkin hal inilah salah satu yang membuat ormas ini menjadi langgeng dan dapat diterima oleh masyarakat luas.

Banyak orang mengira NU dan Muhammadiyah saling bermusuhan, namun sebenarnya tidaklah demikian pada akar rumputnya. Perbedaan hanya dalam hal sudut pandang khilafiyah saja, padahal founding fathernya KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan pernah berguru pada guru yang sama dan di saat yang sama yaitu Kiai Saleh Darat di Semarang dan Syech Khatib Al Minangkabawi di Mekah.

Kapasitas Organisasi

Terakhir, Gus Yahya juga menyebut perlunya pengembangan kapasitas organisasi dalam mengarungi dinamika perubahan yang semakin cepat lajunya. "Kita perlu kapasitas untuk mengikuti laju. antisipasi masa depan yang semakin menekan, makin cepat, tidak bisa leha-leha," ujarnya.
Untuk hal ini, saya kira perlu dipertajam lagi tentang kapasitas organisasi itu sendiri. Mungkin yang dimaksud Gus Yahya adalah perlu ada tambahan struktural di dalam kepengurusan, yang mencoba menjawab isu-isu terbaru di dalam masyarakat. Isu-isu terkini seperti LGBT, Artificial Intellegence, dan lainnya, memang perlu menjadi perhatian bagi ormas sebesar NU untuk menanganinya, sebagai wujud dimana ulama juga peduli akan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun