Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Menyikapi Vokalis Bermodal Artificial Intelligence (AI) Voice Generator

26 Januari 2024   05:09 Diperbarui: 28 Januari 2024   14:28 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggunaan AI Voice Generator untuk mengganti suara penyanyi yang lagi ramai di media sosial.(KOMPAS.com/Zulfikar Hardiansyah)

Dalam kasus lain, pihak label dari artis rapper Eminem, UMG mengeluarkan tuntutan hak cipta atas video YouTube yang menampilkan Eminem sedang nge-rap tentang 'kucing', padahal Eminem sendiri tak pernah merekam lagu tersebut, dan sang kreator tersebut sama sekali tak mencantum keterangan vokal tersebut dihasilkan lewat teknologi AI.

Di Indonesia sendiri, belum ditemukan kasus yang menonjol, namun bukan tidak mungkin, bisa muncul kasus yang bakalan heboh, dan perlu penanganan hukum yang serius.

Beberapa waktu lalu kita dikejutkan dengan video almarhum Presiden Soeharto yang tampak 'hidup' kembali, dimana beliau menarasikan tentang pesan menjelang Pilpres dan suara vokalnya benar-benar mirip aslinya, padahal suara tersebut hasil dari teknologi AI.

Menurut saya pribadi, harusnya hal ini ada penegakan hukumnya, mungkin dikarenakan 'pesan' yang disampaikan dalam video masih aman-aman saja, jadi tidak ada tuntutan hukum dari beberapa pihak. Tetapi mungkin bisa saja ada tuntutan hukum , apabila suara vokal beliau digunakan untuk pesan-pesan negatif.

Saran hematnya, perlu dibuat landasan hukum yang kuat tentang suara vokal berteknologi AI, dimana dalam aturan tersebut, apa saja yang diperbolehkan dan apa saja yang memang tidak diperbolehkan di dalam mereplikasi suara vokal tokoh atau artis terkenal.

Utamakan Karya Vokalis Asli

Sebisa mungkin hingga ke depannya, suara manusia asli tetap menjadi pilihan utama dalam sebuah karya musik. Jangan sampai suara replikasi dari teknologi AI mendapatkan ruang yang besar di dalam industri musik. 

Hal ini kembali lagi kepada filosofi bahwa vowel suara manusia adalah anugerah terbesar yang diberikan oleh Tuhan, dikarenakan makhluk lain di bumi selain manusia, tidak bisa berbicara dan bernyanyi dengan vowel ala manusia.

Sebagai contoh, ada kasus di Indonesia, dimana ada artis yang di dalam rekaman lagunya, dia mampu bernyanyi dengan nada oktaf tinggi, namun ketika live performance, dia tak pernah menampilkan nada oktaf tingginya seperti dalam rekaman. Besar kemungkinan, saya menilai suara vokal dalam rekaman diedit habis-habisan agar bisa mencapai nada yang tinggi, sekali lagi kejujuran menjadi modal utama sebagai musisi.

Mereplikasi suara vokal tokoh atau artis terkenal dalam sebuah lagu yang tak pernah dinyanyikan oleh mereka sebelumnya adalah studi kasus yang harus segera dibahas serius, sebelum nantinya akan muncul kasus yang menghebohkan dan merugikan beberapa pihak. Oleh karena itu, disarankan para musisi-musisi yang sekarang duduk di parlemen kiranya bisa membahas hal ini pada komisi bidang seni, sehingga industri musik tetap berjalan pada koridor yang jujur akan hasil karyanya. Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun