Berbeda halnya dengan karya musik yang menitikberatkan menggunakan suara vokal palsu 100 persen pada sepanjang lagunya, dan kini mulai agak jamak terjadi. Mereka mencari rejeki dengan memanfaatkan kepalsuan kemampuan tarik suara. Disinilah yang perlu dikritisi dan perlu dibenahi.
Lalu apa saja yang kiranya perlu dievaluasi dalam hal para kreator vokalis berteknologi AI? Berikut kiranya beberapa poin yang bisa dilakukan.
Kreator Harus Jujur
Para kreator harus jujur akan spesifikasi hasil karya musiknya, jika memang teknik vokal dalam karyanya menggunakan AI Voice Generator, maka pada judul dan deskripsinya harus dicantumkan bahwa memang vokal yang dihasilkan adalah bukan murni suara asli manusia, melainkan hasil olahan dari teknologi AI.
Dengan demikian, maka para penikmatnya pun menjadi tahu dan mengerti akan kejujuran hasil karya yang dihasilkan kreator AI, sehingga mereka pun teredukasi mana hasil karya 'mesin' dan yang mana hasil karya asli jerih payah dari makhluk berintelegensia tinggi yang bernama manusia.
Perizinan
Saya kurang tahu, apakah para youtuber atau konten kreator yang 'mencatut' suara scream melengking Matt Shadows pada lagu-lagu Indonesia sudah meminta izin kepada yang bersangkutan.Â
Sebaiknya para konten kreator sudah sepatutnya meminta izin kepada si pemilik asli suara vokal.Â
Pada kasus The Beatles, bukan menjadi masalah, karena walau John Lennon sudah meninggal, tetapi Paul McCartney masih mempunyai hak untuk memakai 'jasa' vokal mendiang rekannya.
Hal ini menjadi penting karena merupakan bentuk penghargaan kepada pemilik audio vokal asli sang penyanyi.Â
Berbeda halnya jika suatu karya lagu, memakai jenis suara buatan yang 'dirasa' bukan milik orang lain, sang kreator pun harus jujur bahwa suara vokal yang dihasilkan bukan murni suara manusia, karena bisa saja di kemudian hari, banyak orang yang menilai suara vokal tersebut milik artis lain.
Penegakan Hukum
Untuk masalah kasus mereplikasi suara artis ternyata sudah jamak terjadi, di Amerika Serikat, bahkan ada stasiun radio yang ternyata kedapatan mewawancarai artis-artis musik terkenal, namun ternyata suara-suara artis tersebut adalah suara palsu buatan AI, namun hal tersebut masih dipertimbangkan untuk masalah penegakan hukumnya.