Pak Guru jelaskan kepada para muridnya, bahwa jalan menuju sukses harus melalui proses darah dan air mata.
Tapi sang Murid menyangkal, bahwa ada yang bisa jadi orang nomor satu karena warisan Ayahnya.
Pak Guru menerangkan kelak di suatu masa pada muridnya, kesejahteraan guru akan mulai diperhatikan untuk pendidikan yang lebih baik.
Tapi Sang Murid menyangkal, bahwa ada pemimpin bangsa yang berjanji mau menaikkan gaji guru, tapi dia tak pernah melakukan sebelumnya kepada guru-guru di kampung halamannya.
Pak Guru mengajarkan bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik harus pandai berbicara retorika di depan publik.
Tapi Sang murid menyangkal, bahwa ada pemimpin yang hanya pintar bicara saja, tapi prestasi biasa saja.
Pak Guru memberikan petuah kepada para muridnya, agar selalu menghormati orang yang lebih dituakan.
Tapi Sang Murid menyangkal, bahwa ada pemimpin yang mbalelo dengan orang tuanya, bahkan menentangnya, tapi tetap masih bisa memimpin.
Pak Guru menerangkan untuk menjadi pemimpin hebat kepada para muridnya, dia harus melek hukum.
Tapi Sang Murid menyangkal, bahwa ada pemimpin yang pandai menutupi segala macam aib dengan embel-embel ‘Hukum’
Pak Guru menjelaskan kepada para muridnya, bahwa pemimpin itu ibarat Padi, semakin berisi maka akan semakin merunduk.
Tapi Sang  Murid menyangkal, ada pemimpin yang makin tua, makin suka joget-jogetan jika dikritik.
Tak ada yang tersisa lagi untuk diajarkan, semua percuma, yang ada doa-doa dari para guru dari  seluruh negeri agar para muridnya menjadi pemimpin yang sebenar-benarnya ‘pemimpin’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H