Mohon tunggu...
Satria Hadi Wijaya
Satria Hadi Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Sistem Informasi di UIN Jakarta

Seorang mahasiswa baru di prodi Sistem Informasi UIN Jakarta yang menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Problematika Penggunaan Teknologi di Perguruan Tinggi Islam: Apakah Literasi Digital Sudah Cukup?

1 November 2024   18:54 Diperbarui: 1 November 2024   19:08 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Teknologi digital semakin mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan tinggi. Perguruan Tinggi Islam juga mulai memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran, manajemen akademik, dan riset. Penggunaan teknologi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan lulusan yang siap bersaing di tingkat global.

Namun, penerapan teknologi di Perguruan Tinggi Islam tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah literasi digital. Literasi digital mengacu pada kemampuan menggunakan. perangkat teknologi dan internet secara efektif serta memahami dampak etis dari penggunaannya. Literasi ini sangat penting untuk memastikan teknologi dapat dimanfaatkan dengan baik di lingkungan akademik. Selain itu, Perguruan Tinggi Islam menghadapi tantangan tambahan, yaitu menyelaraskan teknologi dengan nilai-nilai Islam. Penggunaan teknologi harus dipandu oleh prinsip-prinsip etika dan moral Islam, sehingga implementasinya tidak hanya mengutamakan efisiensi, tetapi juga tanggung jawab sosial dan religius.

Oleh karena itu, penting untuk mempertanyakan apakah literasi digital sudah cukup untuk menghadapi tantangan ini. Apakah hanya dengan memiliki keterampilan teknis, Perguruan Tinggi Islam mampu memaksimalkan penggunaan teknologi, atau ada kebutuhan akan pendekatan yang lebih luas, termasuk integrasi nilai-nilai Islam dalam konteks teknologi?

Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan teknologi digital secara efektif. Keterampilan ini mencakup penggunaan perangkat digital, seperti komputer dan smartphone, serta berpikir kritis terhadap informasi yang ditemukan di internet. Di perguruan tinggi, literasi digital menjadi penting untuk mendukung proses pembelajaran dan pengembangan akademik (Ribble, 2015).

Di Perguruan Tinggi Islam, literasi digital memiliki konteks yang unik. Selain keterampilan teknis, literasi ini harus mencerminkan nilai-nilai Islam. Ini berarti etika dalam mengakses dan menyebarkan informasi harus menjadi perhatian utama. Penggunaan teknologi seharusnya mendukung pendidikan dan pengembangan karakter sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Ruang lingkup literasi digital di Perguruan Tinggi Islam dapat dibagi menjadi tiga aspek. Pertama, keterampilan teknis, seperti mengoperasikan perangkat keras dan lunak. Kedua, keterampilan kognitif, yang mencakup evaluasi kredibilitas informasi digital. Ketiga, keterampilan etis dan religius, di mana penggunaan teknologi harus selaras dengan nilai-nilai Islam.

Namun, tantangan dalam literasi digital cukup signifikan. Tidak semua mahasiswa dan dosen memiliki tingkat literasi digital yang sama, terutama di daerah yang kurang terpapar teknologi. Kesenjangan antara pemahaman teknologi dan nilai-nilai agama memerlukan pendekatan menyeluruh untuk mengintegrasikan keduanya secara harmonis.

Meskipun literasi digital menjadi semakin penting di Perguruan Tinggi Islam, masih terdapat sejumlah tantangan yang harus diatasi untuk meningkatkannya. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan keterampilan teknologi antara dosen dan mahasiswa. Banyak dosen yang mungkin tidak memiliki keterampilan teknologi yang memadai, sehingga kesulitan dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat menghambat pengembangan literasi digital di kalangan mahasiswa.

Tantangan lainnya adalah kurangnya infrastruktur teknologi yang memadai. Di beberapa Perguruan Tinggi Islam, terutama yang berada di daerah terpencil, akses terhadap perangkat keras dan koneksi internet yang baik masih sangat terbatas. Keterbatasan ini mengakibatkan mahasiswa tidak dapat mengakses sumber daya digital yang diperlukan untuk meningkatkan literasi digital mereka.

Akhirnya, kurangnya pelatihan dan dukungan untuk pengembangan keterampilan digital juga merupakan tantangan besar. Banyak perguruan tinggi belum menyediakan program pelatihan yang memadai bagi dosen dan mahasiswa untuk meningkatkan literasi digital mereka. Tanpa pelatihan yang memadai, akan sulit untuk memastikan bahwa semua pihak dapat menggunakan teknologi secara efektif dan bertanggung jawab.

Meningkatkan literasi digital di Perguruan Tinggi Islam memerlukan pendekatan yang terencana dan sistematis. Salah satu strategi utama adalah pengembangan kurikulum yang terintegrasi. Kurikulum harus mencakup pelajaran tentang literasi digital yang tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai etis dan religius. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya belajar menggunakan teknologi, tetapi juga memahami tanggung jawab moral dalam penggunaannya.

Selanjutnya, pelatihan dan workshop bagi dosen dan mahasiswa juga sangat penting. Perguruan tinggi perlu menyelenggarakan program pelatihan yang mendalam mengenai penggunaan teknologi dan akses informasi digital. Program ini bisa melibatkan para ahli di bidang teknologi dan pendidikan untuk memberikan pengetahuan yang relevan dan terkini. Pelatihan semacam ini dapat membekali dosen dan mahasiswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan. teknologi secara efektif dalam proses pembelajaran.

Selain itu, membangun kemitraan dengan lembaga luar dapat menjadi strategi yang efektif. Perguruan Tinggi Islam dapat menjalin kerja sama dengan organisasi non-pemerintah, perusahaan teknologi, atau lembaga pendidikan lainnya untuk mendapatkan sumber daya tambahan dan dukungan dalam meningkatkan literasi digital. Melalui kolaborasi ini, mahasiswa dapat lebih banyak mendapatkan akses ke perangkat, pelatihan, dan sumber daya yang mendukung pengembangan keterampilan digital mereka.

Namun, apakah literasi digital cukup?

Meskipun literasi digital sangat penting, keterampilan tambahan juga diperlukan untuk sukses di dunia kerja. Keterampilan komunikasi yang efektif adalah salah satu keterampilan yang penting yang harus dimiliki mahasiswa. Mahasiswa harus mampu berkomunikasi dengan jelas dan profesional, baik secara lisan maupun tulisan, serta memahami etika komunikasi online.

Selain itu, keterampilan berpikir kritis juga tak kalah penting. Mahasiswa perlu mampu menganalisis informasi yang mereka temukan secara online, termasuk kemampuan untuk mengevaluasi sumber dan membedakan antara informasi yang valid dan yang tidak. Tanpa keterampilan ini, mahasiswa dapat terjebak dalam penyebaran informasi yang salah.

Terakhir, keterampilan manajemen waktu juga penting. Mahasiswa harus dapat mengatur waktu dan memprioritaskan tugas, terutama dalam konteks pembelajaran mandiri di era digital. Dengan mengintegrasikan keterampilan ini dalam pendidikan, Perguruan Tinggi Islam dapat menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan di dunia nyata.

Literasi digital telah menjadi keterampilan yang sangat penting bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam. Meskipun kemampuan untuk menggunakan teknologi dan informasi secara efektif sangat diperlukan, hal ini saja tidak cukup. Mahasiswa juga harus dilengkapi dengan keterampilan tambahan, seperti komunikasi yang efektif, berpikir kritis, dan manajemen waktu, agar dapat bersaing di dunia kerja yang semakin kompleks.

Pengembangan infrastruktur yang memadai, pelatihan bagi dosen dan mahasiswa, serta kerjasama dengan berbagai pihak merupakan langkah-langkah penting untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi di Perguruan Tinggi Islam. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung penggunaan teknologi, institusi pendidikan dapat membantu mahasiswa untuk lebih siap menghadapi tantangan di era digital.

Harapan ke depan adalah agar Perguruan Tinggi Islam dapat terus berinovasi dalam mendidik mahasiswanya. Dengan mengintegrasikan literasi digital dan keterampilan lainnya dalam proses pembelajaran, diharapkan akan lahir generasi yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga memiliki karakter dan nilai-nilai yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan demikian, Perguruan Tinggi Islam dapat berkontribusi secara signifikan dalam menciptakan masyarakat yang berpengetahuan, beretika, dan siap menghadapi tantangan global.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun