Senin 29 Agustus 2016 suasana Mapolres Mataram tidak seperti biasanya. Puluhan orang berjaga di depan ruang Sat Resnarkoba Polres Mataram, semuanya menggunakan senjata berlensa, yang selalu berganti mode dialnya seiring berjalan waktu. Di antara puluhan orang bersenjata kamera, saya salah satunya yang menunggu.
Kerumunan wartawan berbaur dengan petugas polisi dan angota Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) yang menjenguk delapan anggotanya yang sedang di-BAP-kan penyidik. Gatot Brajamusti (54), Dewi Aminah (45), Reza Artamevia (43), Davina Noviyanti Khulasoh (26), Richard Nyotokusumo (61), Yuti Yustini (42), Suci, Bagas, dan 3 orang saksi dari pihak hotel Golden Tulip Mataram dimintai keterangan pasca penggerebekan para artis Parfi Minggu 28 Agustus 2016 lalu.
Sejak pagi hingga matahari yang sama muncul, tidak ada batang hidung delapan orang artis tersebut yang keluar dari ruang penyidik. Menghindari bidikan kamera wartawan menjadi alasannya. Bahkan mereka seharian penuh tidak pernah memasuki toilet untuk mandi dan lainnya. Pasalnnya, toilet di ruang penyidik tersebut berada di luar ruangan. Sementara di luar, puluhan wartawan menanti mereka. Hanya Reza yang sekali keluar dengan kawalan ketat petugas. Wajahnya ditutupi masker dan handuk.
Esok harinya, Reza, Devina, Richard, dan Yuti dibawa menuju RS Bhayangkara Denpasar untuk menjalani tes darah. Puluhan wartawan berdiri di belakang deretan pengawalan polisi yang membentuk pagar betis untuk mengamankan keempatnya menuju bus Polres Mataram. Kamera HP milikku telah siap untuk mengambil gambar. Namun sedikit ceroboh, tidak mengatur fitur foto rangkaian dalam kamera, sehingga begitu keempatnya keluar ruang penyidik, hasil gambarku buram, beberapa di antaranya tertutupi kamera tangan wartawan lain.
Malam harinya, ketika aku sedang meliput jamaah calon haji, bus yang membawa Reza cs melintas menuju Polres Mataram. Aku kemudian bergegas mengikutinya dari belakang. Keempatnya telah kembali seusai menjalani tes darah di Denpasar.
Ada sesuatu pelajaran menarik bagi Reza cs di dalam bus. Ketika mobil bak terbuka di depan bus mereka melintasi gundukan aspal rusak, kasur bawaan mobil tersebut jatuh. Nampaknya sang sopir tidak mengetahui bahwa barangnya terjatung. Sehingga bus yang ditumpang Reza cs berhenti. Salah seorang petugas mengambilnya dan memasukinya dalam bus, kemudian mengejar pemilik mobil bak terbuka untuk mengembalikan kasurnya yang terjatuh. Suatu pelajaran yang mengesankan, bahwa meskipun sedang membawa artis, polisi tidak luput dari tugasnya melayani masyarakat. Dari balik jendela bus, Reza hanya tersenyum ketika melihat raut wajah sang sopir bahagia dikembalikan kasurnya oleh polisi.
Sementara di hari yang sama Gatot diberangkatkan ke Jakarta untuk membuka brangkas sakti miliknya. Belakangan diketahui isi berangkas adalah empat poket Kristal putih diduga sabu serta dua buah magazen, serta 658 butir amunisi berbagai jenis ukuran, 32 buku rekening yang telah kadaluarsa, empat buku rekening aktif, satu buah pipet kaca yang merupakan bagian dari bong, dan 10 saset obat kuat.
Inilah sedikit coretan saya terkait penagkapan artis Parfi. Seluruh berita terkait kasus yang menimpa anggota Parfi telah diterbitkan dalam rubrik Yustisi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H