Mohon tunggu...
Satria Zulfikar Rasyid
Satria Zulfikar Rasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang mahasiswa juara bertahan di kampus! Bertahan gak wisuda-wisuda.. mau wisuda malah didepak!! pindah lagi ke kampus lain.. Saat ini bekerja di Pers Kampus. Jabatan Pemred Justibelen 2015-2016 Forjust FH-Unram Blog pribadi: https://satriazr.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berburu Buku Murah tanpa Lawan

25 Februari 2016   13:53 Diperbarui: 25 Februari 2016   14:23 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(dok.pribadi)"][/caption]Berkunjung ke Lombok Epicentrum Mall (23/2) di Lombok-NTB, rasanya merupakan hari yang luar biasa, bagaimana tidak, memasuki lantai dasar mall kita sudah dapat menikmati pemandangan yang luar biasa, terdapat lapak besar yang menjual buku-buku murah yang tentunya harganya cukup ideal di kantong mahasiswa.

Menemukan buku murah di Lombok merupakan hal yang luar biasa, karena tidak seperti Shopping Center di Yogyakarta, yang memang menyajikan buku yang begitu murah, sehingga pantas disebut kota pelajar. Di Lombok yang terkenal dengan pariwisatanya sangat jarang dijumpai lapak buku murah, sehingga hari ini merupakan hari yang begitu dinanti-nanti peminat buku di Lombok.

[caption caption="dok.pribadi"]

[/caption]

Berjalan bersama 2 orang teman kuliah, saya berburu buku-buku yang begitu murah dan memiliki nilai ilmu yang tinggi, bagaimana tidak, buku-buku ilmiah dijual seharga Rp. 10.000 hingga Rp. 40.000, pemikiran Tan Malaka dijual seharga Rp. 20.000, pemikiran para filsuf lainnya tidak kalah murah dijual.

Saya yang penasaran bertanya pada karyawan lapak buku tersebut, buku-buku ini dari mana datangnya, karyawan itu menjawab bahwa buku-buku murah ini datangnya dari Gramedia. Sangat menarik sekali, memang baru tiga tahun yang lalu kota Mataram telah memiliki gramedia, tepat pada tanggal 17 juni 2013 PT Gramedia Asri Media telah melebarkan sayapnya di pulau Lombok.

Menurut karyawan bahwa setiap satu bulan sekali buku-buku yang sudah tidak laku atau kelamaan di gramedia akan di over ke lapak buku murah tersebut. Sangat menarik tentunya, buku-buku dapat dimiliki dengan harga yang murah, namun justru saya yang sejak awal ingin berburu buku murah ini sama sekali tidak mendapat lawan berburu, terlihat tidak lebih dari sepuluh orang pengunjung yang saya temukan, justru toko pakaian yang harganya selangit lebih banyak pengunjungnya, di sana muncul asumsi saya bahwa masyarakat NTB kurang tertarik dalam membaca buku.

[caption caption="(dok.pribadi)"]

[/caption]

Asumsi saya ini bukan didukung hanya satu faktor, faktor kedua juga saya temukan ketika menemukan mahasiswa sedang membaca, bukan berarti mereka memang gemar membaca tetapi karena sebentar lagi akan diselenggarakan ujian, sehingga saya memunculkan suatu anekdot di kampus, bahwa ketika kamu menemukan ada mahasiswa sedang membaca buku, itu tandanya sebentar lagi akan ada ujian. Mahasiswa yang seharusnya menyandang label intelektual namun kontras sekali dengan keadaan sehari-hari, lebih gemar untuk mendownload film terbaru atau perawatan di salon kecantikan.

Faktor ketiga juga yang memperkuat asumsi saya, dimana justru toko-toko buku sangat jarang dikunjungi, di jalan Airlangga, Mataram, berdiri toko buku dengan nama Elex Comic Center, sepanjang hidup saya di kota Mataram tak pernah saya jumpai minimal 5 orang yang berkunjung pada toko buku tersebut, bahkan pengunjungnya hanya dua orang, terhitung dengan dua orang karyawannya. Memang dari namanya toko buku tersebut menjual komik, namun jika masuk, kita juga disajikan dengan buku sejarah, pemikiran filsuf, autobiografi, dsb.

Di Ampenan, Mataram, berdiri toko buku Dunia Ilmu, dimana menjual buku-buku bernuansa Islam, pemikir Islam, penemu Islam, sejarah Islam dan yang bergenre Islami lainnya, sempat saya memborong buku seharga satu juta rupiah di toko buku tersebut, dengan penuh heran pedagangnya bertanya apakah buku yang saya beli untuk dijual lagi, karena sangat jarang sekali masyarakat membeli buku, apalagi dengan jumlah besar, hingga saat ini toko buku tersebut masih sangat sepi pengunjungnya.

[caption caption="dok.pribadi"]

[/caption]

Di Indonesia, pada tanggal 17 mei merupakan hari buku nasional dan tanggal 23 april merupakan hari buku sedunia, namun justru itu hanyalah moment tahunan, kita diingatkan untuk membaca buku hanya pada moment tersebut, selebihnya jarang sekali masyarakat khususnya di kota saya untuk membaca buku. Pada tahun 2014 lalu jumlah buku di perpustakaan daerah kota Mataram sebanyak 56.561 buku, dengan total kunjungan sebanyak 6.840 orang, namun entah data kunjungan itu adalah per individu masyarakat, atau jumlah kehadiran di perpustakaan, sehingga bisa saja individu yang berkunjung 5 kali dalam satu minggu akan digabungkan pada data.

Sebenarnya pemerintah kota Mataram sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menumbuhkan minat baca masyarakat, dikutip dari mataramnews.co.id, pemerintah kota telah menyiapkan mobil perpustakaan keliling saat car free day di jalan Udayana, Mataram, dibukanya taman baca di Taman Sangkareang, taman baca di kampung Melayu, koran masuk lingkungan serta memberi dukungan pada Pemprov NTB yakni kampung media melalui program internet masuk kampung.

[caption caption="dok.pribadi"]

[/caption]

Usaha pemerintah dalam meningkatkan minat baca sayangnya belum membuahkan hasil untuk merubah paradigma gemar membaca masyarakat, ya bagaimana mau membaca satu buku jika membaca berita online saja hanya pada judulnya, setelah itu berkomentar yang tidak sesuai judul, setelah diselidiki ternyata yang dikomentari beda dengan isi artikel. Tentu tidak bisa menyalahkan pemerintah semata, aktivitas yang banyak memicu keengganan untuk membaca, terlebih lagi membeli buku.

[caption caption="dok.pribadi"]

[/caption]

Saya belum bisa menemukan formula yang benar-benar efektif untuk meningkatkan minat membaca masyarakat, karena tidak bisa kita menyebutkan formula atau solusi dengan cara asumtif, harus benar-benar diselidiki permasalahan konkrit dari faktor tersebut, dan mungkin saja aktivitas yang padat memicu jarangnya membaca buku, oleh karena itu metode logika sebab-akibat yang harus digunakan mencari permasalahannya sehingga dapat dipecahkan bersama. Akhir kata saya hanya mampu berharap, semoga kedepannya masyarakat akan lebih mencintai buku dengan cara membaca buku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun