Mohon tunggu...
Satria Zulfikar Rasyid
Satria Zulfikar Rasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang mahasiswa juara bertahan di kampus! Bertahan gak wisuda-wisuda.. mau wisuda malah didepak!! pindah lagi ke kampus lain.. Saat ini bekerja di Pers Kampus. Jabatan Pemred Justibelen 2015-2016 Forjust FH-Unram Blog pribadi: https://satriazr.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pelacur dalam Senja

13 Februari 2016   02:24 Diperbarui: 13 Februari 2016   02:39 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: www.gelekatlewo.com"][/caption]

Rembulan lagi-lagi pancarkan cahaya syahdu

Menemani aku menangis sepi, dalam bilik relung gelisah

Dipenjara dahaga akan kerinduanku menatap dunia dulu

Dunia penuh suka dalam keluarga kecilku

Namun kini semua diambil gelap, penjarakan aku dalam lantunan takdir

Semua memburuku, tak seorang malaikat betah menatapku

Dihina di tengah penderitaan hidup nan mati pun aku tetap terhina

Dikecam, diludahi, ditampar oleh waktu dan dibuang dalam jurang petaka

Aku hafal apa dosaku, meskipun dosa itu tak pernah ku lihat dalam kitab ajaran manapun

Seakan hanya aku yang berselimut dosa hingga pantas untuk dirajam.

 

Ketika aku berkata ini bukan pilihan

Ribuan mata sinis menatap dengan api kemarahan

Kemilau takdir manis melintas lewati aku

Dan sulit jejak itu kutemukan

Tidak ada satu jua pun obor terangi gelapku

Aku berjalan merangkak dalam airmataku

Mengapa mereka membenci gelap?

Bukankah terang terkadang membuatmu buta?

Bukankah gelap hanyalah rangkaian dari berjuta warna?

 

Kau hanya bisa menghardik!

Sedangkan merangkul aku yang hina kau tak mampu

Berbicara dengan bijak seakan kau mampu bertahan dalam ruangku

Dengan ayat yang kau katakan suci kau menamparku

Apakah dengan itu kau yakin bahwa kamarmu adalah keselamatan bagi seluruh alam semesta?

Sedangkan hanya cacian dan hinaan kau hajatkan padaku

Kau berkata Dia mendengar!

Sedangkan tangisku telah hilang akibat beban berat ini

Jikapun ada yang tidak meludahku

Mereka hanya mampu memaksaku berpikir masih ada yang buruk dari padaku

 

Cukup sudah kau meludahku

Karena ribuan mata telah murka padaku

Aku hanyalah penyakit.. Penyakit yang terkadang kau beli

Dan kau katakan aku hina setelah puas jamak tubuh berdosa ini

Dengan alasan sebab-akibat kau jarah semua milikku

Seakan hanya aku penyebab dosa manusia

Menampar atas nama Tuhan!

Tapi kau telah lupa satu hal

Karena sebab-akibat jua aku begini..

 

Sabtu, 13/02/16 Pagi

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun