Mohon tunggu...
Satria Zulfikar Rasyid
Satria Zulfikar Rasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang mahasiswa juara bertahan di kampus! Bertahan gak wisuda-wisuda.. mau wisuda malah didepak!! pindah lagi ke kampus lain.. Saat ini bekerja di Pers Kampus. Jabatan Pemred Justibelen 2015-2016 Forjust FH-Unram Blog pribadi: https://satriazr.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pudarnya Pesona Pahlawan Indonesia

29 Januari 2016   19:11 Diperbarui: 31 Januari 2016   03:56 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”

Itu merupakan pernyataan Soekarno pada seluruh rakyat Indonesia, menjadi suatu percikan semangat untuk melanjuti perjuangan para pahlawan, hal senada juga diucapkan oleh Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, saat mengadakan silaturahim dengan veteran dan keluarga veteran di Tabanan, Bali.

Namun justru semangat menghargai jasa pahlawan realitanya hanya merupakan simbolis dalam upacara tahunan kemerdekaan Indonesia, mengheningkan cipta hanya dalam upaca bendera, terjadi suatu degradasi remaja-remaja Indonesia dalam mengikuti jejak pahlawan, justru remaja-remaja Indonesia lebih mengidolakan superhero barat dibanding pahlawan Indonesia.

Degradasi Jejak Pahlawan

Berbeda dengan Indonesia, justru Amerika sangat menghargai jasa pahlawannya, jarang sekali figur pahlawan Amerika yang tidak difilmkan, bahkan Amerika menanamkan doktrinisasi pahlawan mereka di belahan dunia, lihat saja figur-figur superhero yang merupakan implementasi pahlawan Amerika, walaupun ditambah kesan kekuatan super, namun filosofisnya melekat dengan jejak pahlawan mereka.

Mirisnya lagi dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi di Indonesia, banyak sekali komunitas-komunitas pecinta superhero asing, tidak ada komunitas pecinta pahlawan Indonesia, jutaan remaja Indonesia sibuk mendownload serial superhero barat, film kolosan Cut Nyak Dien jarang sekali ditonton, hingga group maupun fanpage di media sosial berisi komunitas pecinta superhero asing.

Negara seakan membiarkan porak-porandanya bangsa yang didominasi tokoh pahlawan asing, seakan melakukan pembiaran terhadap hantaman doktrinisasi asing melalui film-film, komik, buku bacaan, aksesoris, pakaian dan lainnya. Seandainya pemerintah mau menggelontorkan dana untuk pengenalan karakter pahlawan Indonesia pada anak-anak bangsa seperti Amerika, dapat dipastikan doktrinasi asing mendapat ruang sempit dalam paradigma remaja Indonesia. Pemerintah bisa saja memberi subsidi buku-buku bacaan tentang karakter pahlawan Indonesia dengan sentuhan yang menarik hati anak bangsa, misalnya melalui film cartoon, komik, lagu atau lainnya, masalah SDM pencipta bukan merupakan hambatan jika dicari.

Kekuatan doktrinisasi barat tidak saja menghantam bangsa Indonesia, tetapi juga menghantam dunia Islam, sebagai contoh Khairuddin Barbarossa seorang laksamana legendaris umat muslim yang membuat ketar-ketir bangsa barat dalam menghadapinya, namun dalam film Pirates of The Caribean merupakan karakter penjahat yang bengis dan selalu dipermalukan Jack Sparrow, ini adalah hamtaman barat lewat doktrin perfilmannya.

Tokoh pahlawan Indonesia hanya ada dalam uang kertas, yang merupakan alat pembayaran dan sekaligus simbol kapitalis, remaja Indonesia hanya mengetahui gambar pahlawan dalam uang yang mereka pegang, namun tidak mengetahui siapa sosok dan apa pengorbanan orang yang ada dalam gambar tersebut, seakan pahlawan Indonesia dalam uang tersebut menjadi objek korupsi ribuan orang di Indonesia ini, jarang sekali diketahui.

Mirisnya lagi saat ini Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, telah melegalkan pernikahan sesama jenis, sehingga DC. Comics yang merupakan penerbit buku-buku komik ternama asal Amerika, akan merubah citra salah satu tokoh superheronya menjadi seorang homoseksual (baca:Superhero Amerika bakal jadi homoseksual) bayangkan jika anak bangsa Indonesia terpengaruh dengan hal itu.

Belajar Pada Bangsa Jepang

“Apel Amerika yang ditanam di tanah Jepang, rasanya adalah rasa Jepang” itu sebuah analogi yang sering dijumpai, menggambarkan kekuatan Jepang menghadapi doktrinisasi barat pada negaranya, budaya jepang memiliki ciri khas tersendiri, sehingga sulit terdistorsi budaya luar.

Jika Amerika memiliki film tentang tokoh superhero mereka, maka begitupun dengan Jepang, Jepang juga memiliki tokoh superhero mereka yang dieksistensikan dalam film maupun komik, hal itu juga tidak kalah menarik dengan film-film atau komik-komik superhero Amerika, lagi-lagi buah pahit didapat Indonesia, Indonesia justru teracun juga oleh superhero Jepang, bicara tentag Doraemon siapa yang tidak tahu, anak-anak bangsa hanya terimajinasi dengan pintu kemana saja dan mesin waktu, bahkan si anak pembawa sial Detektif Conan, yang dimanapun dia berada selalu muncul kasus  pembunuhan mengisi pasar Indonesia.

Hal tersebut karena Jepang paham betul karakter bangsa asing, sehingga untuk membentuk serta mempertahankan nasionalisasi pada bangsanya, mereka menghadirkan tokoh yang dicintai remaja-remaja mereka, berbeda terbalik dengan Indonesia, pemerintah berkoar-koar hingga mulut berbusa mengeluarkan pernyataan “kita harus cinta produk Indonesia!!”, namun dengan dalih tidak sesuai prosedur formal Indonesia, tv rakitan seorang lulusan SD dibakar, mahasiswa teknik sekali gagal uji coba penemuan langsung tidak didanai lagi.

Jika bangsa ini terus menerus seperti ini, dapat dipastikan kita belum siap menjadi bangsa yang maju, terstagnasi dalam roda zaman kegelapan, dan akan hancur diterpa badai degradasi perjuangan pahlawan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun