“Apel Amerika yang ditanam di tanah Jepang, rasanya adalah rasa Jepang” itu sebuah analogi yang sering dijumpai, menggambarkan kekuatan Jepang menghadapi doktrinisasi barat pada negaranya, budaya jepang memiliki ciri khas tersendiri, sehingga sulit terdistorsi budaya luar.
Jika Amerika memiliki film tentang tokoh superhero mereka, maka begitupun dengan Jepang, Jepang juga memiliki tokoh superhero mereka yang dieksistensikan dalam film maupun komik, hal itu juga tidak kalah menarik dengan film-film atau komik-komik superhero Amerika, lagi-lagi buah pahit didapat Indonesia, Indonesia justru teracun juga oleh superhero Jepang, bicara tentag Doraemon siapa yang tidak tahu, anak-anak bangsa hanya terimajinasi dengan pintu kemana saja dan mesin waktu, bahkan si anak pembawa sial Detektif Conan, yang dimanapun dia berada selalu muncul kasus pembunuhan mengisi pasar Indonesia.
Hal tersebut karena Jepang paham betul karakter bangsa asing, sehingga untuk membentuk serta mempertahankan nasionalisasi pada bangsanya, mereka menghadirkan tokoh yang dicintai remaja-remaja mereka, berbeda terbalik dengan Indonesia, pemerintah berkoar-koar hingga mulut berbusa mengeluarkan pernyataan
“kita harus cinta produk Indonesia!!”, namun dengan dalih tidak sesuai prosedur formal Indonesia, tv rakitan seorang lulusan SD dibakar, mahasiswa teknik sekali gagal uji coba penemuan langsung tidak didanai lagi.
Jika bangsa ini terus menerus seperti ini, dapat dipastikan kita belum siap menjadi bangsa yang maju, terstagnasi dalam roda zaman kegelapan, dan akan hancur diterpa badai degradasi perjuangan pahlawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya