Kudeta tersebut tidak diterima oleh masyarakat karena masyarakat merasa tindakan tersebut merupakan tindakan yang mencederai demokrasi mereka. Sehingga tepat sehari setelah penahanan Aaung San Suu Kyi dan beberapa anggota NLD Masyarakat mulai melakukan demonstrasi besar-besaran di jalan raya terutama di Kota Yangon.Â
Aksi demonstrasi tersebut diikuti oleh berbagai kalangan mulai Pelajar sampai dokter sehingga terbentuklah suatu kelompok yang disebut Civil Disobedience Movement (CDM) atau bisa dikatakan sebagai kelompok yang menentang Kudeta di Myanmar.Â
Selain dari pihak pelajar dan dokter, terdapat banyak para pegawai-pegawai kantoran juga mendukung kelompok CDM tersebut dengan cara melakukan pemogokan kerja. Sejak saat itu demonstrasi masih belum berakhir.Â
Demonstrasi diwarnai kericuhan dan meregang nyawa
Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat masih berlanjut sampai sekarang. demo yang dilakukan hampir dapat dirasakan di sepanjang jalan nan Myanmar, untuk menangani para demonstran, Petugas kepolisian dikerahkan ke seluruh sudut jalan.
Dalam hal penertiban demonstran, pihak kepolisian tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan, Mulai menggunakan gas air mata, Granat kejut, dan senjata api.
Akibatnya, pada tanggal 9 Februari 2021, polisi dilaporkan membunuh salah seorang gadis yang bernama Mya Thwe Thwe Khaing (19 Tahun) dengan cara menembak kepalanya saat melakukan demonstrasi di kota Naypyidaw.
Tindakan represif yang dilakukan polisi tidak membuahkan hasil yang diharapkan dan justru sebaliknya, para demonstran menjadi lebih marah terhadap pembunuhan yang telah mereka lakukan selama demonstrasi.
Dilaporkan sejak tanggal 28 Februari 2021 tindakan represif kepolisian semakin tidak dapat dikendalikan dengan banyaknya kendaraan-kendaraan militer yang dimobilisasi di berbagai sudut-sudut jalan. Alhasil, pihak kepolisian merenggut 18 nyawa dalam satu hari.
Respon Dunia terhadap Kudeta Militer Myanmar