Mohon tunggu...
Satria DwiAri
Satria DwiAri Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

Menulis untuk paham, membaca untuk tahu

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gajah Mada dan Riwayat Big Data Indonesia

11 Januari 2023   09:16 Diperbarui: 11 Januari 2023   09:36 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum memutuskan pensiun Gajah Mada telah mewariskan masterpiece kepada Kerajaan Majapahit, yaitu penyatuan seluruh panji yang ada di bumi nusantara. Meski awalnya nampak mustahil, toh pada akhirnya Sumpah Palapa berhasil dia tunaikan. Penyatuan itu bukan sekadar menempatkan panji Majapahit di atas segalanya, lebih dari itu Sumpah Palapa menjadi langkah awal untuk membaca bertumpuk-tumpuk data di meja sang raja tentang kerajaan-kerajaan yang ada.

Dan Gajah Mada lah orang yang sukses melahap seluruh data itu sehingga raja-raja di seluruh belahan nusantara tidak berkutik dan bersedia untuk bersatu. Meski sifatnya masih manual, data yang dikuasai Gajah Mada berhasil memperkuat posisi Majapahit di setiap meja diplomasi. Dari data sejarah, data luasan dan isi wilayah, data kekuatan militer sampai data kekayaan setiap kerajaan.

Banyak sekali kisah yang membuktikan bahwa data ternyata lebih ampuh dibanding senjata. Tapi ibarat pisau, data juga bermata dua. Jika tepat penggunanaanya, maka kemajuan akan dilahirkan. Tapi jika sedikit saja disalah gunakan, tatanan sedahsyat apapun akan hancur berantakan. Kita tentu tahu bagimana Jeff Bezos menjadikan data sebagai kendaraan untuk mengeruk kekayaan. Dari tumpukan data, pendiri Amazon itu melihat dan mengamati apa kecenderungan yang dilakukan seseorang. Kemudian ia hadirkan solusi yang memudahkan bagi orang-orang.

Dari strategi bos Amazon itu pasti kita akan terpikir, ternyata data bisa menjamin ketepatan bantuan apa yang dibutuhkan seseorang. Jika pemanfaatan data data sudah mencapai tahap itu, negara atau pemerintahan sudah semestinya menjadikan data sebagai sumber untuk mengeluarkan kebijakan. Sama seperti yang dilakukan Gajah Mada, seluruh urusan kenegaraan atau pemerintahan harus menjadikan data sebagai dasar menentukan strategi kebijakan.

Maka menjadi wajib hukumnya bagi sebuah negara untuk memiliki big data. Semakin besar kapasitas big data yang dimiliki, peluang kemakmuran dan kemajuan negara juga menjadi semakin besar. Karena negara akan tahu dengan pasti berapa jumlah warga negaranya. Selain kalkulasi, negara juga akan tahu klasifikasi warganya, apa yang dinginkan warganya dan lain sebagainya.

Dari tatanan itu, bukan hal mustahil jika kelak negara-negara di seluruh dunia akan memilih sistem datakrasi dibanding demokrasi. Hal ini karena kebijakan sistem datakrasi akan menghasilkan kebijakan yang lebih akurat. Kebijakan politik yang lebih akurat atau presisi diperoleh dengan pengumpulan data melalui proses, analisis, dan visualisasi.

Sampai sekarang saya belum tahu apakah Indonesia sudah mengarah ke sana atau belum. Yang jelas ketika Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meluncurkan Pusat Data Jawa Tengah, mimpi tatanan datakrasi seperti di depan mata. Karena itulah yang kita butuhkan saat ini dan di masa mendatang. Dari sistem datakrasi, peluang korupsi pasti semakin tereliminasi. Peluang pejabat ingkar janji juga pasti akan terkurangi. Tak akan ada lagi kebijakan yang ngawur. Bahkan tidak akan pernah lahir calon pemimpin yang cuma pintar berkata-kata tanpa bisa bekerja. Karena rekam jejaknya bertebaran dan bisa diakses siapa saja dan di mana saja.  

Ganjar mungkin tak pernah mengucapkan sumpah palapa. Tapi pria berambut putih itu, dalam skala yang berbeda telah melakukan hal yang sama dengan Gajah Mada. Yaitu menjadikan data sebagai senjata. Dengan adanya Pusat Data Jateng itu, Ganjar akan mendapatkan prediksi terukur mengenai cuaca, pergerakan saham, kemacetan, kecelakaan, kejahatan, ataupun prediksi penyebaran penyakit. Yang paling penting, datakrasi itu akan menuntun Ganjar menerapkan kebijakan yang akurat.

Sementara dari kisah Gajah Mada ini, saya ingin mengemukakan jika sejarah telah membuktikan bahwa kekuatan suatu bangsa terletak pada visi besar dan keberanian pemimpinnya. Dan Ganjar dengan gagasan pusat data itu dalam rangka menyambut masa depan politik datakrasi. Tentu saja, ia akan diuji dengan konsistensi dan keberanian dalam membuat pusat data menjadi basis keberhasilan menjalankan pemerintahan.

Riwayat Gajah Mada ini juga menjadi fakta mutlak dan penegas jika kesuksesan memang harus dimulai dari hal kecil. Sebagaimana Kerajaan Majapahit yang merangkak dari sebuah kerajaan kecil menjadi penguasa Nusantara. Begitu pula terobosan yang dibangun Ganjar tentang Pusat Data Jateng ini, berawal dari provinsi dan ke depan mudah-mudahan diterapkan secara nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun