Mohon tunggu...
Satmoko PurboLukito
Satmoko PurboLukito Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang guru di salah satu SMA negeri di Purwokerto. Saya suka dengan seni, hobi mendengarkan dan memainkan musik

Selanjutnya

Tutup

Seni

Kuaetnika: Tetap Eksis di Jalur Etnis

8 Desember 2022   08:30 Diperbarui: 8 Desember 2022   08:38 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Komunitas Seni Kua Etnika adalah sebuah sanggar yang didirikan oleh Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa, dan Purwanto pada tahun 1995. Komunitas Seni Kua Etnika merupakan tempat berkumpul dan berinteraksi para pekerja seni seperti pemusik, penyair dan pemain teater. Sejak awal tahun 80-an, secara temporal dan sporadis, para pendukung yang terhimpun dalam sanggar ini telah melakukan interaksi kreatif dalam berbagai kesempatan. Antara lain melalui Teater Gandrik, Padepokan Seni Bagong K, Komunitas Pak Kanjeng (1993-1995), dan Teater Paku. Setelah berproses dalam kelompok-kelompok kesenian itu, mereka semakin memantapkan diri sebagai sebuah kelompok kesenian yang solid.

Sebagai sebuah komunitas Kua Etnika bergerak dalam satu niat dan cita-cita yang sama, yaitu melakukan penjelajahan kreatif ulang-alik, antara kesenian tradisional dan kesenian modern antara eksplorasi bebas yang idealistik dengan eksplorasi pragmatis yang industrial. Kua Etnika meyakini bahwa dua kutub yang berseberangan itu terkadang mengandung nilai-nilai yang bertentangan pada satu momentum yang seharusnya dapat disinergikan, dipertemukan untuk dipetik manfaatnya. Kua Etnika menjadikan seni musik sebagai atmosfer kreatif.

Dalam naungan grup musik Kua Etnika melakukan penggalian musik-musik etnik perkusif dan memadukannya dengan alat musik elektrik. Disaat yang sama Kua Etnika juga menafsirkan kembali musik keroncong dalam semangat daur ulang sebagaimana tercermin dalam album musik Orkes Sinten Remen. Dengan model pendekatan ini musik keroncong tampil dalam kemasan yang lebih familier bagi generasi baru karena di dalamnya terkandung jazz, blues, rock'n roll, country dan dangdut. Pada kesempatan yang lain dengan bendera Orkes Melayu Banter Banget, Kua Etnika pun menyentuh wilayah musik melayu yang kental sekali warna dangdut-nya.

Kegiatan komunitas ini tak pernah lepas dari kegiatan seni yang berbau etnik. Menurut hasil wawancara dengan Djaduk Feriyanto, makna yang terkandung dari Kua Etnika itu sendiri adalah kualitas etnik. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam sejarah khasanah musik etnik di Indonesia telah mampu diuji oleh waktu. Hal ini disebabkan antara lain oleh dua hal yaitu; pertama, masing-masing memiliki kekhasan, kelebihan, kekuatan dan bahkan keagungannya sendiri, sedangkan yang kedua adalah dukungan masyarakat, akan tetapi pada saat nilai-nilai modernitas beserta produk budayanya (budaya pop) berkembang dan bahkan mampu mendominasi budaya masyarakat akhirnya berdampak pada musik etnik di Indonesia pun tergeser ke wilayah pinggiran. Artinya wilayah habitat musik etnik di Indonesia semakin mengecil, begitu pula dengan jumlah peminatnya.

Melihat kenyataan yang terjadi akhirnya Komunitas Seni Kua Etnika merasa perlu menciptakan revitalisasi musik etnik. Yang dimaksud adalah mengolah musik etnik dengan sentuhan atau nafas modern, tanpa harus kehilangan spirit dasarnya/spirit tradisi. Dasar keyakinan kerja kreatif itu ialah bahwa musik etnik di Indonesia baik instrumen, melodi, maupun iramanya senantiasa terbuka terhadap kemungkinan baru. Termasuk dalam upaya mendialogkan khasanah musik etnik dengan khasanah musik Barat dan juga mendialogkan antar musik etnik itu sendiri yang berasal dari daerah yang berbeda, misalnya musik etnik Bali dengan Jawa atau Sunda atau Minang. Dari berbagai rajutan dialog musikal itu diharapkan mampu melahirkan apa yang disebut harmoni keIndonesiaan tanpa melenyapkan karakter masing-masing musik etnik.

Kelompok musik Kua Etnika menggunakan dan menafsirkan kembali secara intens kekuatan keragaman musik etnik Indonesia dalam kerangka imajinasi dan dengan bunyi-bunyi baru secara estetis. Pertunjukan musik kua etnika mengangkat berbagai aliran musik seperti pop, jazz, dan lain-lain. Namun yang membedakan kua etnika dengan pertunjukan musik lain adalah, Kua Etnika tidak pernah melupakan unsur alat musik etnik dalam semua lagu yang Kua Etnika bawakan. Walaupun Kua Etnika membawakan lagu pop maka akan terasa perpaduan antara musik populer dan musik etnik.

Pada setiap penampilannya Kua Etnika memadukan berbagai alat musik etnik dan modern seperti: Kendang, Bonang, Saron, Keyboard, Gitar Elektrik, Bas Elektrik, Drum. Jika diperhatikan dari berbagai alat musik yang dimainkan, beberapa memainkan alat musik etnik Indonesia seperti kendang, bonang, gordang dan saron. Sedangkan alat musik kontemporer yang dimainkan antara lain keyboard, gitar elektrik, dan drum sehingga dengan perpaduan ini maka terlahir musik etnik kontemporer yang modern dan menarik.

            Berdasarkan unsur yang disajikan maka pertunjukan musik Kua Etnika memadukan antara permainan berbagai alat musik. Dapat dikatakan bahwa pertunjukan musik Kua Etnika merupakan pertunjukan campuran antara alat musik tradisional dan alat musik modern. Kedua unsur tersebut mengalun bersamaan sehingga dapat saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun