Mohon tunggu...
Sativa Alifia Putri
Sativa Alifia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurnalistik Unpad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penggunaan AC Berlebihan Karena Panas, Bagaimana dengan Bumi yang Semakin Panas?

27 Juni 2023   19:16 Diperbarui: 27 Juni 2023   19:19 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Di Indonesia, AC sudah dimiliki sebanyak 7,98% rumah tangga berdasarkan data tahun 2017 milik Badan Pusat Statistik. DKI Jakarta menduduki daerah tertinggi yang menggunakan AC, yaitu sebesar 30,8%. Perhitungan jumlah tersebut hanya mencakup kepemilikan masing-masing rumah tangga dan belum termasuk jumlah AC yang terdapat di perkantoran, sekolah, pusat perbelanjaan, dan gedung-gedung lainnya yang menggunakan AC dengan skala yang lebih besar.

 

Suhu Ideal Penggunaan AC

Berdasarkan Bureau of Energy Efficiency (BEE), suhu 24 derajat celcius merupakan suhu yang tepat untuk digunakan ketika menyalakan AC. Suhu tersebut juga dapat lebih menghemat penggunaan listrik karena tidak terlalu memberatkan kerja kompresor AC.

Dilansir dari Indiana Express, "menjaga suhu AC antara 24-25 derajat celcius disarankan karena dianggap paling optimal untuk fungsi tubuh yang sehat", ungkap Dr Rajat Agarwal, Additional Director, Critical Care Medicine, Fortis Escorts Heart Institute. Ia juga menyatakan penggunaan AC dengan suhu yang terlalu rendah dapat mengakibatkan produksi keringat berlebih dan pori-pori yang tersumbat karena kelembaban kulit yang berkurang dan dapat menyebabkan ketidakseimbangan fungsi kulit.

Penggunaan suhu AC bisa disesuaikan kembali ketika digunakan di siang hari maupun malam hari agar lebih nyaman digunakan. Banyak yang berpikir menyalakan AC dengan suhu 16 derajat celcius akan menghasilkan sensasi sejuk yang jauh lebih baik, tetapi sebenarnya tidak. Penggunaan suhu AC yang mencapai 16 derajat celcius tidak akan benar-benar membuat suhu ruangan menjadi 16 derajat celcius.

Berdasarkan data rumah tangga yang memiliki AC dan menyalakan AC dengan suhu lebih rendah dari 24 derajat celcius milik Badan Pusat Statistik, di DKI Jakarta sebanyak 57,52% terkadang melakukannya dan sebanyak 16,57% sering melakukannya. Namun, DKI Jakarta bukan provinsi dengan persentase paling tinggi. Provinsi Sulawesi Tengah menempati posisi tertinggi sebanyak 43,92% sering menyalakan AC di bawah suhu 24 derajat celcius. Data yang dimiliki oleh BPS tersebut terakhir di update pada tahun 2016.

Putri, salah satu pengguna AC yang berdomisili di Bekasi selalu menyalakan AC dengan suhu paling rendah, yakni 16 derajat celcius dan tidak pernah mematikan AC sehingga AC akan tetap menyala selama 24 jam. Ia mengatakan akan mematikan AC hanya ketika hendak menginap di luar rumah. "Kalau AC ga nyala bawaannya sumpek, terus Bekasi juga suhunya sangat panas, jadi ga mungkin kalau ga nyalain AC," ujarnya. Selain itu, ia juga menambahkan kalau tidak menyalakan AC tubuhnya cepat berkeringat terutama di bagian wajah sehingga dapat mengganggu aktivitas kesehariannya.

Dampak Buruk Penggunaan AC Berlebihan

Penggunaan AC dalam jangka waktu lama dapat memberikan dampak buruk ke tubuh. Dikutip dari Halodoc, beberapa dampak negatifnya bagi kesehatan tubuh diantaranya adalah kulit kering yang menjadi permasalahan umum pengguna AC, mudah lelah karena kurangnya udara segar yang masuk ke paru-paru, leher terasa nyeri dan sulit saat menoleh yang biasanya dialami setelah bangun tidur di pagi hari, sesak nafas, dan penurunan sistem imun karena sirkulasi udara yang kurang baik di dalam ruangan yang bisa menjadi potensi menularnya sumber infeksi seperti kuman, virus, dan bakteri.

Selain itu, Penipisan lapisan ozon yang dapat terjadi karena penggunaan AC juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan keberlangsungan hidup makhluk hidup yang tinggal di bumi, diantaranya adalah resiko penyakit kanker kulit ataupun katarak karena terpapar radiasi sinar ultraviolet, beberapa tanaman yang tidak tahan terhadap suhu panas dan tidak dapat beradaptasi akan mati, ikan di laut akan kekurangan plankton, jumlah karbon dioksida yang beresiko mengalami peningkatan dikarenakan jumlah tanaman yang semakin berkurang. Penggunaan karbon CFC memang tidak memberikan dampak berbahaya terhadap kesehatan manusia secara langsung. Namun, dampak buruknya terhadap lingkungan dan bumi sebagai tempat tinggal manusia sehingga juga dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun