Mohon tunggu...
Suprihatin
Suprihatin Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar yang sedang belajar menulis menuju sukses

Penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setiap Orang adalah Pelayan

5 November 2019   19:45 Diperbarui: 5 November 2019   20:06 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam hidup yang kita jalani ada banyak sekali pangkat dan jabatan. Masing-masing diduduki oleh orang yang berwenang dan berkemampuan dibidangnya. Orang-orang biasa menyebutnya pejabat atau pegawai. Yah...istilah keren dari pelayan. Terkesan lebih High Class walaupun intinya tetap pelayan.

Biasanya, agar terkesan lebih merakyat, pejabat atau pegawai juga disebut pelayan masyarakat. Bagi rakyat kecil mereka dianggap orang penting dan hebat. Dan dirinya sendiri menganggap diri mereka hebat. Tapi sesungguhnya setiap orang adalah pelayan. Hanya berbeda siapa yang dilayani saja.

Semakin tinggi posisi yang diduduki, maka akan semakin dianggap penting dan semakin keren pula julukannya. Semakin banyak orang yang dilayani akan semakin besar pula bayaran yang didapat. Karena sesungguhnya semua orang adalah pelayan dan semua orang adalah bos.

Anda masih tidak percaya? Sini saya jelaskan. Kita sebutkan dari unit yang paling kecil. Dalam sebuah keluarga, terdapat anggota yang masing-masing dari mereka adalah bos dan pelayan. Ayah adalah bos bagi seluruh anggota keluarganya sekaligus pelayan yang bertugas memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Ibu adalah bos bagi anak-anaknya dan sekaligus pelayan kebutuhan mereka. Dan anak-anak adalah bos bagi diri mereka sendiri dan pelayan bagi kedua orang tuanya.

Lebih luas lagi ada pelayan rumah makan, ART, dan banyak lagi jenis pelayan yang dianggap rendah. Tentu saja bayaran bagi pelayan kelas ini tak seberapa jika dibanding dengan tugas mereka. Tapi tentu saja mereka tetap melakukan pekerjaannya karena mereka tetaplah pelayan.

Kemudian membuka mata lebih lebar lagi kita akan menemukan pelayan dengan istilah lebih keren. Ada namanya perangkat desa, bidan desa, guru, dokter, dan segala profesi lain yang bergaji lumayan. Mereka adalah pelayan dengan istilah lain. Walau berbeda istilah, tugas mereka tetap melayani. Jika tidak melakukan tugasnya tentu saja akan mendapat teguran bahkan sanksi. Jadi benar bukan bahwa setiap orang adalah pelayan? Bahkan presiden. Pemimpin tertinggi negara adalah pelayan dengan rakyat sebagai bosnya. Memangnya siapa yang menggaji presiden kalau bukan rakyat? Sekarang sudah yakin kan kalau setiap orang adalah pelayan?

Walaupun sudah jelas setiap orang adalah pelayan, masih tetap saja ada orang yang merasa lebih hebat dan tinggi dari orang lain. Merasa lebih mulia dari orang lain. Dan yang lebih parah, banyak yang tidak menjalankan tugas pelayanan dengan baik.

Segala perilaku tadi sering dilakukan oleh pelayan dengan istilah keren. Seringkali mereka lupa bahwa mereka adalah pelayan dan tugas mereka adalah melayani. Tak jarang mereka memperlakukan bos dalam hal ini masyarakat umum seenaknya sendiri. Yang lebih parah mereka suka mempersulit masyarakat dengan aturan-aturan yang ribet dan mbulet. Mereka seolah lupa bahwa gaji mereka bergantung pada pajak yang dibayarkan rakyat. Lha coba kalo rakyat tidak bayar pajak? Nyaho! lo!

Ini bukan omong belaka. Saya sendiri pernah mengalami hal yang demikian. Beberapa kali saya menemui pelayan masyarakat yang terkesan judes saat bertugas. Hal ini tentu sangat membuat tidak nyaman. Apalagi kita sebagai bos. Rasanya sangat tidak etis pelayan memperlakukan bos seenak jidatnya.

Selain sikap judes tadi, saya juga pernah menemui seorang pelayan masyarakat yang mengeluh karena membludaknya pasien menjelang jam istirahat. Kebetulan memang para pelayan judes itu sering datang dari bidang kesehatan. Jadi ya contoh yang saya ambil juga dari bidang tersebut. Tapi bukan berarti setiap pelayan kesehatan itu judes ya. Banyak juga kok yang ramah dan menyenangkan.

Suatu kali saat saya mengunjungi instalasi kesehatan terdekat, kebetulan waktu itu sudah mendekati jam 12 siang. Waktu yang sudah mendekati jam istirahat dan para pelayan kesehatan pasti sudah lelah menghadapi pasien selama setengah hari tadi. Kebetulan saat saya tiba ditempat tersebut kondisi sudah sepi pasien. Saya juga melihat pegawai disana sudah mulai bersiap istirahat. Hal ini terlihat dari beberapa diantara mereka sudah mulai makan siang dan berlalu lalang membawa sebungkus makanan yang dari aromanya dapat ditebak adalah sebungkus pecel. Beberapa saat setelah saya mengambil nomor antre, ada beberapa pasien lain yang datang ke tempat ini. Pada saat itulah sesuatu yang tidak terduga terjadi. Melihat bertambahnya pasien yang berkunjung, salah seorang pegawai yang bertugas melayani mengucapkan kalimat yang dapat saya dengar dengan jelas.

"Laaah! Udah mepet istirahat malah banyak pasien!"

Saya kaget mendengarnya. Saya pikir tidak seharusnya seorang pelayan masyarakat mengeluh dengan tugasnya. Dan lagi pegawai tersebut juga hanya pelayan, jadi tak etis memperlakukan bosnya dengan setengah hati. Rupanyaa posisi dan jabatan seringkali membuat pelayan lupa diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun