Mohon tunggu...
dewi larasati
dewi larasati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasa Sakit yang Pertama

19 Maret 2017   21:08 Diperbarui: 19 Maret 2017   21:45 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aku berpikir bahwa aku terlalu sering mencintai orang lain, hingga aku lupa bagaimana caranya membenci,” Kata Delia dalam hati.

Langit menunjukkan senjanya. Begitu juga dengan murid-murid SMA Permata yang menunjukkan senyumnya ketika bel pulang sekolah berbunyi. Berbeda dengan yang lain, Dama harus terpaksa menunda keinginannya untuk pulang dikarenakan ia harus pergi ke perpustakaan. Jika ia tidak pergi, bisa habis dia dinasehati oleh Bu Lian karena telat mengembalikan buku. Saat ia berjalan melewati lapangan, di bawah pohon rindang, Dama melihat seorang gadis yang sedang asyik menulis sesuatu dibuku yang ia bawa dengan pipi lebam. Entah mengapa, setelah melihat gadis itu, Dama menjadi kehilangan kesadaran. Gadis itu memang cantik. Dari warna bedgenya, Dama bisa menebak bahwa gadis itu setingkat dibawahnya. Karena terburu waktu, Dama hanya mengingat wajah dan juga tingkat kelasnya.

Setelah lama menunggu, Delia akhirnya berniat untuk menghampiri Bagas. Namun, sebelum ia ingin berdiri, datang orang lain yang duduk disampingnya dan menyapanya. Namanya Kak Bima. Ia adalah kakak kelas Delia, temannya Bagas. Ia memberikan Delia minuman soda. Dengan ragu, Delia menggambilnya dan berterima kasih. Kemudian, Delia berdiri dari duduknya dan meninggalkan lelaki itu duduk sendirian di bawah pohon rindang. 

Dalam perjalanan, Delia selalu memikirkan Kak Bima. Delia berpikir bahwa Kak Bima menyukainya, maka dari itu ia memberikan Delia minuman. Kejadian inilah yang juga menjadi awal dari pertemuannya dengan Bagas. Dulu Bagas adalah lelaki yang baik, itulah mengapa Delia menerimanya menjadi kekasih Delia. Namun, lambat laun Bagas berubah karena ia mengetahui rahasia tentang Delia. Ia menjadi kasar terhadap Delia. Ia suka menampar dan menjambak Delia jika Delia mencintai pria lain.

Dama akhirnya mengetahui siapa nama gadis yang ia lihat waktu itu. Namanya Delia Pratiwi, anak IPA kelas 11-A. Namun, sayangnya ia sudah memiliki kekasih. Betapa kecewanya Dama mengetahui hal tersebut. Namun pada suatu hari, Dama pulang terlambat karena ia punya jadwal piket di kelas. Saat Dama ingin menuju parkiran, tanpa sengaja Dama melihat Delia yang ditarik paksa oleh Bagas. Dama pun mengikuti kemana mereka berjalan. 

Ternyata, mereka sampai di belakang sekolah yang sudah sepi. Sesampainya disana, Dama bersembunyi di balik pohon agar dapat melihat apa yang terjadi. Dengan keras, Bagas menampar pipi Delia berkali-kali, tentu saja Dama kaget melihatnya. Bukannya menangis ataupun marah, Delia nampak baik baik saja bahkan ia tersenyum setelah diperlakukan begitu. Dama pun heran atas sikap Delia, tapi ia mengenyahkan pikiran buruknya tentang Delia. Setelah kejadian itu, Dama mencari tahu semua tentang Delia.

Sekarang Dama tau mengapa Delia menjadi seperti itu. Ternyata, Delia adalah orang yang mudah terbawa perasaan. Disapa oleh seorang lelaki saja, Delia segera mencari tahu tentang orang itu dan menyukainya. Delia tidak bisa membedakan antara kagum, sayang dan cinta. Ia menganggap semuanya sama. Hal inilah yang membuat Delia menjadi lupa bagaimana cara membenci orang lain. Setiap ia disakiti, Delia menganggap bahwa itu adalah cara seseorang untuk mengunggkapkan perasaannya. Jadi, ia akan semakin mencintai orang itu jika diperlakukan dengan kasar.

Dama mengetahuinya dari teman Delia, yaitu Sania. Sania sudah bersama dengan Delia sejak mereka berada di bangku SMP. Sania pun menceritakan jika Bagas mengetahui hal tersebut dan memanfaatkannya agar Delia tak pernah menjauh dari Bagas. Saat mendengar bahwa Bagas berlaku seperti itu, membuat rahang Dama mengeras. Mulai detik ini, ia berjanji akan menjauhkan Delia dari orang brengsek itu.

Keesokan harinya, di area kantin, Dama menunggu gadis itu datang. Ia telah merencanakan sesuatu agar Delia bisa mengenalnya lebih dekat. Sepuluh menit kemudian, orang yang dinanti telah datang. Untungnya, ia sedang berjalan sendirian tanpa ada Bagas disampingnya. “Bagus, Ia berjalan sendirian,” batin Dama. Dengan gugup ia membawa makanan yang ia beli mendekati Delia.

“Bolehkah aku duduk di kursi ini? Seperti yang kau tau, tak ada kursi yang tersisa selain kursi yang ada di depanmu ini,” kata Dama

“Tentu, silahkan,” jawab Delia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun