Mohon tunggu...
SATELIT AKTIF
SATELIT AKTIF Mohon Tunggu... Jurnalis - PENGAMAT

Mengamati, mengamalkan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ageisme, Adopsi Pola Warisan Kolonial Pada Sistem Hegemoni Politik

13 Agustus 2023   14:11 Diperbarui: 13 Agustus 2023   14:23 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ageisme, Adopsi Pola Warisan Kolonial Pada Sistem Hegemoni Politik

Ageisme merupakan sistem yang memaksa seorang untuk tunduk atas perilaku orang lain, meliputi perampasan hak dan pelenyapan suatu kebebasan sebagai suatu instrumen didalamnya, syarat akan kerusakan moral dan bertentangan dengan cita - cita seseorang yang merdeka dan dilindungi haknya oleh negara, meliputi hak asasi manusia dengan komponen didalamnya.

Sejatinya seorang memiliki hak untuk hidup dan hak untuk mengembangkan potensi dan juga merdeka dalam menjalani kehidupanya tanpa adanya unsur campur tangan total akan jiwanya, ageisme sebagai suatu istilah dan sistem ialah komponen hegemoni atau cara untuk mempengaruhi orang lain dengan melibatkan kasta atau tingkatan bahkan drajat didalamnya.

Ageisme kerap sekali pada praktiknya membatasi tindakan, pikiran bahkan karakter seseorang yang bersifat mengkerdilkan aspirasi atau pola karakteristiknya dalam beraktivitas, ini dilakukan oleh pelaku terhadap korban, landasan utamanya adalah rasa ingin lebih seseorang dibandingkan orang lain, polanya kerap menindas dan merampas hak orang lain.

Ageisme dalam praktiknya juga menjadikan, usia seorang, pangkat, jabatan dan status sosial sebagai modal untuk menghegemoni atau mempengaruhi kasta yang lebih rendah darinya, untuk taat atau patuh bahkan terkerdilkan, ini kerap digunakan dalam praktik politik praktis pada beberapa momen tertentu dengan berharap adanya penilaian dari kelompok yang dirasa sedang dibutuhkan, seolah pelaku memiliki pengaruh, meski demikian sistemnya cenderung memaksa dan tidak mempertimbangkan hak asasi manusia juga bertolak belakang dengan cita - cita kemerdekaan bangsa indonesia.

Ageisme sebagai suatu barometer sistem kemerosotan nilai moral, apabila penggunaannya kian marak, ageisme mampu membunuh potensi seseorang, memberi efek psikologis dan menghambat kemajuan, praktik ageisme yang marak dilakukan adalah bentuk tindakan intimidatif, pelecehan moral dan segala sumber dari ketidak berdayaan.

Dilihat dari sejarahnya ageisme merupakan sistem warisan zaman kolonial dimana dahulu penjajah kerap menjadikan pribumi sebagai golongan kelas masyarakat bawah yang mudah untuk dipengaruhi, dibuat bodoh, serta diperas tenaganya juga hasil alamnya, praktiknya tidak jauh berbeda yakini dengan tangan besi, penuh keangkuhan dan memposisikan diri sebagai segala dari yang segala.

Ironinya kini ageisme secara tidak langsung juga dilakukan pada pola pendidikan yang salah dari orangtua terhadap anaknya, dimana anak diposisikan sebagai orang yang tidak tahu apa - apa, di istilahkan umurnya baru kemaren sore, hingga pengaruhi perkembangan anak, pembunuhan karakter dan potensi yang memberi efek psikologis, secara tidak langsung ageisme dari orang tua pada anak secara praktiknya ialah memberikan pembatasan terhadap pembicaraan anak serta perilaku anak tanpa mempedulikan isi hati anak yang butuh akan pengertian, kasih sayang dan suatu penghargaan.

Hal tersebut akan ditiru oleh anak ketika ia dewasa biasanya pada beberapa kasus yang ada ini seolah menjadi efek domino, dimana ketika dia tumbuh rasa dendam akan ageisme muncul dan mempraktikannya terhadap orang lain, dengan menjadikan pola pandangan bahwa orang lain memiliki kasta lebih rendah darinya dan bisa ditindas, sungguh ironi dan tidak berpikir panjang pada praktiknya, tapi demikianlah kehati - hatian yang harus diperhatikan dalam pendidikan.

Ageisme kerap juga dilakukan atasan terhadap bawahan pada suatu lingkungan pekerjaan, ini berdasar pangkat untuk memberikan pengaruh atau patronase dalam peningkatan etos kerja tanpa memperhatikan suatu sisi psikologis dan bertentangan dengan manajemen supervisi pekerjaan.

Ageisme kerap menjadi awal dari suatu rantai permusuhan yang panjang dan kadang tak jarang berakhir dengan kehancuran banyak pihak, ageisme kerap melahirkan kelompok - kelompok berdasarkan kesamaan rasa yang kemudian berbalik menyerang si pelaku pelontar ageisme itu sendiri, ageisme adalah pekerjaan ekstrak bagi penegak kemanusiaan.

Ageisme dalam tahun politik kerap digunakan dalam upaya pemenangan suatu calon atau kandidat tertentu, yang secara instan mampu beri pengaruh pada hasil suara dalam suatu negara demokrasi dengan sistem pemilihan umum.

Demikian semoga bermanfaat, salam sejahtera bagi kita semua serta semoga senantiasa eksis dalam menjalankan aktivitas keseharianya.

Terimakasih sudah menyimak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun