Mohon tunggu...
SATELIT AKTIF
SATELIT AKTIF Mohon Tunggu... Jurnalis - PENGAMAT

Mengamati, mengamalkan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Usia Menengah Atas, Serta Maraknya Konsumsi Tontonan Blue Film

27 Juli 2023   21:07 Diperbarui: 27 Juli 2023   21:17 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usia Menengah Atas, Serta Maraknya Konsumsi Tontonan Blue Film.

Simak tulisan ini, usia menengah atas atau anak umuran sekolah rawan terpapar virus ketergantungan terhadap tontonan blue film atau film porno identik disebut dikita, penyebaranya yang mudah diakses baik dari situs di internet yang dengan berbagai rekayasa bisa diakses, sampai penyebaran melalui share dari teman ke teman.

Judul dengan tulisan blue film atau vidio porno itu memang mendominasi dan paling banyak dicari di siklus mesin pencarian, bahkan sedikit melenceng dari pembahasan, jika tulisan anda ingin cepat banyak dilihat misalnya atau konten pada media lain yang anda miliki misalnya ingin banyak dilihat, cantumkan saja judul tersebut.

Internet dikita didominasi penggunaannya oleh generasi milenial dalam beberapa pengoperasian, serta sekaligus juga konsumen daripada konten yang merupakan iklan berbagai macam penyedia kebutuhan yang mudah diakses.

Kembali ke topik bahasan, usia menengah atas ini rawan dalam mencerna konten yang sifatnya fulgar, blue film bukanlah edukasi sex, tidaklah memberikan pelajaran baik berkenaan dengan sex, blue film justru ialah masalah jika dikonsumsi anak usia menengah atas.

Masalah yang ditimbulkanpun dalam beberapa contoh kasus beragam, mulai dari penyimpangan sosial, pelecehan seksual, bahkan tak jarang berakhir di hamil di usia anak menengah atas.

Itu merupakan gambaran umum dari banyak kasus yang terjadi, hingga kini solusi mutakhir belum hadir menjawab tantangan itu, karena peredarannya yang cenderung cepat dan tak mudah dikontrol.

Sementara itu dampak akibat ialah banyaknya pernikahan usia belum layak nikah, kemudian berdampak pada bertambahnya pengangguran, ini jelas permasalahan.

Selamat beraktivitas kembali, terimakasih telah menyimak, salam sejahtera untuk kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun