Mohon tunggu...
Agus Setiyanto
Agus Setiyanto Mohon Tunggu... Jurnalis -

Warga Negara Indonesia yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sarjana Dilarang Jadi Pimpinan HMI

9 Januari 2016   17:53 Diperbarui: 9 Januari 2016   17:53 6050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita heroik sekaligus menyedihkan di atas merupakan gambaran nyata bagaimana PB HMI saat ini. Ratusan personel pimpinan HMI tertinggi di Jakarta bukanlah aktivis ideal lagi. Mereka tidak lagi progresif seperti halnya ketika masih menjadi pengurus komisariat ataupun cabang. Sebagian besar dari mereka sudah harus sibuk ngurusi perut, S2, keluarga, dan karir pekerjaan. Hal ini wajar, personil PB HMI sudah bukan lagi mahasiswa, melainkan sarjana.

Kembalikan Citra HMI

Jika tidak ingin semakin redup, terutama di kampus umum, Ridwan Saidi[26] mengingatkan agar kader HMI segera berbenah. Dia mengatakan, penyebab kemunduran tersebut ialah karena HMI telah mengubah citranya dari wadah kemahasiswaan menjadi wadah keagamaan. Perubahan ini disebabkan karena aktivis-aktivis HMI berorientasi (terjebak) dengan slogan modernisasi Nurcholish Madjid. Ketika slogan tersebut memudar, HMI sebagai bagian pembawa slogan pun turut memudar.[27]

Ridwan Saidi meminta HMI tetap mempertahankan citranya sebagai lembaga kemahasiswaan serta kelompok intelektual muda. Artinya HMI harus kembali mempertegas status kemahasiswaannya dan menyusun program-program yang berorientasi kepada kemahasiswaan. Mantan politisi PPP ini selanjutnya mengingatkan agar HMI tidak perlu melahirkan slogan-slogan baru-yang bertujuan membela diri agar terkesan masih menjadi organisasi hebat di kampus.

Saya rasa ada baiknya kader-kader HMI dari komisariat sampai PB HMI sudah harus mengingat pesan Ridwan Saidi di atas. Coba saja baca beragam tema perkaderan dari LKI sampai LKIII yang terpampang di berbagai spanduk dan proposal sumbangan alumni. Belum lagi tema-tema bombastis di setiap Konferensi Cabang, Musyawarah Daerah, dan Kongres HMI dari tahun ke tahun. Tengok saja Kongres Pekanbaru kemarin, temanya luar biasa: Strategi Kebudayaan HMI untuk Indonesia yang Berkedaulatan.

Kirim Saja Aktivis Tua ke KAHMI

Saya yakin Anda para pembaca sudah mengerti maksud tulisan ini. Sejak awal saya sudah berusaha menjelaskan segamblang mungkin hal sesungguhnya yang harus dilakukan kader HMI. Iya, kita harus menolak para sarjana menjadi pengurus apalagi Ketua Umum PB HMI.

Para sarjana, yang menjadi Ketua PB HMI, terbukti tidak mampu sehebat generasi kepemimpinan HMI di tangan mahasiswa. Saya rasa ini harus dikaji secara serius oleh kader HMI. Mustahil para petinggi PB HMI di Jakarta, yang notabene sarjana berusia 25-30 tahun, mampu mengerti kebutuhan mahasiswa-mahasiswa berusia 17-20 tahun.

Nazaruddin Nasution[28] jauh hari sudah mengingatkan agar para sarjana minggir dari HMI. Ketika dibujuk untuk maju menjadi Ketua Umum PB HMI menggantikan Nurcholis Madjid, dia menolak dengan alas an sudah tidak lagi mahasiswa. Berikut ini kata-katanya:

Dengan bulatnya keputusanku itu, aku ingin memberikan “pembelajaran” kepada aktivis HMI lainnya, bahwa yang berhak menjadi pimpinan HMI adalah mahasiswa, sedangkan mereka yang sudah berstatus sebagai sarjana, tidak boleh lagi menjadi pimpinan mahasiswa, karena pasti akan berbeda aspirasinya. Menurut pendapatku, mereka yang melanjutkan ke pascasarjana, baik strata-2 maupun strata-3 tidak tepat disebut mahasiswa, karena mereka sudah sarjana.[29]

Agussalim Sitompul dalam beberapa kesempatan juga mengatakan hal yang sama. Menurut dia HMI ini banyak dirugikan oleh elit-elitnya di PB HMI. Para sarjana itu hanya berfikir untuk hasrat politiknya sendiri daripada perkaderan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun