[caption id="attachment_420469" align="aligncenter" width="365" caption="Gudang Sampah Bank SBS, dan Pak Ayo. Dok. Pribadi"]
Namun tak menyurutkan langkah Pak Ayo, di setiap kesempatan pertemuan-pertemuan rutin bulanan di RT lain selalu hadir, seperti saat di pertemuan rutin bulanan di RT I/VI tempat penulis tinggal, di awal tahun 2012. Penulis masih ingat slogan ajakannya 'Pililah sampah sejak dirumahmu, jadikan sampah menjadi berkah jangan tunggu jadi musibah! Dalam kesempatan itu Pak Ayo selalu menekankan keberadaan bank sampah berbeda dengan pemulung dan jasa pemungut sampah yang sudah ada sebelumnya dan tak akan mematikannya sebab warga tak dipaksa jadi nasabahnya dan keberadaan Bank sampah milik warga buat warga dan tujuannya memberdayakan warga mandiri sampah, tak hanya menjaga kebersihan lingkungan, namun membawa berkah setiap jelang lebaran jadi uang senilai sampah yang disetorkan. Dengan cara setiap Minggu menyetorkannya di titik tertentu yang disepakati, bisa juga via SMS, tentu akan diambilnya.
Atas kegigihan Pak Ayo dalam sosisialisasi dan bukti keberhasilanya, hingga kini sudah ada 4 titik komunitas pengumpul sampah di RT I/IV RT V/I RT III dan V /II, dan bahkan sudah melebarkan sayap membawahi 95 komunitas sampah di berbagai desa di wilayah Purwokerto, seperti di PKK Idaman Desa Purwosari, Al Idris Sumampir Bugenvile Kel Purwanegara, komunitas Tanjung di desa Tanjung dan wilayah lainnya, (Data: Bank SBS, 2015).
Berkah prestasi Pak Ayo mengelola Bank SBS di tahun 2012 dapat dana hibah dari STAIN Purwokerto berupa kendaraan roda tiga dan bangunan gudang sampah. Di tahun 2014 bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup Pusat via Badan Lingkungan Hidup (BLH) berupa satu laptop, printer, dan ATK guna membantu administrasinya. Sejak tahun 2013 hingga kini jadi tempat studi banding, dan narasumber sosialisai Bank Sampah di berbagai wilayah Kab. Banyumas.
[caption id="attachment_420479" align="aligncenter" width="239" caption="Sertifikat dan Piagam, Foto Dok. Pribadi"]
Berbagi kiat mendirikan Bank Sampah
"Bagi saya berbagi ilmu yang paling utama, siapa pun dari mana pun saya siap membeberkan kiat-kiat merintis bank sampah," ujar Pak Ayo, ketika penulis temui di gudangnya, lalu membeberkan kiatnya, "Bila ingin mendirikan bank sampah, libatkan tokoh masyarakat dan cari warga jadi yang mau jadi motor penggeraknya. Sementara jadi komunitas/menginduk bank sampah terdekat yang sudah eksis, sembari belajar manajemen dan teknik memilah sampahnya, segera sosialisasi dari lingkup satu RT, bila mendapat respon, ajak supaya mengirim sampahnya setiap Minggu di titik tertentu, lalu kelola. Tiba di akhir bulan setorkan ke induknya, hasil penjualannya serahkan ke bendahara RT atau rekening khusus. Saat kumpulan bulanan rutin di RT-nya tunjukkan hasil tabungan nasabah si A, B, C, dan seterusnya. Setelah tiga kali pertemuan, lontarkan gagasan mendirikan Bank Sampah secara mandiri. Bila direspon baik segera data, jangan lupa minta no hp-nya, dan ingatkan via SMS dua hari menjelang hari H diingatkan setor sampahnya, setelah berdiri bank sampah sosialisasikan ke RT lainnya dan satu lagi si pelaksana tugas jangan libatkan keluarga/saudaranya mbok jadi gunjingan dan ingat jangan bawa uang hasil penjualan ke rumah, langsung setorkan ke bendahara RT atau rekening khusus," begitu pungkasnya kiat rintisan sudah dipraktekan dan telah dibuktikan, Sabtu (23/5/2015).
Dampak pada lingkungan
Keberadaan Bank Sampah dimotori Pak Ayo, sangat signifikan dan kentara, tak seperti tiga tahun yang lalu, kini lingkungan tinggal warga Berkoh jadi bersih. Gang, sungai, selokan dan got semakin bersih dan di sudut belakang rumah warga tak terlihat sampah berserakan, tanpa perlu spanduk, plakat, himbauan Jagalah Kebersihan / Dilarang buang sampah sembarangan / kebersihan bagian dari Iman. Cukup slogan ajakan Pak Ayo 'Pililah sampah sejak di rumahmu, jadikan sampah menjadi berkah jangan tunggu jadi musibah!'