Tias tercenung dari balik pintu pagar rumahnya, tangan mungil lentik memegang teralis pintu pagar rumah bercat putih. Sesekali menggaruk-garuk kepala berambut cepak, entahlah apa itu gatal atau apa. Dua bola matanya menatap jauh, seperti sedang menanti seseorang?
Tias lulusan sarjana dari perguruan tinggi negeri, setelah lulus bekerja menjadi sekretaris di salah satu perusahaan swasta terkenal di Purbalingga, taat beribadah dan patuh pada ke dua orangtuanya.
Namun seiring perjalanan waktu, orangtuanya mulai mengharap lekas berumah tangga, kala kumpul keluarga besarnya jadi bahan pertanyaan dan disinggung pula janjinya mau dekat lelaki kala sudah kerja. Tak sekali, keluarganya menjodohkan lelaki padanya, baginya menyakitkan.
Dalam kerisauan penantian, Tias benamkan waktunya selancar di dunia maya. Di kolom pertemanan, ada permintaan berteman dari sesosok lekaki. sekilas membaca latar belakangnya. Lelaki itu supervisor hotel ternama di Jakarta dan punya cabang di Purwokerto, tinggal di apartemen, suka travelling, jomblo, muslim. Foto-fotonya memperkuat pengakuannya, dari pertemanan, saling menyapa, berbalas komentar dan sanjungan. Berlanjut lebih intens via BBM berujung rayuan dan janji manis
Janji manis tiba "Tias dalam waktu dekat mas kunja ke Purwokerto" baca berulang, serasa tak percaya. Membalas singkat "Kapan mas?" selagi menanti balasan tak kunjung tiba, jadi sensi ketika beberapa kali suara inbox dan dering telp klien perusahaannya ternyata yang masuk dijawab ketus. Beberapa kali buka nomor kontaknya, namun timbul rasa malunya seperti meragukannya, atu lagi meeting.
Setiba di halaman rumah, terdengar nada inbox "Di hari ulang tahunmu say...bagaimana bila kita rayakan bersama?" baca berulang lalu dekap erat Hpnya, ultahnya tinggal tiga jari lagi. Perasaan hati senang terbawa dalam rumah, menimbulkan tanya ke dua orangtuanya, Ia berdalih mendapat bonus dari bosnya.
Tias tersenyum di meja rias, hati kecilnya timbul rencana membuat kejutan bagi orangtuanya, Tias setuju merayakan terlebih dahulu bersamanya, selepas itu baru bertemu dengan orangtua dan dikenalkan pada teman-temannya dan akan menunjukkan lelaki dari dunia maya ke dunia nyata bukan suatu impian. Gayung pun bersambut, lelaki itu minta satu titik pertemuan namun mudah ditemukan.
Satu detik bagai satu menit, satu menit bagai satu jam itulah cinta menjerat waktu, ingin esok segera tiba. Tiba di hari H, pamit kerja. Namun di tengah perjalanan membelok ke salon langgananya. Kali ini minta di make up layaknya akan pergi pesta, dengan dalih akan ada acara di kantor, jam sebelasan siang. Jelang tiba waktunya, diantar kapters salon ke titik pertemuan di seberang Barat jembatan sungai Klawing dan menitipkan motornya, sore hari akan diambil. Setibanya disana mentag foto jembatan via BBMnya, sesaat kemudian dapat balasan sudah memasuki Alun-alun kota Purbalingga.
Tias tercenung menatap aliran sungai, merasa waktu bagai siput berjalan, lalu siput-siput ditumpahkan di air yang keruh, sekeruh hatinya menanti kekasih tinggal selemparan batu tak jua tiba. tersadar ketika mendengar suara klakson mobil merah parkir disampingnya dan terkesiap melihat sesosok lelaki bertubuh gagah, keluar. Mereka saling tatap, lalu tersenyum, Tias mendekat. Lelaki itu membukakan pintu samping depan dan mempersilahkan masuk.
Senyap itulah yang terjadi pada mereka berdua saat mobil melaju kencang ke arah Purwokerto, hanya terdengar lirih music instrumen dan sesekali suara klakson. Tias selintas mencuri-curi pandang ke lelaki begitu lincah mengemudi, kelu lidahnya, seperti mimpi namun nyata.
Batas kota Purwokerto sudah terlihat, mendekati patung Gatot Subroto, lelaki itu coba mencairkan suasana "Tias... tadi lama menunggu?" Tias tergagap ketika mata mereka saling tatap, Ia hanya bisa menggelengkan kepala. "Kamu ternyata lebih cantik di dunia nyata" sanjungan itu melambungkan sukmanya, Tias hanya menyunggingkan senyum, Â membetulkan duduknya, lalu senyap.
Setiba di pelataran hotel, lelaki itu membukakan pintunya sambil berucap "Oya Tias nanti aku kenalkan pada tiga temanku dari Jakarta, mereka ingin kenalan sekalian ikut merayakan ulangtahunmu, tidak keberatan kan?", sesaat Tias berdiri tertegun lelaki itu berdiri begitu dekat Ia menatap selintas "Tentu boleh mas, kan jadi meriah" ujarnya sembari tangannya sibuk merapikan baju.
Hidangan dan minuman ringan nenemani obrolan, candangan dan sanjungan menghanjutkan hatinya. Siang jelang sore minuman mulai berganti, satu-dua tegukan merenyahkan suasana hatinya semakin lepas dan melenakannya, senja pun tiba,
"Coba ini sayang akan menambah kecerian kita berdua" rayu Lelaki itu yang duduk mepet, tangannya menyodorkan sebutir pil warna pink dengan tatapan yang mendebarkan. Sesaat Tias mulai merasakan sensasi nikmat menjalar pelan di sekujur tubuhnya serasa sukmanya melayang-layang, langkah pun ringan, pandangan mulai samar-samar. Saat dibimbing menuju suatu kamar besar, Tis menurut dan ketika baju satu persatu terlepas pun tak kuasa Ia tolak, bisikan kasih sayangp melenakkan lalu menyentak, merintih, menggelinjang, meleguh panjang, Tias tertidur di atas dada bidang lelaki itu.
Ketika terbangun, badanya terasa lungkrah dan terkejut lelaki itu disampingnya menatap tajam, seketika padangannya alihkan ke badanya hanya tertutup seprei, teriak merintih "Mas tega sekali kamu!, tega... antar aku pulang sekarang!" tangannya sibuk mencari baju yang tercecer, lelaki itu mendekap kencang tubuhnya, Ia berontak lemah, "Tenang Tiasku sayang...pasti jangan kuatir... ini lihat mas sudah membawa cincin pertunangan kita" bisikan rayuan membuat sedikit tenang. "Say...badanmu lemah, masih pusing, lungkrah?" Tiasa hanya mengangguk "Mas punya obatnya ini, minum dulu ya istirahat sejenak pasti pusingnya hilang, tunggu sebentar say...mas mau mandi" bagai kerbau dicocok hidungnya obat di tenggak, lantas bergegas memakai baju, namun sesaat kemudian terduduk, merasakan sensasi nikmat mulai menjalar di sekujur tubuhnya, wajahnya memerah, nafas pun mulai cepat, gejolak libido tak kuasa dibendung,.
Samar-samar merasakan mereka saling silih berganti menindih dan kamera hp menyorot sekujur tubuhnya, gelinjang, leguhan tak kuasa Ia tolak. Sesaat istirahat diberi minuman, gairahpun memuncak kembali. Ia tak malu-malu lagi melakukan berbagai adegan, entah sampai berapa kali dan hari, Ia lupa segalanya.
....................
Ditengah malam, di ujung Barat jembatan sungai Klawing, terlihat kerumunan menarik seseorang yang lewat. Dia terkejut melihat perempuan berdiri mematung, rambut, baju kusut masai, mata menatap kosong., ternyata anak saudaranya yang selama tujuh hari sedang dicari. Tak banyak tanya lantas diantar pulang
Pertanyaan, keheranan, penyesalan bapak, ibunya terlondar, Tias tetap berdiri mematung, namun ketika bentakan terlontar seketika dua tangannya memukul-mukul kepala, teriak-teriak tak jelas, membuka baju. satu-dua hari tak ada perubahan, keluarga memutuskan 'sakit jiwa' kena gendam/hipnotis jahat namun entah siapa pelakunya? Walau Hp, tas dan perhiasaan melayang, keluarga malu melapor ke pihak berwajib apalagi sampai terekspos di media kondisi anaknya
Berbagai pengobatan alternative mereka datangi, namun tak membawa perubahan. Tias di kurung dalam kamar, hampir dua tahun tak terlihat. Namun kini, Tias selalu terlihat berdiri dari balik pintu pagar rumahnya, menanti lelaki di ujung penantian, entah siapa dan sampai kapan? Wallahu'alam .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H