Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam Pertama (Anggrek Bulan)

17 Juli 2011   16:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:36 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"apa kabar, sehat .." hanya itu yang aku bisa keluarkan dari dalam mulut, kujulurkan tangan. mata terkesima memandang wajah yang berpuluh tahun mengisi relung hati yang paling dalam, terlepas dalam peluk. nanar mata menatap wajah bak bening air kehidupan tertancap dalam sanubari tak lekang dimakan usia, kulihat dari ujung kepala terbentur titik-titik air  kecil meleleh bak air jatuh diatas daun talas. tak kuasa gemuruh dada melepas beban derita bagai tak berujung. kuingin mendekapmu, dalam kebimbangan.

malam minggu terlewati lagi,  minggu siang jelang malam ini ah...terlewati lagi. sekarang nongkrong didepan monitor sayup terdengar suara adzan ba'da Isya malam menjelang, raung lalu lalang dijalan melanglang ke seribu tujuan. angan liar dalam diri tertuang dalam khayal bayang menjelang malam. kutulis angan ini ingin sua kekasih dalam bayang masa yang telah lewat, kuikuti langkah jari  diatas keyboard menari. membawa kaki menerobos malam dalam bingkai langit mendung, angin semilir membawa bisikan hati terbawa terbang  'tunggu  aku sayang' dalam petang menjelang malam. persetan dengan kata  hati  dan  pikir tiada ujung tak bertitik,  'ku sudah sampai didepan rumahmu sayang....' bisik hati, mengenang.

Tangan menjulur lemas jatuh dalam kebimbangan, kuingin merengkuh, mendekap, mencurahkan luapan isi hati bergejolak dalam pikir, kelu lidah, kelu bibir. Benang merah pemisah tergaris, berpuluh tahun menjerat. mata nanar buram titik air meleleh, dalam malam kelam.

kutermangu didepan pintu, tubuh semampai, bening mata menitik lelehan air mata jatuh dalam pualam putih merona merah, ku tak kuasa menatap lebih dalam, detak gemuruh dalam dada, menanti jawaban bibir terkatup "kabar baik, silahkan masuk...." dalam ketulusan. kaki kelu melangkah ke dalam, sofa menanti. bantal kecil dalam rajutan motif batik kuambil. kudekap angan melayang "ah...andaikan ini engku, ingin rasanya membisikan kata sorga dalam telinga dikau sayang" sembab mata memandang saat kau duduk dalam sofa. dalam pikir "tak berubah dalam duapuluh lima tahun yang lalu dalam badai kehidupan berumah tangga, berpisah?"

Senyap dalam diam mata saling pandang dalam bibir terkatup, dalam kelam. Angin semilir dari jendela terbuka terdengar gemrisik daun berbisik .'ungkapkan apa yang ada dalam samudera hatimu, kayuh perahu berlayar dalam keheningan malam ini labuhkan dalam kejernihan pantai berselimut pasir putih dalam rimbunan keteduhan nyiur, ayo...labuhkan perahu dalam pasir putih tak ternoda. lihat keteduhan pohon rindang sedang menanti dirimu' mata nanar memandang tak kuasa kuberkedip, hilang buyar bisik daun.

"lama sekali..." tecekat saat beradu tatapan mata dalam lampu temaram, hanya kata kelu itu yang keluar dalam sekat tenggorokan seribu ucap bak magma bumi berebut melontarkan isi. kata terangkai dalam angan buyar, terdengar suara lirih tembang kenangan terbawa angin dingin dalam angan, melayang ke masa silam. kuingin datang kesini merajut tali kasih berbilang tahun rapuh terpisah waktu, bertaut hati. kelu rasa ingin aku keluar lari-lari-lari............. "iyaa...lama.." sahutmu menahan gemuruh luapan hati ingin berlari.

Tatapan mata dan kata tak terucap dalam ruang kosong foto dirimu terpapang anggun diatas meja buffet, disamping anggrek bulan bunga plastik. "anggrek bulan bunga plastik?" hatiku berdesir, degup kencang jantungku, menggigil kakiku berasa keringat dingin membasah sekujur tubuhku. anggrek bunga plastik tetap engkau pajang......buram mata memandangnya. Yaa... itu terpajang anggrek bulan bunga plastik pengganti saat di malam pertama kau menyerahkan kesucianmu. Dalam kenangan masa silam melayang dalam kilatan masa penuh kasih sayang.

Kuingat pesanmu, selalu kuingat terpatri dalam kalbu saat aku bisikan kata "maukah kau jadi belahan jiwaku...." Saat itu yaa....saat itu... kau langsung mendekapku kencang sambil membisikan getar bibir tipismu, dalam anganku  'kau ingin ditemani bunga anggrek bulan yang merekah, saat malam pertama' yaa selalu kuingat sayang, jawabmu itu kita tertawa bersama lalu kamu masuk dalam rumah kau tinggal aku di teras depan ditemani nyamuk dan decak cecak.

"sampai pada waktunya pasti akan kubawakan" itu janjiku kutulis dalam secarik kertas tertutup kuserahkan pada bapakmu saat aku pamit pulang, yaa...aku ingat, selalu ingat ternyata kau masuk kamar langsung tertidur, itu aku tahu saat aku pamit pulang bapakmu yang kasih tahu aku. sambil berjalan pulang aku tersenyum, kuingin teriak saat itu..

Tiba saatnya dalam malam lampu temaram harum mewangi rajutan renda bantal guling bergambar bunga anggrek, diatas singgasana. dalam degup jantung "sayang, aku bawa bunga anggrek bulan bertangkai besar, lihat sayang jumlah bungannya yang sedang mekar tiga, yang akan mekar tiga, yang masih kuncup tiga" terbelalak mata indahmu dalam kecapaian upacara pernikahan dari pagi sampai menjelang malam, cubitan keras kuterima tak berasa saat terlihat rona merah alami dalam pualam lesung pipit bibir merekah.

Bunga Anggrek, Sumber ini

Mata batinku, saat itu berangan "inikah bidadariku dalam baju tidur tipis putih belahan dada bertali merah hati melingkar pinggang ramping, dalam renda-renda bergambar anggrek bulan mekar kuingin segera melepas bunga anggrek bulan dalam balutan tubuh putih pualammu sayang...", detak jantungku berdegup keras, tertutup suara-suara kesibukan diluar sana, "tiada kata mata mengikuti lekuk-lekuk tubuh, rambut terurai lepas, ingin segera....." buyar anganku, saat kau selesai membersihkan diri dari makeup pembungkus keindahan wajah dan bibir alamimu, terdengar bisikin......

"mas, aku hanya ingin bunga anggrek berjumlah tiga yang mekar seperti ini dan tiga berkuncup besar ini, kuberharap akan mekar anggrek bulan ini menerangi bumi, aku suka bulan saat bersinar menerangi bumi. seperti saat ini bulan ini, saat bulan purnama merekah. coba mas lihat keluar lewat jendela...oya tolong bukakkan jendelanya,  aku ingin melihat bulan menerangi alam semesta dalam kesejukkanNya" aku selalu ingat ini yaa...selalu ingat tersimpan dalam relung hatiku yang paling dalam tak terbuang selalu kukenang.

kumelangkah menyibak korden merah jambu berenda putih bunga angrek bulan, kubuka pelan daun jendela. "ingat mas saat itu bulan purnama pertama kita...." Kutengok kebelakang, bidadariku sudah dibelangku, kutatap mata beningnya dan kudekap kubisikan kata "yaa... sayangku, cintaku saat itu ciuman pertama kita, selalu aku ingat sayang..." kulumat bibir alami, kilat masa kenang terlintas saat getar hati, getar rasa tak terlukis menyeruak masa kenang terulang....terulang?. bersambung.

.

Fuih ternyata menulis fiksi bikin tegang atas bawah, yang atas menguras energi otak dan hati dan yang bawah...bikin laper yaa,  mau ML dulu ah.............

. Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun