Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terkoyak (Anggrek Bulan)

19 Juli 2011   09:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:33 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terulang, melayang ke masa silam dalam keheningan malam, di ruang tamu ini serasa membawa terbang ke masa silam dalam perjalan waktu panjang serasa, kembali. Terkenang dalam canda tawa, masuk kedalam ada ruang keluarga sederhana, berderet kamar, lebih kebelakang ada dapur dan kamar mandi luar,  ingin rasa hati menengok jejak tapak tinggal dalam angan. Yaa...garis pemisah terbentang sangat dalam, mengekang.

"apa kabar Bapak Ibu saudara-saudaramu yang lain" dalam tarikan napas lepas, tanyaku. Kutatap mata, raut wajah mendung menunduk. "Alhamdulillah semua sehat, Bapak Ibu sudah sepuh tinggal disini bareng aku..." jemari lentik memainkan kain penutup meja dalam renda kuning emas bermotif bunga anggrek bulan, ah....lagi-lagi bergambar anggrek bulan merekah. Terlewat pandang terhampar gambar masa silam, anggrek bulan.

Kutatap wajah tertunduk, terdengar getaran dalam hening malam "saudara-saudaraku semua  tinggal di luar kota semua, aku sendiri...sama ibu dan bapak" terdengar suara batuk-batuk dari dalam, terhenti. "maaf aku kebelakang sebentar nengok Ibu" yaah...gerak saat berdiri dengan kerling mata, kerling mata menghantam sukma mengoyak raga yang tetap terpatri dalam relung hati yang paling dalam, serasa kembali.

"apa tujuanku kesini...." Lintasan pikir alam bawah sadar mengoyak sukmaku "kenapa akhirnya begini... inilah dosa, inilah karma, inilah...inilah" tak kuasa duga luka batin mengoyak pikir, berkelebatan dalam sanubari paling dalam. Sakit, sungguh sakit sukma ini. "kenapa ini terjadi, kenapa? laku batinku,  nafsuku, salahku atau ini sudah kehendakNya?" sakit..sakit bayang kenang akan masa itu bagai kilat menghantam sukma alam bawah sadar.

Sayup terdengar suara bisik-bisik hilang tenggelam, dingin raga ini. Tiada suara bisik angin, tiada suara decak cecak, tiada suara...terdengar suara pintu tertutup, degup jantung serasa mengoyak sepi malam itu. "salam dari ibu...sementara tidak mau ditengok dulu" diambang pintu penghubung ruang dia berhenti memegang korden batas pemisah ruang, dia berkata. Deg....lungrah seluruh ragaku, sukma serasa melayang membawa tangis batin serasa ingin berdiri berlari membawa raga penuh dosa.

"maafkan kesalahanku selama ini...." Keluar dari lubuk hati yang paling dalam, mengingat masa kelam. Kutatap mata bening berjalan menuju sofa panjang, dengan santun. Hanya senyum mengambang tertunduk, "lupakan masa lalu, sudah aku maafkan dari dulu..." lagi.... terulang lagi...lentik jari memainkan kain baju merah jambu, terpadu celana coklat muda panjang. Tak kuasa aku membunuh lintasan masa lalu, terus mengoyak sukma, gejolak hati ingin mendekap.

Waktu terbuang dalam hening malam, sekat terbetang semakin dalam. "Tidak seharusnya ini terjadi....." lintasan pikir dalam alam bawah sadar selalu menghujam langkahku.  ah cerita panjang bak langit tak bertepi, tiada titik temu saat ribuan tangan menggapai mengoyak biduk tak berdayung saat berlayar mengarungi samudera luas lepas, liar terdampar membawa luka terkoyak tangan-tangan karang.

Kata kenang tertancap dalam sukma selalu membayang waktu itu kau mengucap  "aku tidak ingin ini terjadi...aku ingin kembali, tapi orangtuaku tidak berkehendak kita bersama lagi, ini salah kita bersama...." Mataku nanar kosong siang bagai malam, gelap rasa hampa menghampar. "hidup memang harus memilih..." hanya itu yang bisa aku keluarkan dari mulut penuh dosa bak palu godam menghantam raga sukma remuk redam, lemas.

Lepas sudah biduk kehidupan delapan belas tahun mengarungi samudera kehidupan, terhempas ombak menghantam karang tangan-tangan tajam menyeret raga menghujam mengoyak kehidupanku. raga bertebaran berlabuh dipantai kehidupan merangkak dalam kesendirian, mencari tempat keteduhan  membawa beban diri, mengoyak harga diri.

"bunga anggrek masih kau pajang, itu foto masih bagus yaa..." kelu...kelu tak tahu aku harus omong apa lagi, dalam perjalan kesini penuh coretan ingin kutulis dalam percakapan, hilang terhantam masa silam. "iyaa...yang lain juga masih aku simpan" , kenangan masa lalu tetap kau simpan?. kutatap mata bening dalam sinar temaram lampu ruang yang putih jernih, kelu lidahku. ah...masa lalu itu selalu menghantui langkahku, ingin rasanya memutar kembali arah jarum jam.

Bunga Anggrek Bulan, Sumber disini

Kilat masa itu menghantam sukmaku  yang paling dalam alam bawah sadar akan kenangan bunga anggrek bulan yang terkoyak di malam pertama bersamaan rintihan malam dalam dekapan kebersamaan. "mas, badanku serasa bergetar dari ujung kaki sampai ujung rambut serasa ah...susah aku gambarkan..." getaran lirih terucap saat kau bangun pagi, sambil merengkuh tubuhku dalam selimut pagi. Bunga Anggrek bulan bersaksi kembali terkoyak nafsu birahi, hancur berkeping berhamburan diatas ranjang singgasana mengarungi gelombang nikmat tak terperi dalam gambaran tak terlukis, tak tertulis dalam kata, rasa tertancap dalam sukma melebur dalam raga. Dalam kesadaran melepas gejolak birahi, telah aku jalankan kewajiban dalam restu Illahi (Ijab kabul).

"mas, bangun hari menjelang siang...ih malu, diluar terdengar suara rame, bangun mandi sholat Shubuh... bantu-bantu beres-beres..." bisikan dalam hembusan nafas harum, basah rambut menetes. "hmhmm....jam berapa ini, oh...jam enam pagi" sambil kusingkap selimut duduk ditepi ranjang melepas mimpi, diatas ranjang tersingkap serpihan bunga anggrek dalam keping-keping kecil bagai sobekan kertas kosong. Kau tertegun, termangu melihat keping-keping bunga anggrek dalam sprei motif anggrek mekar disana-sini, "mas...bunga anggreknya hancur, tadi malam lupa tidak ditaruh diatas meja yaa..." matamu sembab dengan suara bergetar sambil lentik jari tanganmu mengumpulkan serpihan bunga anggrek, "mas...bunga anggreknya hancur..." dalam suara tersekat, aku hanya bengong sesaat "sudah jangan disesali, nanti siang aku belikan yang anggrek yang mirip sekali ada lhoo...anggrek plastik biar abadi" sambil berdiri kudekap kubisikan kata penghibur.

"awas...ini lepaskan dulu...ih itu diatas sprei..." aku kaget sambil melepas dekapan, kulihat kau langsung melepas sprei, sambil ketawa-tawa kecil lesung pipit dalam pipi merah jambu. Kuhanya tersenyum melangkahkan kaki menuju kamar mandi.......... Aku harus akhiri ini...aku harus akhiri ini....itu masa lalu.

Aku berdiri, kutatap wajah menunduk. "aku pamit dulu, sampaikan salam buat Ibu bapak dan saudaramu semua..." sambil kujulurkan tangan, kulihat mata sembab menengadah dalam tarikan nafas berat, saat kau memandangku dalam keheningan malam. Kau berdiri mengangguk "terimakasih....." hanya itu suara yang keluar. Selamat tinggal masa lalu, kan kusimpan rapat di relung hati yang paling dalam kutulis dengan tinta darah yang mengalir dalam raga "aku tetap menyayangimu....." melebur dalam raga sukma mengarungi kehidupan di dunia fana ini yang penuh dosa, semoga kita bisa bertemu kembali.

.

Salam,

.

Fuih bener-bener menulis cerpen menguras energi dan membuat tegang atas bawah ah akhirnya climax ....cepet bikin laper, ML dulu ah... Makan Lagi, silahkan dinikmati dan dikritisi...pareng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun