1. Mulai dari lingkungan keluarga berperan sangat penting, pengenalan sayur sudah harus dimulai dari balita, secara kontinyu diajak makan sayur bersama. beraneka ragam sayur berganti-ganti dan dimasak dalam bentuk penjajian yang bervariasi. Batasi/larang makanan/jajanan serba instan, biasanya mengandung dosis tinggi vetsin/pelezat dan gurih-gurih ini mungkin jadi salah satu penyebab rusaknya rasa pengecap, dan tertanam dibawah sadar/otak, mungkin.
2. Salah dua disimpan dimana yaa.....? Oh....ini kurangi/jangan sering2, bawa anak makan kerestoran cepat saji (untuk gengsi sekali-kali, bolehlah). kalau sering bisa2 anak akan ketagihan. Lho... tapi kalau sudah terlanjur bagaimana caranya, yaa...kalau pas buat sayur ditambah penyedap dulu cukup banyak lama-lama dikurangi/secukupnya. Nah ini yang terkadang kurang dipahami kalau ada anak yang tidak sayur, yang disalahkan sayurannya, padahal aku sering menemukan kasus anak tidak mau makan sayur yaa...karena masalah rasa terutama gurihnya kalah dari makanan yang serba instan. Coba anak suruh pilih, makan sayur - apa makanan/jajanan instan? Tapi kalau tetap tidak mau makan sayur, yaa.. jangan dipaksa, biarkan saja anak melihat ibu/bapaknya/saudara lahap makan sayur yang dia tidak suka, dan masak sayur dengan lebih variasi, suruh coba sedikit2.
3. Lingkungan sekolah mungkin bisa berperan dalam hal ini menyediakan kantin yang lebih banyak menjual makanan bersayur, dan ada pintu gerbang yang tertutup waktu istirahat. Jadi anak2 didik tidak keluar jajan diluar, atau anak bawa bekal dari rumah ransum dari rumah. Sudah banyak bukti (silahken search mbah googling) makanan yang dijual diluar lingkungan sekolahan ada yg 'kurang sehat' (berefek jangka panjang), padahal sakit sekarang mahal ongkirnya. monggo pilih lebih suka memadamkan kebakaran apa mencegah kebakaran, tapi kayanya lebih suka kebakaran dulu baru rame-rame cari si kambing hitam....di buat sate rame-rame di media massa. Tapikan sayuran sekarang banyak yang mengandung pestisida, nantilah dibahas lagi. Cape ngetik terus.
4. Pemerintah/media massa/elektronik sangat berperan untuk sosialisasi kelebihan2 konsumsi sayur mayur, dengan sering dan kontinyu tayangkan orang makan sayur. Siapa tahu jadi pada suka makan sayur, mimpidotcom.
5. Aku ini sudah terlanjur tidak suka salah satu sayur tersebut diatas, berarti pernah makan/mencicipi dunk. Saranku yaa mulai dari pengendalian pikiran diri sendiri, untuk mau membuka diri mencoba dan mencoba. kenapa kalau tidak mau membuka diri untuk mencoba? Yaa... jelas tidak mungkin bisa menikmati salah satu sayur yang tidak disuka tersebut, jadi jangan teruskan membaca ini.
6. Caranya ingat-ingat awal tidak suka sayur diolah apa, oseng/lodeh/dikukus/lalapan dan hasil olahan rumah atau warungan. kalau awalnya karena tidak suka konsumsi sayur olahan rumah, yaa sekali-kali kalau pas di warung dengan situasi kondisi sedang happy kalau lihat ada sayur yang tidak disuka itu nongol pamer diri supaya dijamah pembeli, coba icip-icip lagi. Tapi kalau tetap tidak suka padahal sudah dibeli, yaa jangan dipaksa dimakan. Iklaskan saja itung2 membantu penjual warung menghabiskan dagangannya, membantu pedagang sayur dan petani sayur, tuh beramal banyak kan.
7. Demikian juga kalau pas dirumah ada olahan sayur diolah dengan variasi lain, padahal sayur itu bukan kesukaan/tidak suka/benci. Yaa...langsung dalam pikiran tancapkan kata2 'waah ini enak' jadi cobalah icip-icip sambil membayangkan kenikmatan kasih sayang yang masak dan ingat akan anugerah kenikmatan dan karunia-Nya. Baca ini: http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2011/03/22/teknik-menikmati-seni-%E2%80%98rasa%E2%80%99-kuliner/
Ah...ternyata saya tetap tidak suka sayur ini dan sayur itu, apalagi sayur kangkung itu makanan kambing, yaa... sudah jangan kasih vote tulisan ini.
.
Salam Kuliner kelas sayur....
.