Mohon tunggu...
Sastyo Aji Darmawan
Sastyo Aji Darmawan Mohon Tunggu... Lainnya - ASN; Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Penyuluh Antikorupsi; Negarawaran

Menulis supaya gak lupa

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pelajaran Berharga Dari Pengkhianatan (Bagian Kedua)

20 Januari 2025   09:35 Diperbarui: 20 Januari 2025   09:43 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Ketika dipercaya melaksanakan tugas, saya membayangkan pekerjaan ini akan berjalan dengan mudah. Dengan bantuan konsultan berpengalaman-waktu perencanaan yang terbatas dan kendala-kendala lainnya-seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sayangnya, kenyataan yang saya hadapi tidak demikian.

Setelah diskusi project sore yang sangat dilematis itu, saya pun melanjutkan tugas. Hasil diskusi menyisakan pekerjaan rumah yang cukup banyak. Desain interior yang sudah setengah jalan harus kami rombak dari awal. Saya sudah menduga hal ini akan terjadi. Sebab, konsultan interior sudah tidak menunjukan kinerja yang baik sejak hari pertama mereka bekerja. 

Sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), identifikasi risiko sudah seyogyanya dilakukan. Berbagai upaya mitigasi telah saya lakukan untuk meminimalisir timbulnya dampak negatif. Akan tetapi mitigasi itu tak lebih dari ikhtiar saja. Terkadang hasil yang kita terima tak sesuai dengan ekspektasi.

Pada kasus ini, risiko mendapatkan penyedia yang tidak tepat mutu tak mampu saya tolak. Bukan karena saya tidak punya nyali untuk menolak hasil kerja kelompok kerja pemilihan (sebutan untuk panitia seleksi konsultan), namun-saya sadar-penolakan hanya akan berbuntut pada panjangnya waktu untuk melakukan seleksi ulang. Durasi pekerjaan akan semakin menipis, kinerja organisasi pun akan terganggu.

Padahal, saya sempat optimis dengan hasil seleksi dari kelompok kerja pemilihan. Salah satu anggotanya cukup saya kenal memiliki kemampuan yang memadai dan cukup berpengalaman untuk seleksi semacam ini. Saya sangat yakin, ia bisa memimpin anggota kelompok kerja pemilihan lainnya untuk bekerja secara profesional. 

Saya ingat betul ketika ia bertanya kepada saya. "Apakah ada arahan dari pimpinan untuk pekerjaan jasa konsultansi ini?".

Dengan tegas saya menjawab, "Tidak ada". 

Pertanyaannya semacam itu biasa dilontarkan oleh kalangan kami, pengelola pengadaan. Saya mengira ia berupaya mengonfirmasi apakah ada intervensi negatif dari pimpinan untuk mengarahkan pemenang seleksi pada pekerjaan tersebut dan akan memberi jawaban yang bijak untuk menolak atau merekomendasikan jalan keluar. Rupanya, ia punya maksud lain. 

Seharusnya jawaban saya pun membuat mereka bisa berkerja dengan penuh integritas. Belakangan, saya baru menyadari konfirmasi itu justru bermakna: "jika pimpinan tidak mengirim jagoan, maka jagoan kami bisa menang".

Singkat cerita-setelah proses seleksi yang penuh kejanggalan-saya mereviu hasil seleksi kelompok kerja pemilihan. Saya menduga, mereka berupaya memenangkan satu-satunya peserta seleksi yang mendaftar. 

Aneh. Padahal, tidak ada syarat yang diskriminatif. Mengapa yang mendaftar hanya satu peserta. Saya menduga ada pembatasan akses ke Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE), sehingga yang bisa mendaftar hanya satu peserta tersebut. Tapi itu semua hanya dugaan. Saya tidak punya bukti apa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun