Mohon tunggu...
Sastyo Aji Darmawan
Sastyo Aji Darmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Penyuluh Antikorupsi

Menulis supaya gak lupa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengedepankan Musyawarah, Meluruskan Definisi Kompetisi Dalam Demokrasi

22 November 2024   08:29 Diperbarui: 22 November 2024   08:29 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdalih memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk berkontribusi dalam pemerintahan, kita justru abai terhadap kualitas pemimpin yang kita pilih. Tidak jarang, masyarakat memilih pemimpin bukan karena kualitas diri dan program kerjanya melainkan hanya popularitas yang diraih bukan tanpa mahar. Kompetisi yang digadang-gadang menghasilkan pemimpin berkualitas, tidak lebih dari slogan belaka. Kompetisi yang sesungguhnya hampir tidak pernah dijalankan.

Seharusnya, kita belajar dari para sahabat Rasulullah SAW dalam berkompetisi. Kompetisi yang mereka lakukan tidak dibatasi dengan agenda pergantian Khalifah. Bahkan tujuan mereka berkompetisi pun bukan untuk menjadi Khalifah. Tanpa ada agenda pergantian Khalifah pun, kompetisi di antara mereka selalu berlangsung. Mereka menyebut kompetisi itu dengan fastabiqul khoirot atau berlomba dalam kebaikan. Dalam kompetisi semacam ini, hanya Tuhan yang mampu menilai kualitas dari setiap kebaikan yang diperbuat, dan memang hanya Tuhan-satu-satunya-Zat yang diharapkan memberi balasan atas kebaikan tersebut. 

Tidak ada satu pun dari sahabat Rasulullah SAW yang mengajukan diri untuk menjadi Khalifah, apalagi meminta orang lain untuk mengusulkan namanya. Berbekal riwayat kebaikan, para sahabat justru saling mengusulkan kandidat Khalifah yang paling pantas di antara mereka. Di momen ini-lah musyawarah itu dilakukan. Bukan tidak mungkin para sahabat pada akhirnya menentukan Khalifah terpilih berdasarkan persetujuan terbanyak, namun-sekali lagi-kompetisi untuk mengumpulkan persetujuan itu sudah dimulai jauh hari sebelum agenda pergantian Khalifah dimulai.

Kita punya peluang untuk berkontribusi besar dalam menjalankan pemerintahan. Demokrasi telah memberi ruang kepada kita untuk itu. Suara yang kita berikan kepada calon pemimpin adalah medianya. Sayangnya, kekuasaan yang kita titipkan kepada pemimpin di dalam setiap hak suara tersebut justru tidak kita gunakan dengan bijak. Jika kita gagal memahami definisi sesungguhnya dari kompetisi di dalam demokrasi-sadar atau tanpa kita sadari-kita sudah mencederai marwah demokrasi itu sendiri.

Mengedepankan Musyawarah, Meluruskan Definisi Kompetisi

Dari cerita pemilihan Ketua RT, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kebijakan dan regulasi yang berlaku sudah memberi ruang untuk warga untuk mengedepankan musyawarah sebelum pemungutan suara. Dari kisah para Khulafaurasyidin, kita juga dapat mengambil pelajaran bahwa mengedepankan musyawarah bukan berarti menghilangkan kompetisi. Dari kedua kisah ini kita bisa meluruskan pemahaman kita tentang kompetisi di dalam demokrasi agar suara yang kita berikan kepada pemimpin bangsa, bukan suara yang tersesat dalam definisi yang sempit. Semoga dari catatan ini kita juga bisa belajar bahwa kompetisi terbaik yang harus dijalani oleh para pemimpin termasuk kita semua adalah fastabiqul khoirot dan waktu terbaik untuk berkompetisi tidak dibatasi hanya pada momen tertentu seperti pemilihan Ketua RT, Kepada Daerah atau Presiden. Tuhan memerintahkan kita untuk berlomba dalam kebaikan selama kita hidup.

"Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Baqarah: 148)"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun