Mohon tunggu...
Sastyo Aji Darmawan
Sastyo Aji Darmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Penyuluh Antikorupsi

Menulis supaya gak lupa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menghidupkan Kembali Fungsi Masjid Sebagai Pusat Kaderisasi Generasi Muda

12 November 2024   13:21 Diperbarui: 12 November 2024   20:12 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah pesan yang sudah diteruskan berkali-kali dikirimkan oleh salah satu kerabat saya di dalam Whatsapp Mesengger. Entah siapa penulisnya, namun tajuknya cukup menarik perhatian saya, 'Robohnya Masjid Kami'. Sekilas saya membacanya, isi pesan tersebut adalah tentang fungsi Masjid yang tidak lagi digunakan sebagai pusat kaderisasi dan tempat mendidik generasi muda. 

Tanpa pikir panjang, saya salin isi pesan tersebut lalu saya tempel dalam draft tulisan di Kompasiana. Saya pikir, pesan tersebut perlu digandakan efek penyebarannya sekaligus saya sempurnakan gaya penulisannya supaya lebih banyak orang yang akan membacanya dengan nyaman. Tanpa bermaksud menghilangkan peran penulis aselinya, inilah isi pesan tersebut.

Dalam sejarah peradaban Islam, Masjid bukan sekadar tempat untuk menunaikan shalat, tetapi pusat peradaban, pendidikan, dan pembinaan umat. Pada masa Rasulullah SAW, masjid di Madinah menjadi pusat pemerintahan, tempat diskusi ilmu, dan wahana pembinaan sahabat. Namun, seiring berjalannya waktu, fungsi masjid sebagai pusat peradaban Islam mengalami pergeseran. Sayangnya, tidak banyak masjid yang difungsikan sebagai pusat kaderisasi dan tempat mendidik generasi penerus yang berakhlak dan berpengetahuan.

Kondisi tersebut dapat terlihat dari jumlah pemuda Muslim yang gemar datang ke masjid. Indonesia memiliki lebih dari 800.000 masjid. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah masjid terbesar di dunia. Akan tetapi, masjid-masjid ini masih memiliki tantangan besar dalam menjalankan fungsi pembinaan umat. Berdasarkan data Kementerian Agama, banyak masjid masih sepi dari kegiatan kaderisasi dan pembinaan remaja. Sebuah survei di kota-kota besar menunjukkan bahwa sekitar 30% anak muda Muslim jarang berkunjung ke masjid, bahkan hanya datang ketika ada acara tertentu atau pada bulan Ramadhan. Fakta ini mencerminkan lemahnya daya tarik masjid terhadap generasi muda.

Menjaga masjid sebagai pusat peradaban sangat penting untuk membentuk generasi yang tangguh dalam iman dan amal. Kaderisasi di masjid adalah solusi efektif dalam menghadapi berbagai tantangan moral, sosial, dan spiritual yang dihadapi generasi muda saat ini. Tanpa peran masjid yang aktif dalam pembinaan umat, generasi muda Muslim cenderung mencari tempat di luar masjid yang mungkin kurang mendukung pengembangan kepribadian Islam.

Padahal, pentingnya kaderisasi umat melalui masjid telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an, Hadits, dan pandangan ulama. Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 18 salah satunya.

"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapapun selain Allah. Maka mudah-mudahan mereka menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk."

Sebagaimana diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah SAW juga bersabda:

"Jika kamu melihat seseorang yang senantiasa ke masjid, maka bersaksilah bahwa dia orang beriman."

Ulama besar-Imam Al-Ghazali-pun pernah berfatwa:

"Sesungguhnya masjid bukan hanya tempat shalat, tetapi tempat menuntut ilmu, mengembangkan jiwa, dan membentuk generasi unggul."

Lantas, solusi apa yang bisa kita terapkan agar kaderisasi di Masjid bisa dihidupkan kembali? Berikut ini beberapa gagasan yang mungkin bisa diterapkan di masjid-masjid kita.

Pertama. Masjid perlu mengadakan kegiatan rutin yang melibatkan remaja dan pemuda, seperti kajian tematik, pengajian Al-Qur'an, diskusi keagamaan, dan workshop keterampilan. Dengan program yang menarik dan relevan, masjid bisa menarik minat generasi muda untuk datang dan terlibat.

Kedua. Masjid dapat bekerja sama dengan sekolah atau kampus dalam menyelenggarakan kegiatan keagamaan, seperti pelatihan kepemimpinan, seminar keislaman, atau kelas bimbingan agama. Ini bisa menarik pelajar dan mahasiswa agar merasa lebih akrab dengan masjid.

Ketiga. Di era digital ini, media sosial dan platform digital bisa dimanfaatkan untuk mendekatkan masjid dengan generasi muda. Masjid dapat mengadakan kajian online, mengunggah konten dakwah, serta mengelola komunitas virtual yang dapat memperkuat jaringan antar pemuda Muslim.

Keempat. Masjid dapat membentuk lembaga kaderisasi yang fokus pada pembinaan keagamaan dan kepemimpinan bagi pemuda. Dengan adanya lembaga ini, masjid dapat melakukan pembinaan yang berkelanjutan dan sistematis bagi generasi muda.

Kelima. Memberikan peran kepada pemuda dalam kepengurusan masjid dapat membuat mereka merasa memiliki tanggung jawab dan keterikatan dengan masjid. Dengan cara ini, mereka akan merasa masjid adalah bagian dari hidup mereka yang perlu dijaga dan dikembangkan.

Masjid adalah tempat yang sangat penting bagi pembinaan umat dan pelestarian peradaban Islam. Saat ini, kita tengah menghadapi tantangan untuk menghidupkan kembali peran masjid yang sudah mulai luntur. Kaderisasi generasi muda adalah prioritas agar masjid tetap hidup sebagai pusat keilmuan, spiritualitas, dan pengabdian umat. Dengan langkah-langkah yang strategis dan partisipasi semua elemen masyarakat, kita dapat membangun kembali fungsi masjid sebagai pusat kaderisasi dan peradaban Islam yang hakiki.

Referensi:
1. Kementerian Agama RI. (2024). Data Jumlah Masjid di Indonesia.
2. Tirmidzi, Abu Isa Muhammad. Sunan At-Tirmidzi.
3. Al-Qur'an Al-Karim. Tafsir Al-Muyassar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun