Mohon tunggu...
Sastyo Aji Darmawan
Sastyo Aji Darmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Penyuluh Antikorupsi

Menulis supaya gak lupa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menuju Kursi DKJ 1: Siapa Cawagub Terunggul di Debat Perdana? (Bagian Kedua)

9 Oktober 2024   06:05 Diperbarui: 9 Oktober 2024   07:15 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di segmen kedua, panelis menantang para Cawagub DK Jakarta untuk beradu visi dan misi. Kali ini, giliran Suswono, Kun Wardhana, dan Rano Karno menjawab setiap permasalahan yang sudah disiapkan panelis untuk diberikan jalan keluar menurut versi paslon masing-masing. Berikut ulasannya.

Tata Kelola Pemerintahan

Menurut Air Quality Index, Jakarta mengalami kualitas udara terburuk ketiga di dunia pada tahun 2023 dan dikategorikan sebagai udara yang tidak sehat. Jakarta perlu berkolaborasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lainnya dan Industri untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut, termasuk banjir, transportasi publik, sampah, perumahan, dan keterbatasan air bersih. Di sisi lain Jakarta harus bersiap untuk menjadi kota global dan DKJ. Lantas, bagaimana membangun kolaborasi inter government dan intra government dalam menyusun kebijakan dan layanan publik?

Suswono, Cawagub dari paslon nomor urut 1 menjawab pertanyaan tersebut dengan kalimat pembuka yang tidak tepat sasaran. Gagasan strategi kolaborasi inter government dan intra government yang diminta oleh panelis justru dijawab dengan uraian program pengembangan industri kreatif dalam upaya untuk mengurangi polusi. Selain itu, kader PKS ini juga mengusulkan untuk menambah ruang terbuka hijau dengan target 3 juta pohon agar mampu menyerap CO2. 

Kun Wardhana menanggapi usulan Pak Sus dengan lebih akurat. Menurutnya, perlu ada efisiensi birokrasi antara hubungan kerja sama antara Pemerintah DK Jakarta, baik dengan Pemerintah Pusat ataupun dengan Pemerintah Daerah lainnya. Sejalan dengan hal tersebut, Kun menegaskan kembali pentingnya transparansi layanan publik dan partisipasi publik dalam mengawasi jalannya program pemerintah DK Jakarta yang akan mampu difasilitasi dengan program internet gratis ke semua warga. Dengan internet gratis tersebut, warga Jakarta akan mudah mengakses berbagai informasi, layanan publik dan menyampaikan keluhan-keluhannya.

Sementara itu, Rano Karno relatif tidak memanfaatkan waktu untuk memberi tanggapan dengan kritik atau masukan yang maksimal. Si Doel, hanya menegaskan bahwa Jakarta tidak bisa menyelesaikan masalah perkotaannya sendiri. Oleh karena itu, Jakarta harus dikembangkan menjadi aglomerasi yang menjangkau daerah-daerah di sekitarnya. Tidak ada penjelasan yang lugas tentang bagaimana strategi kolaborasi yang diusulkan Si Doel.

Mendengar tanggapan dari kedua lawannya, Suswono seolah jumawa. Menurutnya, kedua lawannya itu cukup mendukung gagasan yang telah ia sampaikan di kesempatan pertama. Padahal, di kesempatan pertama belum menjawab tantangan panelis sama sekali. Di kesempatan kedua, ia menegaskan strategi desentralisasi pengelolaan anggaran ke setiap RW untuk mengurangi kebocoran anggaran dan menitik beratkan pengalokasian anggaran untuk program padat karya. Sayangnya, pernyataannya di kesempatan kedua masih belum sesuai dengan harapan panelis dan publik.

Ketahanan Budaya

Budaya betawi perlu dikembangkan sebagai modal Jakarta untuk menjaga identitas lokal ditengah derasnya moderenisasi. Sudah 24 tahun pembangunan perkampungan budaya Betawi sebagai laboratorium pengembangan budaya betawi dilakukan, namun hasilnya masih jauh dari harapan. Pada giliran kedua, Cawagub dari paslon nomor urut 2, Kun Wardhana dimintai pendapat tentang bagaimana memperkuat budaya Betawi berbasis komunitas dan ruang kreatif agar tidak punah.

Menurut Kun, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya budaya Betawi dapat dilakukan melalui pendidikan berbasis budaya yang dilakukan sejak usia dini. Selain itu, sarana dan prasarana komunitas budaya Betawi dan tempat-tempat lainnya perlu ditingkatkan. Kun juga akan menggratiskan Taman Ismail Marzuki (TIM) bagi masyarakat, agar masyarakat dapat mengenal budaya Betawi di TIM. Pengelolaannya akan dikembalikan ke dinas kebudayaan, setelah sebelumnya dipegang oleh Jakpro. Selain itu, Kun mengusulkan adanya dana abadi untuk para seniman Betawi dan membangun ekosistem budaya Jakarta dengan para stakeholder terkait.

Program internet gratis masih terus digaungkan oleh Kun. Menurutnya, warga Jakarta bisa memanfaatkan internet gratis untuk mengunggah konten-konten seni budaya sebanyak-banyaknya ke media sosial. Sehingga, seluruh dunia dapat mengetahui budaya Jakarta. Sejalan dengan pengembangan Jakarta menjadi kota global, Kun mengajak warga Jakarta untuk 'think globaly and act globaly'.

Menanggapi gagasan Kun, Suswono sepakat bahwa pentingnya kurikulum pendidikan budaya Jakarta di sekolah-sekolah. Selain itu, ia mengusulkan perlu menghidupkan lembaga adat, serta melestarikan situs dan cagar budaya Betawi. Ia dan Kang Emiel pun akan membangun simbol-simbol budaya Betawi di berbagai titik di Jakarta.

Senada dengan usulan Kun dan Pak Sus, Rano Karno menambahkan bahwa warga Jakarta bisa mempelajari budaya Betawi dari mana saja, bukan hanya di sekolah. Untuk itu, program pembangunan Balai Rakyat yang diusulkannya menjadi sangat relevan. Doel lebih menitikberatkan pada perubahan pola pikir warga Jakarta tentang bagaimana menjadikan budaya sebagai sumber daya yang potensial untuk mengembangkan kota Jakarta.

Problematika Gen-Z

Di kesempatan terakhir, Cawagub dari paslon nomor urut 3 diberikan panggung oleh para panelis. Ia diminta memberikan usulan tentang solusi atas permasalahan lapangan pekerjaan untuk Generasi Z. Berdasarkan data BPS per agustus 2023, tingkat pengangguran terbuka mencapai 6,53% atau sebanyak 355 ribu orang yang didominasi oleh masyarakat usia muda, yakni usia 15-29 tahun. Sebesar 70,37%, atau 1 dari 6 orang anak muda masih menganggur. Setelah ditelusuri, syarat usia dan pengalaman seringkali menjadi penghambat. Hal ini menunjukan bukan hanya faktor ketidakmampuan dalam mencari kerja yang menjadi penyebab tingginya angka pengangguran pada Generasi Z, melainkan juga adanya kebijakan rekrutmen yg kurang berpihak bagi anak muda.

Doel memulai orasinya dengan program 'menjadi PPSU tidak perlu ijazah'. Ia melanjutkan dengan program pembangunan Balai Rakyat yang bertujuan sebagai Balai Latihan Kerja (BLK) moderen bagi warga Jakarta. Ia mencontohkan, anak-anak muda akan dilatih kemampuan membuat animasi sehingga bisa menjadi animator dunia seperti pada film Avatar. Ia juga menambahkan akan menyediakan Hotline 24 jam untuk menampung keluhan/usulan dari Gen-Z terkait penjurusan yang akan diberikan di BLK agar tidak salah arah.

Suswono menyempurnakan gagasan Bang Doel dengan program inkubasi dan akses modal untuk mendorong tumbuhnya wirausaha muda. Ia juga mengusulkan agar Gen-Z selalu dilibatkan dalam kegiatan soisal dan lingkungan. Selain itu, jika dirinya terpilih bersama Ridwan Kamil, program pelatihan siap kerja, magang di kantor Gubernur dan BUMD sudah menanti anak-anak muda.

Sementara itu, Kun menelisik lebih jauh permasalahan ini dengan kondisi ketidakcocokan keterampilan dan kompetensi pencari kerja dengan kebutuhan dunia kerja. Oleh karenanya, koordinasi antara dunia kerja, kalangan kampus, kalangan SMK perlu ditingkatkan agar lulusan-lulusan pergurutan tinggi dan SMK dapat memiliki keterampilan dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Selain mengusulkan program magang dan penempatan kerja, ia kembali menekankan potensi dunia digital yang dapat dijadikan investasi masa depan bagi anak-anak muda. 

Doel membalas tanggapan kompetitornya dengan pernyataan optimisme. Menurutnya, semua program yang diusulkan dapat direalisasikan sepenuhnya. APBD DK Jakarta sebesar 81 triliun menempatkan Jakarta sebagai provinsi yang mandiri dan tentu mampu menjadi modal yang besar untuk mencetak generasi muda yang siap menyongsong Indonesia Emas 2045.

(Bersambung ke Bagian Ketiga)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun