Pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur DK Jakarta, Dharma Pongrekun dan Kun Wardana (Dharma-Kun) muncul ke hadapan publik dengan visi misinya yang terdengar orisinil. Dharma-Kun menyisipkan adab dalam setiap visi dan misinya untuk memimpin Jakarta lima tahun ke depan. Menurut mereka, adab sangatlah penting dalam agenda penguatan sumber daya manusia Jakarta sebagai kota global berkeadilan dan pondasi untuk kepemimpinan Jakarta . Tanpa adab maka keadilan tidak ada.Â
Dalam debat calon Gubernur dan Wakil Gubernur DK Jakarta yang diadakan oleh KPU DK Jakarta pada Minggu, 6 Oktober 2024, berkali-kali Dharma-Kun menegaskan pentingnya adab dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh warga Jakarta. Sebagai satu-satunya paslon yang berada di jalur independen non-partai, Dharma-Kun berkomitmen menjadikan Jakarta, sebagai pusat perekonomian nasional dan global yang aman dengan melalui reformasi jati diri untuk mewujudkan rakyat yang beradab agar menjadi makmur. Seolah-olah semua permasalahan harus diselesaikan melalui perbaikan adab terlebih dahulu.
Jika adab yang menjadi fokus perhatian Dharma-Kun, lantas seberapa berat masalah adab yang dihadapi oleh warga Jakarta sesungguhnya? Bagaimana mendorong warga Jakarta melakukan reformasi jati diri agar menjadi rakyat yang beradab dan makmur?
Permasalahan Adab
Mengutip dari buku Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional-Religius oleh Abd. Haris, "adab" berasal dari kata "al-adabu" yang artinya kebiasaan atau adat. Imam Bukhari mendefinisikan adab, yaitu menggunakan sesuatu yang terpuji dalam perkataan dan perbuatan. Menurut para ulama Sufi, adab adalah kumpulan dari beberapa kebaikan.
Dalam buku 63 Adab Sunnah karya Rachmat Morado Sugiarto, pengertian adab dikaitkan dengan akhlak yang baik dan terpuji. Kata adab yang aslinya merupakan bahasa Arab sudah sejak lama diadopsi ke dalam bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata adab memiliki arti: kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak.
Sila ke-2 Pancasila yang berbunyi "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab", menjadi tuntutan bagi warga negara Indonesia untuk saling menghargai dan memperlakukan manusia secara adil serta beradab. Sila ke-2 mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi hati nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan. Sila ini berlaku untuk diri sendiri, juga sesama manusia dan lingkungannya.
Visi Dharma-Kun rupanya sejalan dengan pendapat Prof. Syed Naquib Al-Attas (Al-Attas), cendekiawan dan filsuf Muslim dari Malaysia . Al-Attas berpendapat bahwa hilangnya adab adalah akar masalah bangsa saat ini. Â Hilangnya adab menyebabkan perilaku manusia yang menyimpang dan keluar dari fitrah kemanusiaannya. Hal ini yang menyebabkan munculnya berbagai masalah seperti kemiskinan, pengangguran, kejahatan, kriminalitas, korupsi, bencana alam, dan lain-lain.Â
Menurutnya, cara pandang realitas yang salah dapat menyebabkan hilangnya adab. Solusinya untuk mengatasinya adalah dengan memperbaiki cara pandang. Seseorang yang memiliki visi keakhiratan memiliki perspektif berbeda dengan orang yang bervisi keduniawian semata dalam melihat setiap realitas dalam kehidupan. Dengan cara pandang yang mengedepankan keakhiratan menjadikan manusia lebih beradab. Dan adab didapatkan melalui pendidikan yang benar dan berkurikulum akhirat bukan hanya dunia.
Maka, tepat-lah Dharma-Kun menempatkan adab sebagai bagian dari visi dan misinya. Akan tetapi, bagaimana mengimplementasikannya dalam program-program pemerintah DK Jakarta jika mereka terpilih? Bagaimana menyasar para warga yang sudah tidak duduk di bangku pendidikan formal, jika cara memperbaiki adab hanya melalui jalur pendidikan?
Pemimpin Sebagai Teladan Adab
Jika pendidikan sudah baik, orang dewasa tinggal mempraktikan adab dalam kesehariannya. Teorinya seperti itu. Masalahnya, masalah kemiskinan, pengangguran, kejahatan, kriminalitas, korupsi, bencana alam lebih sering disebabkan karena kesalahan orang dewasa dalam melakukan aktivitasnya yang notabene sudah mendapatkan pendidikan adab sedari dini. Kita bisa berharap pada generasi muda yang masih mengenyam pendidikan untuk dapat mengimplementasikan adab sedari dini sampai beranjak dewasa. Lantas, bagaimana memastikan adab tersebut tetap diemban setiap waktu dari segala kalangan usia?
Sepertinya, salah satu program kerja Dharma-Kun terkait adabakan berkisar pada peningkatan pendidikan bagi generasi muda dan perbaikan tata kelola pemerintahan. Pendidikan menjadi jalan masuk untuk mencetak generasi muda beradab, sementara perbaikan tata kelola pemerintahan akan menjadi jalan keluar atas permasalahan kebijakan dan regulasi yang tidak mencerminkan adab.
Khusus dari bidang pendidikan, selain mengandalkan tenaga pendidik baik formal maupun non-formal, pendidikan adab perlu diberikan juga melalui jalur keteladanan. Pemimpin-pemimpin bangsa-lah yang bertindak sebagai tenaga pendidik dalam hal ini. Seharusnya, pertunjukan adab dapat kita lihat-bukan hanya dari pidato, nasihat atau kampanye-kampanye politik saat Pemilu/Pilkada melainkan juga dari kebijakan dan regulasi yang ditelurkan semasa mereka menjabat.
Penguatan kurikulum berbasis akhirat sangat penting, namun memilih pemimpin yang dapat menjadi teladan juga penting. Pilkada kali ini menjadi sarana untuk dapat memilih pemimpin yang layak diteladani tersebut. Meski, hanya paslon Dharma-Kun yang terkesan mengedepankan perbaikan adab bagi warga Jakarta, bukan berarti paslon lain tidak menawarkan visi yang serupa. Semua paslon punya visi dan misi yang 'terdengar' baik, hanya saja tidak secara eksplisit menuliskan adab. Tugas kita-lah yang mencermati sedalam apa keseriusan mereka untuk mereformasi jati diri warga Jakarta melalui visi-misi yang mereka usulkan dan rekam jejak mereka sebelum mencalonkan diri. Sehingga, kita dapat memilih pemimpin yang benar-benar bisa menjadi teladan adab.
Referensi:
- https://www.antaranews.com/berita/4379810/dharma-kun-sisipkan-adab-pada-visi-dan-misi-untuk-jakarta
- https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7370301/perbedaan-adab-dan-akhlak-dalam-islam-beserta-contohnya
- https://bpip.go.id/artikel/pentingnya-pengamalan-pancasila-sila-ke-2-di-lingkungan-masyarakat
- https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alaqidah/article/view/1566
- https://id.wikipedia.org/wiki/Syed_Muhammad_Naquib_al-Attas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H