Isak tangis pecah saat dia melihat gelang salib di tangan kirinya. Inilah salib kenangan yang diberikan oleh seseorang untuknya. Dia yang memberi berharap agar kekasihnya mampu mengandalkan Tuhan ketika bergumul dalam persoalan hidup.Â
Sebesar apa pun masalah yang dihadapi pasti ada jalan keluar. Inilah bukti bahwa orang beriman tidak berjalan sendiri. Tuhan menjadi Penolong yang setia.
 ***
Selepas peristiwa kematian itu, sang ibu mulai menyiksa diri. Hatinya tercabik penyesalan. Perbuatan anaknya menjadi beban dosa bagi ibu. Dia tidak lagi menunjukkan kebahagian kepada orang lain.Â
Putri pertama telah mematikan semangat hidupnya. Dia mulai stres dan tidak memiliki gairah hidup.Â
Suatu ketika sang kekasih pemberi kalung datang ke rumahnya. Dia telah menyediakan satu kejutan besar untuk kekasihnya. Saat menginjakkan kaki di halaman rumah, tatapan haru pads foto di nisan baru membuatnya roboh. Dia tak percaya kekasihnya pergi secepat itu. Air mata membasahi nisan kekasihnya.Â
Lelaki itu mengambil kalung salib Yesus dan Maria. Dia berharap mengalungkannya saat kembali. Kini dia meletakkan kalung itu persis di perut kekasihnya. Harapan untuk hidup bersama kini telah hilang karena peristiwa hati.
Gadis malang itu menyusahkan banyak orang termasuk keluarga dan mereka yang mencintainya. Dia meninggal dengan cara yang tidak wajar. Persoalan kecil yang dibuatnya menjadi pukulan bertubi-tubi untuk keluarga.Â
Ibunya selalu menangis saat hati sudah tak bisa menahan sakit. Di kamar sang putri dia merebahkan diri. Ada harap mereka akan bertemu. Sang ibu selalu terlelap saat meletakkan kepala di kamar anaknya karena saat itu sang anak tengah merindukannya.Â
Doanya sang ibu menjadi jalan untuk melihat rencana Tuhan. Kerinduan pada putri pertama menjadi kekuatan baginya untuk mencintai keluarga dalam situasi dan kondisi apapun.