wajah
wajah itu terkikis waktu
namun guratanguratan ayu masih  menapak
dari telanjang mata
aura masa lalu mampu mencipta sebuah kerangka cerita
tragedi juga indahnya cinta
tetesan airmata.
.
alur mundur
dari keruh hitamnya kopi hingga bak pencucian
berbaur  tulang kambing, perihnya sambal, mi instan
kelupasan kulit ari tangan halus masa lalu
sketsa  kuli bangunan dan buruh tani
berdarah, anyir, amis juga sengir Â
membasah kehidupan berbuah terlarang
"tak tik - tak tik" Â dari detak nadinya
"diskriminasi"
mengalir hingga anak cucu.
.
alur maju
akankah mungkin mampu memutar ulang
mampukah  aku mencuri pandang keluguan wajah ayumu
ketika mataku berpapasan matamu
rasa gemetar  saat  pertama memegang mulus tanganmu
mengikat janji saat "makan bersama" untuk saling percaya
dan
bermula dari sebuah "kedai kopi"Â
adukan  kopi dan gula  beraroma  "saling curiga" Â
memadu rasa  untuk saling bermusuh sapa
saling menghormati, saling menyanjung,  bahkan  saling memberi
untuk dijadikan barang bukti
kemudian hari
"saling tikam"
untuk sebuah kemenangan
.
bila alur  takmampu berkata-kata
musim memeta petak-petak kehidupan  Â
memudar rindu kasih asmara Â
kelana kemesraan tanpa cinta
bunga-bunga politik tanpa aroma
kekuasaan membalut luka
dari tusukan
zamannya.
.
#Sastrowidjojo – Bojonegoro,02022017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H