takpernah sedikitpun melihat mataku
 kemana arah  tertuju mencuri pandang
 pandangku itu hati
 rasa terpendam oleh waktu
 coba rasakan sedikit saja rasa seperti yang kurasakan
 curilah pandang sedikit untukku
 saat berpapasan
 lihatlah
 cinta yang bersemayam dalam mataku.
ingin kutulis kata Â
bermuara, luas arti, tinggi makna
 benda purba
 kata tanpa logika
Katakata itu telah berkeringat, bermil lambaian tanganmu
hanya penyeimbang langkah kaki gontai karena lelah telah bersemayam
dalam pikirmu sebelum kaki kanan terangkat kaki kirimu lebih awal
 melangkah bahkan tiga langkah sebelum hasrat berkata "iya".
 katakata itu sudah terajut indah menjadi puisi karena katakata itu
kau katakan sebagai sebuah puisi. puisipuisi yang kau rangkai
dari sebuah "keterpaksaan"
rerimbun hijau kemarin telah menguning bahkan mongering
 bersimpuh pada tanah menemani rantingranting lapuk
berserakan di antara kering rerumputan yang mulai semi
dari panjangnya kemarau bermusim.
 puisi itu kering bahkan lebih  dibandingkan kopi yang diangkat
dari penanangan, aroma khasnya menyengat
menghampiri dinding pernapasanmu atau mungkin puisipuisi itu
kadung tertumbuk antan pejantan di lumpanglumpang
remuk, lembut tersaji  bubuk.
 atau terjebak dilemanya kehidupan
dari persetubuhan senonoh dengan seduh manisnya gula
menggila dalam hangatnya secangkir kopi.
Sastrowidjojo - Bojonegoro, ,25042016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI