Mohon tunggu...
Sastri Yunizarti Bakry
Sastri Yunizarti Bakry Mohon Tunggu... -

Tinggal di padang, Sekretaris DPRD kota Padang, Sumbar, Penulis Buku Best Seller Kekuatan Cinta, Pembina/penggagas Organisasi Sumbar Talenta, Ketua HWK Sumbar. wakil ketua PMI Sumbar, Ketua WPI Sumbar. Memiliki 4 Anak dan 2 Cucu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Virus Menulis di Macau

16 Juli 2010   04:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:50 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedang menularkan virus menulis

Siang yang cerah. Saya, Pipiet Senja, Ustadz Ghofur (Direktur Dompet Dhuafa) bersama Melani (isteri Ustadz )dan anak saya Ranti Arastri berangkat dari Hongkong ke Macau. Macau selama ini dalam ingatan saya adalah kota yang penuh syorga duniawi. Pusat kesenangan dan kenikmatan dunia bagi penggemar judi dan perempuan, tentu saja.

Baru saja kami memasuki ferry, di atas Turbo Jet, kami langsung mendapat “kesenangan”. Kami mendapatkan hadiah kupon senilai HK 100. Jika niat tak dipasang dari awal mungkin kami sudah menjadi pemain judi pemula di City dreams ini. Dan selanjutnya, sungguh akan menjadi kecanduan dan kesenangan berikutnya. Kami tersenyum saling pandang sambil istighfar dalam hati.

Setelah sejam perjalanan kami disambut dengan gedung-gedung perjudian yang terlihat jelas dari atas fery di lautan. Keindahan dan kemegahan gedung memancing rasa ingin tahu saya, apa yang ada di balik tembok-tembok itu. Untung kami teringat dengan niat awal, akan membagi ilmu dan pengalaman. Kedatangan kami ke Macau memang atas undangan Dompet Dhuafa Hongkong bekerja sama dengan Majalah Iqro danMajelis Ta’lim Indonesia, Macau yang mereka singkat menjadi MATIM. Panitia mengemas kegiatan ini dengan tema Workshop Menulis. Ini adalah workshop ketiga selama saya dan Pipiet Senja melaksanakan writing travelling.

Berbeda dengan yang telah dilaksanakan diHongkong, peserta workshop kali ini adalah para pemula. Artinya mereka belum pernah menghasilkan sebuah karya yang dipublikasikan baik di koran, majalah mau pun berupa buku. Workshop memang terpaksa dimulai pukul sebelas malam. Peserta yang terdiri dari Nakerwan Indonesia di Macau ini pulang kerja sekitar pukul Sembilan malam. Tadinya saya berpikir, jika sudah larut malam pasti akan membuat peserta mengantuk dan capek tentu saja karena seharian bekerja di rumah majikan. Namun, minat dan perhatian mereka sungguh luar biasa. Hingga waktu menjelang sahur mata mereka tetap saja nyalang dan bersemangat untuk bertanya.

Sebelum mereka bertanya, saya terlebih dulu bertanya kepada mereka, apakah sudah pernah menulis? Serentak mereka menjawab belum. Sambil tersenyum saya bertanya lagi apakah pernah membuat catatan harian? Surat untuk pacar? Surat untuk orang tua di kampung? Dari jawaban mereka sesungguhnya tergambar jelas bahwa mereka sudah menuangkan ide dalam bentuk tulisan, baik dengan sms dan facebook sekali pun. Itu sudah merupakan modal. Ketika kesempatan bertanya diberikan kepada mereka, semangatnya bukan main. Rata-rata bertanya tentang minat menulis dan banyak ide yang ada di kepala namun sulit menuangkannya dalam tulisan. Kalau pun sudah dituangkan ceritanya menjadi singkat.

Saya dan Pipiet Senja membagi pengalaman saja, karena kami berdua bukanlah ahli berteori, bertatabahasa, semantik, struktur dan sebagainya. Intinya kami hanya ingin membagi virus menulis, memotivasi orang-orang, siapa pun dia untuk kecanduan dan jadi penyakit menulis. Bagaimana bisa? Tulis saja apa yang dirasakan, apa yang dilihat, apa yang diamati, apa yang kita dengar dari orang atau apa yang kita baca. Kuncinya Iqro,.........iqro. karena dengan membaca sesungguhnya inspirasi itu muncul. Lalu ikuti dengan kemauan kuat untuk melawan kemalasan diri.

Para nakerwan semangat, lalu pertanyaannya, apakah hanya tertinggal pada workshop saja?

Memang tujuan workshop ini adalah untuk memotivasi para nakerwan berminat menjadi penulis, selain untuk meningkatkan keterampilan mereka juga agar memancing harga diri mereka , berani menuliskan kezaliman yang mereka alami, ketidakadilan yang mereka dapatkan dari agen, majikan bahkan dari keluarga sendiri. Banyak orang membanggakan Nakerwan sebagai pahlawan Devisa, namun sesungguhnya kita seringkali tidak peduli dengan nasib yang mereka peroleh di rantau orang.

Kitamemang kadang-kadang tidak memahami orang lain karena kita tidak mengetahui keadaan orang itu. Kesempatan inilah yang akan dimanfaatkan kita semua agar Nakerwan berani mengeluarkan pengalaman bathinnya selama di rantau urang. Semua kesedihan, kebobrokan dan keindahan serta kesuksesan Nakerwan akan terungkap . Beberapa buku akan diterbitkan. Dan kita akan membacanya bersama.

Untuk motivasi awal, panitia akan membuat lomba menulis surat. Judulnya Surat Buat Presiden, dengan sub judul Suara Hati Perantau. Virus menulis bagi para nakerwan Macau ini mudah-mudahan akan mengikuti virus yang ada di Hongkong juga. Nakerwan Hongkong sudah menghasilkan karya-karya sastra, laporan jurnalistik, cerpen mau pun buku.Virus yang dimaksud di Hongkong tentu saja bukan virus atau Flu Hongkong, tapi virus menulis. Semoga saja, kita tunggu karya-karya mereka.

Macau. 14 Juli 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun