“Eksekutif di mana saja dan kapan saja perlu menahan nafas. Saat menghadapi masalah besar, saat kaget, saat mendapat pertanyaan, saat mengambil keputusan, saat anak buahnya bikin onar, saat dimarahi atasan, saat mendidik anak, saat tidur dengan isteri dan saat apa saja, ” demikian kata Jon Kampiun ketika memberikan ulasan awalnya dalam pelatihan “Memanajemen Emosi Di Era Demokrasi Tanpa Kendali”. Pelatihan ini diselenggarakan oleh sebuah kantor yang menjadi klien Jon Kampiun.
“Lho kalau terus-terusan menahan nafas kan bisa mati, pak ?, ” celetuk salah satu peserta pelatihan.
“Ya tidak persis dan kaku seperti itu maksudnya, mas. Yang saya maksudkan di sini adalah perlunya terampil dalam mengendalikan emosi selama melaksanakan tugas-tugas eksekutif dan saat bertindak sebagai manusia pada umumnya. Pengendalian emosi tak dapat diperoleh begitu saja kalau tanpa latihan. Nah, untuk dapat mengendalikan emosi itu latihannya gampang dan sederhana saja. Yaitu dengan cara menarik dan kemudian menahan nafas, kemudian mengeluarkannya pelahan-lahan pada saat melakukan kegiatan. Termasuk ketika menghadapi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan. Sokur-sokur sembari berdoa kepada Yang Maha Pengasih dan Penyayang menurut caranya masing-masing agar tidak disisipi oleh energi yang tidak pengasih dan penyayang, ” kata Jon Kampiun.
“Wah kalau seperti itu caranya, maka proses memecahkan masalah bisa-bisa menjadi lama. Dan karena itu banyak orang menjadi tidak sabar, ” kata peserta lain.
“Ya tidak seperti itu pula maksudnya. Yang menjadi intinya di sini adalah pengendalian emosi itu. Tanpa menahan nafas pun kalau ia bisa mengendalikan emosi dalam setiap langkah geraknya tentulah seorang eksekutif akan menjadi bijaksana. Tidak semberono, tidak terburu-buru yang akhirnya malah akan merugikan, “ jawab Jon Kampiun.
“Selanjutnya, “ tambah Jon Kampiun, “ patut dicatat pula bahwa pengendalian emosi tidak akan bisa terjadi dengan sendirinya jikalau tanpa latihan. Latihannya ya seperti yang telah saya jelaskan tadi, yaitu menarik nafas, menahannya lalu mengeluarkan nafas tersebut pelahan-lahan sambil berpikir tentang jalan keluar suatu masalah.”
“Apakah pengendalian emosi mempunyai dampak terhadap kesehatan ?, “ tanya seorang peserta wanita.
“Pertanyaan yang sangat bagus, mbak. Walaupun saya belum tahu rincian lengkapnya, pengendalian emosi mempunyai kaitan erat dengan kesehatan. Dokter sudah sering mengatakan bahwa orang yang tak sabaran, orang yang suka terburu-buru, orang yang suka marah-marah, orang yang terkena depresi (stress) merupakan tempat berkubangnya bermacam-macam penyakit, ” kata Jon Kampiun.
“Penyakit yang paling ringan, “ tambah Jon Kampiun, “ adalah pening alias pusing, sukar tidur, dan sejenisnya. Yang paling gawat adalah darah tinggi, penyakit jantung dan segudang penyakit berat lainnya. Kemungkinan seperti itu menjadi diperkecil kalau dia mau sesering mungkin menarik nafas, menahan nafas dan mengeluarkannya pelahan-lahan di mana saja dan kapan saja. Dan patut diingat pula bahwa dengan mengendalikan nafas daya seksualitas manusia makin meningkat tanpa harus dibantu obat atau jamu …. Tetapi jangan keterusan nanti kasihan pasangannya ….”
Pelatihan masuk acara istirahat. Para peserta keluar ruang untuk minum dan menikmati makanan kecil. Beberapa di antara mereka ada yang membuang hajad kecil. Dan di antara mereka ini ada yang tersenyum saat menahan nafas sebelum melepaskan hajadnya.
Malang, 24-4-2015