Mohon tunggu...
Sastrawan Batangan
Sastrawan Batangan Mohon Tunggu... -

Sastrawan Batangan, yang lahir di Surabaya, pernah mukim di Surabaya, Malang, Bogor, Jakarta, Depok dan Cibinong. Hobi waktu senggangnya antara lain adalah membaca berbagai tulisan tentang kehidupan serta menulis puisi, artikel dan cerita berbasis makna hidup dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Budi Tak Hanya BG dan BH

12 Maret 2015   10:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:46 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Orang Indonesia suka nama budi
Karena ada wasiat bahwa budi dibawa mati
dan yang mati berbudi
akan mulia di alam surgawi

Karena banyak bayi lahir dinamai budi,
Maka ada dik budi mukim di wlingi,
Ada mas budi dari kediri
Ada pak budi jadi komandan di polri
ada cak budi mantan petinggi stasiun televisi.

Orang Indonesia suka tanam budi.
Karena itu tanaman budi
Ada di pelosok dan penjuru negeri
Ada di sudut-sudut organisasi dan instansi.
Tidak saja ditanam oleh orang bernama budi
Tapi juga tertanam pada orang bukan bernama budi.

Orang Indonesia suka balas budi
Sebagai ganti pernah diberi tanaman budi.
Karena itu menghadiahi yang pernah tanam budi
Sudah mentradisi bagi yang tahu diri.

Tanam budi memang harus dilakukan sampai mati.
Balas budi memang perlu dikerjakan agar tahu diri.
Tapi kalau berakibat merugikan negeri,
Tentu banyak yang akan antipati.

Itulah sekelumit cerita soal budi,
Yang ditulis oleh orang yang bukan bernama budi,
Yang selalu berharap di dalam hati,
Agar semua pengguna nama budi dan bukan budi
Tak keliru saat menanam dan membalas budi
Sehingga tidak kesakitan sebelum dan saat mati
Dan tidak pula dihisab buruk di akhirat nanti

Bogor, 12 Maret 2015.

* Sebagai penghormatan kepada banyak orang tua di Indonesia yang telah memberikan nama budi pada anaknya serta sebagai memori atas populernya nama Budi Gunawan dan Budi Wasesa di akhir tahun 2014 / awal tahun 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun