Nenek Roijah resah. Harusnya tahun ini ia mendapat jatah giliran naik haji. Tapi batal dikarenakan pandemi yang tak kunjung usai melanda dunia.
Bertahun-tahun Nenek Roijah mengumpulkan uang hasil dari kebun lada bersama almarhum suaminya yang baru meninggal dua tahun lalu. Niatnya sudah kuat untuk menunaikan ibadah Rukun Islam kelima. Hatinya mekar gembira karena tak lama lagi ia akan berkunjung ke Baitullah.
Namun siapa sangka akan hadirnya virus bedebah yang meluluhlantakkan segala lini kehidupan. Imbasnya, keberangkatan haji tahun ini pun dilarang.
Pagi ini adalah hari raya Idul Adha. Orang-orang di kampung menyebutnya lebaran haji, tapi anehnya tanpa ada satu orang pun di negeri ini yang pergi haji.
Aminah, anak perempuan Nenek Roijah yang tinggal serumah, heran melihat pintu kamar ibunya masih tertutup. Padahal adzan shubuh tengah berkumandang dari masjid di ujung kampung. Biasanya Nenek Roijah adalah orang yang selalu pertama bangun di rumah ini.
Dibukanya pintu kamar. Aminah melihat ibunya masih tertidur sambil mendekap sebuah bingkai foto.
"Bu, bangun, Bu. Sudah shubuh," panggil Aminah sambil menggoncang pelan bahu ibunya.
Bruk! Bingkai foto bergambar Ka'bah di Kota Mekkah itu jatuh ke lantai. Ternyata tubuh Nenek Roijah telah kaku dengan senyum damai dibibirnya. Ia sudah pergi menghadap pencipta-Nya bersama mimpi ke tanah suci tadi malam.
(Bangka, 19 Juli 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H