Ketika ditanya pendapatnya tentang Roman Abramovich di Chelsea dalam sebuah wawancara tv dengan Charlie Rose tahun 2013, pelatih legendaris Manchester United-Sir Alex Ferguson pernah mengatakan kalau klub asal kota London itu sebagai tim yang aneh. Bagaimana tidak, mereka berganti manajer berkali-kali, tapi The Blues tetap stabil di papan atas dan berprestasi. Ya, saya setuju dengan Sir Alex.
Mari kita balik ke tahun 2003. Saat itu Roman Abramovich, miliarder asal Rusia, baru saja membeli klub Chelsea dengan nilai akuisisi sebesar 140 juta pounds, atau sekitar Rp 2,6 triliun. Uang pun bicara. Chelsea yang tadinya hanya klub papan tengah di Inggris yang tidak punya sejarah panjang layaknya Liverpool dan MU, seketika berubah menjadi tim kaya dan mulai diperhitungkan di Eropa. Mereka mulai gemar membeli pemain-pemain bintang nomor satu, seperti Didier Drogba, Petr Cech, Michael Ballack, Andry Shevchenko, Fernando Torres, Juan Mata, Eden Hazard, dan lain sebagainya.
Berdiri tanggal 10 Maret 1905, tim berkostum biru itu baru sekali menjuarai Divisi Satu Liga Inggris pada musim 1954/55. Berikutnya mereka pernah menjuarai Piala Liga Inggris, Piala FA, Piala Winners, dan Piala Super UEFA. Tapi itu belum cukup menunjukkan Chelsea sebagai tim besar. Barulah ketika terjadi revolusi pada tahun 2003, segalanya berubah.
Sejak diakuisisi Abramovich, The Blues bertransformasi menjadi klub raksasa. Total Chelsea era Abramovich, hingga sekarang telah meraih total 18 trofi, yakni 3 Premier League (2004-05, 2005-06, 2009-10, 2014-15, 2016-17), 1 Liga Champions (2011-12), 2 Liga Eropa UEFA (2012-13, 2018-19), 5 FA Cup (2006-07, 2008-09, 2009-10, 2011-12, 2017-18), 3 Piala Liga Inggris (2004-05, 2006-07, 2014-15), dan 2 Community Shield (2005, 2009).
Kita lihat sederetan pelatih Chelsea dimasa rezim Abramovich:
#1 CLAUDIO RANIERI
Walau bertugas selama empat tahun (2000-2004), Claudio Ranieri memang tak memberikan gelar apa-apa. Tapi di musim terakhirnya (2003-04) sekaligus menjadi tahun pertama Abramovich, pelatih kebangsaan Italia itu membangun fondasi kuat Chelsea. The Blues finish di posisi ke-2 liga setelah Arsenal yang punya rekor tak terkalahkan di Premier League musim itu, serta mencapai semifinal Liga Champions meski kalah dari AS Monaco. Sudah ada John Terry, Frank  Lampard, Eidur Gudjohnsen, dan William Gallas di skuad, ditambah kedatangan pemain bintang macam Claude Makalele, Adrian Mutu, Joe Cole, Damien Duff, Juan Sebastian Veron, Hernan Crespo, dan lain-lain.
#2 JOSE MOURINHO
Revolusi butuh perubahan cepat. Begitu pun Chelsea-nya Abramovic yang tak sabar berlama-lama dengan Ranieri. Dibawalah Jose Mourinho, pelatih muda asal Portugal yang tengah naik daun karena musim sebelumnya sukses mengantar Porto menjuarai Liga Champions 2003-04. Penunjukan itu terbukti berhasil. Melabeli dirinya sebagai The Special One, Mourinho yang berkarakter kuat mampu mengubah Chelsea menjadi tim bermental juara langsung dimusim pertamanya. Setelah penantian panjang setengah abad lamanya, Chelsea pun sukses menjuarai Premier League 2004-05. Dilanjutkan beruntun pada musim 2005-06. Manchester United dan Arsenal yang tadinya santai hanya adu berdua, kini punya saingan baru pada diri The Blues.
Sempat pergi pada 20 September 2007 kemudian bertualang bersama Inter Milan dan Real Madrid, Mourinho kembali ke Chelsea untuk kali kedua pada Juni 2013. Tuahnya masih berlanjut dengan mengantar Chelsea menjuarai Premier League dan Piala Liga Inggris pada musim 2014-15. Namun seiring performa buruk timnya diawal musim 2015-16, Mourinho dipecat pada 17 Desember 2015.
Boleh dibilang, Mourinho adalah orang yang berjasa besar terhadap Chelsea. Dialah otak yang mengubah mentalitas Chelsea hingga besar seperti sekarang ini.
#3 AVRAM GRANT
Sebenarnya ini adalah perjudian besar, Chelsea menggantikan Mourinho yang populer dengan sosok pelatih tak terkenal pada diri Avram Grant. Siapakah dia? Sebelumnya Grant hanya arsitek Timnas Israel. Tapi anehnya, ia mampu melakukan yang tak bisa Mourinho perbuat, yakni membawa Chelsea menjejak final Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub. Namun sayang, pada edisi puncak 2008 itu timnya kalah adu penalti (5-6) dari Manchester United setelah imbang 1-1 diwaktu normal.. Ya, tentunya semua masih ingat kala John Terry yang menjadi salah satu eksekutor gagal karena terpeleset.
#4 LUIZ FELIPE SCOLARI
Luis Felipe Scolari memang punya rekam karir keren karena mampu mengantar Timnas Brasil menjuarai Piala Dunia 2002. Namun melatih klub Chelsea, merupakan pengalaman pertamanya di Eropa. Dan terbukti ia kesulitan. Dikontrak 1 Juli 2008, Scolari tak sampai bertugas semusim, karena sudah diberhentikan pada 9 Februari 2009 seiring hasil buruk The Blues.
#5 GUUS HIDDINK
Guus Hiddink memang hanya bertugas sementara sampai akhir musim 2008-09 menggantikan Scolari, sebab ia masih menjadi pelatih Timnas Rusia. Namun biar sebentar, pelatih terkenal asal Belanda itu mampu mempersembahkan gelar Piala FA setelah menekuk Everton 2-1 pada 30 Mei 2009.
Hiddink kembali menjadi pelatih interim Chelsea untuk kali kedua ketika menggantikan Jose Mourinho pada Desember 2015. Tap The Blues hanya berada di peringkat 10 Premier League diakhir musim 2015-16.
#6 CARLO ANCELOTTI
Sukses dalam waktu lama di AC Milan dengan bergelimang prestasi, Carlo Ancelotti mencoba petualangan barunya dengan melatih Chelsea. Di musim perdananya 2009-10 ia langsung menggebrak dengan menjuarai Community Shield, Premier League, dan Piala FA. Namun gagal mempertahankan gelar juara liga di musim berikutnya, membuat manajemen Chelsea memecat Ancelotti pada Mei 2011.
#7 ANDRE VILLAS-BOAS
Digadang-gadang menjadi "The New Mourinho", Andre Villas-Boas memang memiliki banyak kemiripan dengan The Special One. Selain sama-sama orang Portugal dan pernah menjadi asisten Jose Mourinho, ia juga punya jejak karir sama dengan sang mentor dengan melatih Porto dan Chelsea. Hebatnya dalam usia muda 33 tahun dan butuh waktu semusim, Villas-Boas mampu mengantar Porto menjuarai Liga Portugal dan Liga Europa pada musim 2010-11. Ia pun langsung melakukan lompatan besar dengan menerima tawaran Chelsea pada 22 Juni 2011. Sayangnya ini jadi pilihan yang salah. The Blues tampil buruk dengan sejumlah hasil mengecewakan, yakni dengan hanya memperoleh 3 kemenangan dari 12 pertandingan. Dan bisa ditebak, Villas-Boas pun dipecat pada 4 Maret 2012.
#8 ROBERTO DI MATTEO
Memecat Villas-Boas dan menggantikannya dengan Roberto Di Matteo ternyata membawa berkah yang tak diduga-duga bagi Chelsea. Siapa sangka, Di Matteo yang tadinya hanya bertugas sementara sampai akhir musim justru sanggup mengantarkan The Blues meraih trofi Piala FA, serta satu gelar prestius yang ditunggu-tunggu selama ini: Liga Champions 2011-12. Tak ada satu pelatih pun dalam sejarah Chelsea yang mampu melakukannya. Bahkan tim sekota, Arsenal juga belum pernah meraihnya untuk menunjukkan sebagai klub besar Eropa.
Namun prestasi mentereng itu tidak cukup memuaskan manajemen Chelsea. Lagi-lagi ketika tim tampil buruk, dengan gampangnya mereka memecat Di Matteo pada 21 November 2012.
#9 Â RAFAEL BENITEZ
Angkat nama di Valencia lalu melejit di Liverpool saat memenangi Liga Champions 2004-05 secara dramatis, Rafael Benitez menjadi pelatih sementara Chelsea berikutnya menggantikan Di Matteo. Pada akhir musim, The Blues mampu finis di posisi tiga klasemen dan memenangi Liga Europa 2012-13 dengan mengatasi Benfica 2-1 difinal. Namun pria asal Spanyol itu gagal mendapatkan kontrak permanen dari Chelsea, salah satunya karena desakan dari fans yang tidak menyukai Benitez sejak awal kedatangannya.
#10 ANTONIO CONTE
Antonio Conte yang sukses bersama Juventus menjadi pelatih Chelsea berikutnya. Pada 14 April 2016, ia menandatangani kontrak tiga tahun. Dimusim perdananya, ia langsung membawa The Blues merengkuh gelar Premier League 2016-17. Dengan 30 kemenangan dari 38 pertandingan, tim asuhan Conte mencetak rekor baru untuk kemenangan terbanyak dalam satu musim liga.
Pada musim 2017-18 berikutnya, Conte masih bisa mempersembahkan satu gelar Piala FA. Namun karena finis kelima dan gagal ke Liga Champions, pria Italia itu pun dipecat pada 13 Juli 2018.
#11 MAURIZIO SARRI
Chelsea punya sejarah dengan banyak pelatih dari Negeri Pizza. Pelatih asal Italia berikutnya yang membesut tim London Barat itu adalah Maurizio Sarri. Sebelumnya pria yang hobi merokok itu beken bersama Napoli yang dibawanya kembali menjadi klub top Italia. Meski hanya bertahan semusim, tapi Sarri berhasil membawa Chelsea mengangkat trofi Liga Europa 2018-19.
#12 FRANK LAMPARD
Siapa tak kenal sosok ini? Mantan gelandang hebat Inggris, Frank Lampard selalu dikenang oleh para fans Chelsea sebagai legenda yang melambungkan Chelsea dibawah asuhan Jose Mourinho. Seusai pensiun, ia memutuskan terjun ke dunia manajerial dengan menukangi Derby County yang bermain di Championship. Dipandang sebagai calon pelatih potensial, Lampard menerima tanggung jawab besar dengan mengiyakan tawaran dari mantan klub yang membesarkan namanya. Pada akhir musim 2019-20, Chelsea dibawanya finis di urutan ke-4 klasemen Premier League.
Menghabiskan total lebih dari 200 juta euro selama jendela transfer musim panas 2020-21 Â (melebihi klub mana pun semasa pandemi), diharapkan Chelsea dapat bicara banyak. Namun ketidakmampuan tim asuhan Lampard bersaing di papan atas (apalagi setelah kalah dari Leicester City dan Manchester City), membuat manajemen klub mengambil keputusan tegas. Pada 25 Januari 2021, sang pahlawan pasrah dirinya dipecat.
#13 THOMAS TUCHEL
Thomas Tuchel tak perlu berlama-lama menganggur setelah dirinya baru saja dibebastugaskan oleh Paris Saint Germain pada Desember 2020. Tanggal 26 Januari 2021, ia menandatangani kontrak 18 bulan bersama Chelsea. Sejauh ini, Tuchel mampu membawa timnya bertengger di posisi ke-4 klasemen sementara Premier League 2020-21, serta melaju ke semifinal Liga Champions melawan Real Madrid (leg pertama berakhir 1-1).
******
Well, total sekitar 13 pelatih yang dipekerjakan oleh Abramovich selama dirinya berkuasa 18 tahun di Chelsea. The Blues menjadi klub yang doyan gonta-ganti manajer. Jika hasil dilapangan tidak sesuai seperti diharapkan, mereka tanpa ragu memecat pelatih, meski sebelumnya telah memberikan prestasi. Tanpa pandang bulu, walau legenda yang berjasa besar sekalipun macam Mourinho. Di Matteo, dan Lampard sekalipun. Tapi anehnya (kalau tak mau dikatakan hebat), Chelsea tetap stabil di papan atas dan meraih banyak gelar.
Bandingkan dengan klub besar Eropa lain. Ambil contoh MU. Sepeninggal Sir Alex Ferguson pensiun pada tahun 2013, klub berjuluk Setan Merah tersebut seperti susah "move on". Dalam kurun waktu  8 tahun, mereka sudah berganti sebanyak 5 pelatih, tapi MU masih kepayahan dalam menjuarai liga. Di Italia sebut saja Inter Milan. Usai Treble Winners yang bersejarah pada musim 2009-10, mereka sampai memakai jasa 11 pelatih. Itupun masih gagal di liga, dan kewalahan masuk kualifikasi Liga Champions. Baru dua musim terakhir Inter bangkit ditangan Antonio Conte, dan musim ini berpeluang besar meraih scudetto Serie-A.
Kita tunggu sampai dimana kiprah Chelsea ditangan Tuchel.
(Bangka, 1 Mei 2021/dari berbagai sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H