"Saya dites negatif Covid kemarin dan positif hari ini. Tidak ada gejala apa pun. Berani-beraninya Covid menantangku. Ide buruk."
Begitu kicauan Zlatan Ibrahimovic di Twitter, tertanggal 24 September 2020. Ya, beberapa waktu lalu pesebakbola gaek berusia 38 tahun itu diberitakan telah dites positif mengidap Covid-19 setelah putaran kedua tes swab menjelang pertandingan kualifikasi Liga Europa antara AC Milan melawan tim Bodo/Glimt asal Norwegia. Selanjutnya Ibrahimovic akan menjalani masa karantina.
Saya simpati mendengar kabar itu. Tapi saya gemes dengan isi tweet Ibrahimovic yang masih bisa-bisanya tetap menunjukkan sisi 'songong'-nya dengan bilang : "Berani-beraninya Covid menantangku". Wah, seakan-akan wabah penyakit yang sekarang jadi momok menakutkan diseluruh dunia itu tidak ada apa-apanya dimata Ibra, hehe.
Well, entah mungkin kelakar atau bukan, setiap pernyataan apapun yang terkesan "arogan dan sombong" dari mulut Ibrahimovic anehnya bagi sebagian orang justru dianggap lumrah. Biasa saja dia ngomong kayak gitu. Bagi orang-orang seperti saya memaklumi: boleh sombong asal berprestasi. Eits, tapi tunggu dulu, jangan salah tafsir lho. Bukan berarti saya membenarkan kesombongan, hee.
Ibrahimovic memiliki karakter yang kuat. Sosok seperti ini biasanya punya kepercayaan diri yang tinggi, mental juara yang membenci kekalahan, berjiwa pemimpin, suka tantangan, serta tidak takut berbicara blak-blakan, walau kadang terkesan angkuh dan bikin kesal orang yang mendengarnya.
Tak sekedar asal bunyi, tapi punya bukti. Siapa yang meragukan kehebatan Ibra sebagai seorang pesepakbola? Penyerang veteran Swedia itu menunjukkan ia sukses dimanapun dirinya berada.
Lahir 3 Oktober 1981, Ibrahimovic mengawali karir profesionalnya dengan memperkuat klub kota kelahirannya, Malmo FF selama dua musim (1999-2001). Namanya mulai diperhitungkan sebagai striker muda potensial di Eropa, ketika pindah ke Belanda dengan membela Ajax Amsterdam. Tiga tahun disana (2001-2004) mencetak 35 gol, Ibra berhasil membawa Ajax dua kali menjadi kampiun Eredivisie  (2001-02, 2003-04).
Dilirik Juventus, Ibrahimovic pun pindah ke Italia. Ia pun langsung tancap gas dengan meraih scudetto dua musim berturut-turut (2004-05, 2005-06). Tapi kemudian gelar tersebut dicabut karena pasukan Nyonya Tua asuhan Fabio Capello tersangkut Skandal Calciopoli dan dipaksa degradasi. Tak mau bermain di Serie-B, Ibra dan Patrick Vieira dengan entengnya menyeberang ke rival bebuyutan Juve, Inter Milan, pada awal musim 2006-07.
Di klub asal Kota Mode itulah Ibrahimovic mulai menunjukkan kematangannya sebagai striker hebat haus gol. Walaupun bertubuh jangkung, Ibra kerap menampilkan gol-gol akrobatik nan mengagumkan. Apalagi ini ditunjang dirinya sebagai pemegang sabuk hitam taekwondo.
Media menyebut Ibra sebagai perpaduan antara seorang balerina dan gangster. Mampu menampilkan gerakan indah laksana seorang balerina saat memainkan bola, namun menjadi sangat berbahaya dan mematikan layaknya seorang gangster di kotak penalti lawan.