Mohon tunggu...
The Sas
The Sas Mohon Tunggu... Seniman - Si Penggores Pena Sekedar Hobi

Hanya manusia biasa yang ingin mencurahkan apapun yang ada dalam isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gelisah

6 September 2020   09:27 Diperbarui: 8 September 2020   13:13 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku jelas tak senang. "Ada apa lagi? Pasti tawuran lagi gara-gara perempuan. Sudah kubilang berulangkali aku tak akan turut campur untuk masalah cinta picisan. Menumpahkan darah hanya untuk memperebutkan wanita. Dimana harga diri kelompok kita?!?" semburku kesal. "Sampaikan nanti sama Tora, dunia ini tak selebar daun kelor. Perempuan tak cuma satu, tapi banyak, jumlahnya empat banding satu dengan jumlah laki-laki. Masih banyak perempuan yang lebih cantik dan bohay dari Lina. Ingat itu! "

Hamdan tak berani lagi mencegahku, karena aku sudah menghidupkan motor butut warisan Bapakku yang raungan knalpotnya sungguh memekakkan telinga.

Tapi baru berjalan beberapa meter aku sudah dikejutkan sebuah angkot kuning yang muncul tiba-tiba dibelokan sempit dengan kecepatan tinggi. Hampir aku tertabrak kalau saja aku dan pengemudi sialan itu tidak cepat mengerem.

Aku mendengus, darahku langsung mendidih.

"Hey kunyuk sompret, punya mata tidak kau?!?" makiku spontan. Aku sudah bersiap mengambil ancang-ancang.

Sopir angkot itu mulanya hendak marah juga, tapi mengurungkan niatnya begitu mengetahui ternyata diriku.

"Oo, rupanya Abang.  Ma,maaf Bang, tadi aku buru-buru sekali, "ucapnya. Ternyata Sahrial yang biasa dipanggil Pak Uban karena rambutnya yang sudah memutih.

Aku hanya merengut masam tak mau memperpanjang urusan lagi, karena aku harus sampai dirumah sesegera mungkin. Kutarik kencang gas motorku tanpa mempedulikan sekitar, walau itu Polantas sekalipun. Hingga gerai rambutku berkibar laksana bendera disapu angin jalanan.

Brum, brum... ciiittt..

Aku tiba dirumah dengan degupan kencang. Suasana tampak lengang.

"Mak, 0o Mak, Mak!!!" teriakku memanggil. Cemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun