Mohon tunggu...
Ilkhas Suharji
Ilkhas Suharji Mohon Tunggu... Administrasi - Pemuda Wonosobo yang mempunyai motto Progresif Kontributif dan Inspiratif

Bagaimana jika tangan dan lidah kita abadi?

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kematian Puisi

6 Juli 2019   16:00 Diperbarui: 6 Juli 2019   16:01 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

PUISI SEDIH "KEMATIAN PUISI" : SASTRASABA (ILKHAS SUHARJI)

Kematian puisi adalah judul dari catatan ini. Catatan yang aku tuliskan ketika sedang berada di Jogja, menemani salah seorang sahabatku dan saat itu aku baru saja dibelikannya buku teori kesusastraan karya Rene Wellek dan Austin Warren di taman pintar jogjakarta. Mungkin karena membaca sekilas tentang buku itu aku jadi menuliskan perenunganku mengenai puisi. Dan inilah jadinya:

"Sayang, aku menuliskan catatan ini di Jogja, pada sebuah meja angkringan di kantin rumah sakit dr. Sardjito, kau sedang apa di sana cinta? Stasiun tugu, Malioboro dan Taman Pintar masih ramai dini tadi, pun begitu dengan Tugu Monumen Jogja Kembali, puluhan muda mudi sama-sama sibuk berselfi, aku menanyakan pada diri sendiri, 'Kapankah terjadi kematian puisi?'."
.
"Bisa jadi ia akan hembuskan nafas terakhirnya, ketika hanya dijadikan bualan-bualan ideologi, atau bisa jadi ia akan sekarat ketika tubuhnya tersayat bacaan deklamasi dan riuh tepuk tangan yang membuatnya congkak, ia menjerit seperti para pasien di sini menahan sakit. Lalu 'apakah tanda masih hidupnya sebuah puisi?' Mungkin jawabannya adalah 'Sepi'. Betapa banyak pengarang sekarang, termasuk juga diriku sayang, menjadikan puisi hanya sebagai catatan prasasti berkronologi, atau potret kondisi dan situasi. Tapi, 'apa sebenarnya maksud terciptanya puisi?'."
.
"Aku kira jawabannya adalah 'pertanyaan', puisi adalah pertanyaan untuk membuat penikmatnya menemukan kesadaran dan kedasaran jawaban. Lalu, 'Apakah makna puisiku?' Ah, itu hanya untuk semata-mata hiburan, bisa jadi malah untuk bahan tertawaan. Sebaiknya, biarlah puisiku untukmu ini, menemukan sendiri jalan hidupnya menuju abadi!"
.
#IlkhasSuharji #Jogja-041216

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun