Mohon tunggu...
Leo Christianto
Leo Christianto Mohon Tunggu... Lainnya - Leo

No comment

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Antara Kerinduan dan Mimpi

5 April 2019   11:08 Diperbarui: 5 April 2019   11:49 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kita hanya bertemu di kala malam. Kala mimpi indah datang menjaga. Kala segala kerinduan seakan membakar dengan ganas, bagai birahi  yang tak tertahankan. Ketika kau telanjang dalam balutan siluet khayalan. Dan dalam mimpi yang basah itulah kita bertemu melepas rindu.

Banyak yang penasaran. Kenapa kita bertemu cuma disaat malam? Kenapa tidak siang atau pagi sekalian? Namanya juga cuma mimpi, kataku. Dalam mimpi aku bebas melakukan apapun yang aku mau. Bebas menciptakan sesuatu, tanpa harus terbatasi oleh norma-norma dunia dan prinsip-prinsip hukum realita. 

Tiada batasan antara nyata dan tidak nyata. Ilusi dan fatamorgana bergabung menjadi satu. Dan aku merasakan, bahwa segala yang nampak, adalah asli adanya, meski sebenarnya aku tahu, semua itu cuma bayang semu.

Namun hasrat ini tak pernah palsu. Walau kita hanya bertemu di saat malam, di alam mimpi yang menikam embun pagi. Yang terasa dingin. Yang tak berseri. Wangi gincu-mu yang menempel di bibirku. Hangat tubuhmu yang menggeliat dan mendesah menarik nafas. Bekas Keringat membakar, semuanya asli. Membuatku ketagihan dan ingin melakukannya lagi.

Aku tahu, suatu hari kita pasti bertemu lagi. Di alam mimpi. Itu pun kalau aku bermimpi lagi. Andai saja, kau bisa mencintaiku di dunia nyata. Mungkin, Aku tak harus bermimpi demi menikmati kebersamaan ini seorang diri. Mungkin bisikkan-bisikkan yang kerap bising di telingaku tak harus selalu mesti terjawab.

Andai saja....

Andai saja suatu saat nanti, Kamu bisa mengalami apa yang kualami saat ini. Dan kamu bisa merasakan apa yang kurasakan saat ini. Hanya bertemu di saat malam, di dalam mimpi. Selalu merindu di saat pagi dan siang. Tak perlu bertanya kenapa cuma lewat mimpi. Tak perlu dijawab, karena cinta tak butuh penjelasan. Tak perlu juga pembuktian. Nyatanya, cinta itu menyakitkan.

Bertahun-tahun telah berlalu, sejak kepergianmu demi menuntut ilmu. Dalam hatiku telah bersarang racun rindu. Dalam kerinduan aku menangis. Terbaring sendiri, tanpa dirimu yang memang takkan pernah kembali padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun