Dalam masa tiga puluh tahun setelah kebebasannya dari penjara, Rio yang menua tak sengaja berpapasan dengan Acho yang juga tak kalah rentanya, ditemani anak dan cucunya.
Pada saat itulah Rio kembali ditangkap, duduk di kursi persidangan dan menerima vonis mati.
Dengan gemulai, Rio tengadah di depan dewan hakim, Rio terus mengulang kata-kata yang sama: bahwa dia membunuh Acho adalah semata-mata untuk menuntaskan dendamnya yang tak beralasan. Karena ditolak cintanya.
Tapi siapa yang sudi mendengar alasan bodoh seperti itu?
-Selesai-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H