Engkau ibarat jalan yang tak bisa kulalui.
Terlalu rumit.
Panjang dan berduri.
Sepi.
Engkau ibarat kamar kecil yang seukuran 2 x 2.
Terlalu kecil.
Kalau berjongkok, pantatku sakit.
Apa dikata, besarnya cuma seimprit.
Sempit.
Engkau ibarat kertas tissue yang terbakar bersama sampah.
Sisa tadi malam.
Bekasnya benanah.
Berharam jaddah.
Hasil berzinah.
Dasar kau sampah!.
Engkau ibarat malam yang basah.
Dingin dan gelisah.
Geli-geli basah.
Atau mimpi basah?.
Ya sudah, aku pasrah.
Disumpah serapah.
Engkau ibarat pagi yang mengayomi.
Di dalam sunyi.
Hanya ilusi.
Harapan tinggi.
Engkau ibarat kata.
Apa saja.
Tak tergambarkan.
Bagaikan malam.
Bagaikan pagi.
Bagaikan jalang.
Bagaikan peri.
"Terus, bagaikan apalagi?."
"Ya sudah, suka-suka aku lah."
"Kau tahu?."
"Aku Lelah."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H