Mohon tunggu...
Nusantara Pustaka
Nusantara Pustaka Mohon Tunggu... Penulis - Blogger ( Para pemikir dan Aktivis)

Memberikan informasi isu Agama, Politik dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Book Kemanusiaan dan Pembaharuaan Masyarakat Muslim Indonesia

28 November 2024   23:12 Diperbarui: 28 November 2024   23:12 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Penulis : Neng Dara Affiah

Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Cetakan Pertama : November 2023 Oleh 

Nama: Suparyanto ( 22180012 ) 

Prodi : Sosiologi ( Semester 5 ) 

Fakultas : Ilmu Sosial

 Tentang Penulis

Penulis buku ini adalah seorang aktivis Neng Dara Affiah, lahir di Pandeglang, Banten, 10 Desember 1969. Menyelesaikan pendidikan Doktor (S3) dan Masternya (52) di Universitas Indonesia (UI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Departemen Sosiologi dan menyelesaikan pendidikan Sarjana S1 pada Instititut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Fakultas Ushuluddin (Teologi), Jurusan Perbandingan Agama (1993). Tahun 2007, mengikuti pendidikan HAM di New Zealand dan tahun 2004 mengikuti pendidikan Pluralisme Agama di Amerika Serikat.

Beliau adalah Dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Prodi Sosiologi dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syanf Hidayatullah Jakarta; Anggota Kebijakan Badan Akreditasi Nasional (BAN) Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal (PAUD dan PNF) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI periode 2018-2023 dan Komisioner Komnas Perempuan periode 2007-2009 dan periode 2010-2014.

Tentang Buku

 Buku ini merupakan buku rilisan terbaru yang ditulis oleh penulis, yakni buku yang berjudul Kemanusiaan dan Pembaruan Masyarakat Muslim Indonesia. Sesuai tajuknya, buku ini mengarsipkan kumpulan tulisan sang penulis dalam berbagai isu dan tema. Buku ini merupakan buku cetakan November 2023.

Buku ini merupakan pertanggungjawaban penulis sebagai 'intelektual publik' dalam

rentang waktu selama 25 tahun (1998-2023), yang menyaksikan, mengalami, berpikir, dan

bergerak yang terangkum dalam beberapa kata kunci yakni tentang persoalan-persoalan Spritualitas Kmenusiaan, Islam dan Ikhtiar penyegaran Ajaran serta Keindonesiaan dan Kemajemukan.

Buku ini menyuarakan dan mentengahkan kembali apa yang pernah disampaikan oleh para maha guru kehidupan dan kebijaksanaan, seperti tentang pentingnya solidaritas kemanusiaan dan cinta kasih, gambaran manusia berkualitas, pentingnya memberi penghormatan terhadap orang yang berbeda keyakinan serta tentang penderitaan dan kebahagiaan umat manusia.

Isi Buku

 Didalam buku ini secara umum dibagi kedalam tiga bagian. Bagian pertama berisi tentang ' Spritualitas Kemanusiaan dan Kesemestaan'. Bagian kedua berisi tentang 'Islam dan Ikhtiar Penyegaran Ajarannya'. Dan bagian terakhir berisi tentang 'Keindonesiaan dan Kemajemukan'. saya sebagai pembaca akan mereview lebih singkat tentang buku ini.

Spritualitas Kemanusiaan dan Kesemestaan

 

Pada bab pertama ini berisi beberapa tulisan tentang topik yang diantaranya adalah konsep manusia unggul yang dikemukakan oleh Allamah Iqbal, seorang pemikir besar Islam asal Pakistan. Ia menulis tentang betapa pentingnya bagi manusia untuk mencapai tingkat pencapaian tertinggi dalam hidup. Orang yang berprestasi tertinggi diibaratkan rajawali dan manusia kurcaci yang mematikan akal dan memalingkan hatinya diibaratkan seperti semut yang merayap di tanah dan mudah diinjak oleh orang yang lewat dan dirinya tidak pernah dihargai. Dan Iqbal juga menekankan pentingnya orang bekerja keras. Menurutnya, pekerja keras akan menaklukkan dunia dan orang malas akan ditinggalkan dunia.

Pada pembahasan selanjutnya ini erat kaitannya dengan pandangan Muhammad Iqbal dan merupakan pembahasan penting dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional pada tanggal 8 Maret 2019. Tentang konsep menjadikan orang yang diyakini perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Perempuan juga mempunyai cara pandang yang terdistorsi karena keberadaannya telah dirusak kesadaran dan pemikirannya oleh sistem makna yang dibangun masyarakat. Sistem makna ini mentransfer nilai-nilainya dari yang kuat ke yang lemah dan dari kelompok masyarakat dominan ke kelompok Masyarakat kecil. Pierre Bourdy menyebut tindakan ini sebagai kekerasan simbolik, suatu bentuk

kekerasan yang bersifat ambigu, halus, dan tersembunyi, sehingga maknanya tampak tidak bermasalah dan diterima sebagai hal yang sah di banyak budaya di seluruh dunia. Faktanya, kekerasan simbolik tersebut, serta kekerasan fisik dan psikis, berdampak negatif terhadap perempuan dengan menimbulkan rendahnya harga diri, ketakutan, kecemasan, ketidakberdayaan, dan bentuk kelemahan lainnya.

Pembahasan berikutnya bertemakan 'Keluhuran Manusia dan Kekuatan Cinta' dan akan mempertimbangkan teori filsuf Jerman Erich Fromm yang menulis buku "The Art of Loving". Ada banyak sekali teori cinta yang dikembangkan oleh Fromm, namun konsep cinta yang banyak ditekankannya adalah cinta terhadap orang lain. Jenis cinta ini sangat mendasar dan didasarkan pada semua jenis cinta lainnya. Cinta jenis ini mencakup tanggung jawab, rasa hormat, kasih sayang, pengertian terhadap orang lain, dan keinginan untuk melindungi kehidupan. Cara memahami cinta yang terakhir ini sangat masuk akal mengingat ujaran kebencian mewarnai informasi di media sosial.

Selanjutnya sehubungan dengan pembahasan diatas, penulis ingin membahas tentang ajaran toleransi Jalaluddin Rumi. Terorisme meningkat di Poso (1999) dan Poso (2001), dengan meningkatnya kekerasan terhadap komunitas Ahmadi di berbagai lokasi, dan meningkatnya kekerasan terhadap Syiah dan Kristen di Bogor dan Bekasi. Pada tahun- tahun berikutnya, terjadi konflik agama antara Anies Baswedan dan Ahok Basuki Jahaya Purnama dalam perebutan kekuasaan pada Pilgub DKI di Jakarta, yang ditandai dengan berbagai bentuk ujaran kebencian. Disamping itu penulis mengunjungi pusat spiritual Brahma Kumaris di Ahmedabad, India, Gunung Abu (Rajasthan). Penulis menggambarkan kota itu sebagai Kota Tuhan, sebagaimana St.Agustinus menggambarkannya sebuah kota yang penduduknya memiliki hubungan unik dengan Tuhan. Ini melambangkan cinta terhadap kemanusiaan.

Di tahun yang sama, penulis mengalami kejadian menyedihkan dan menyakitkan dalam hidupnya, yaitu saat gempa yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah pada 28 September 2018. Tertulis dalam bukunya yang berjudul "Keluar dari Lubang Maut: Mengalami Gempa di Palu Sulawesi Tengah". Penderitaan inipun juga dialami oleh tokoh-tokoh perempuan seperti yang digambarkan oleh Nawal El Saadawi dalam novelnya Women at Point Zero (terjemahan Women at Point Zero, 1983).

II. Islam dan Ikhtiar Penyegaran Ajarannya

Pada bagian kedua buku ini, penulis mengamati dan mengalami bagaimana sebagian umat Islam Indonesia bersikap puritan dan radikal pada masa Reformasi. Mulai dari menguatnya ekstremisme Islam di berbagai pesantren hingga peristiwa demonstrasi 212 yang melibatkan Gubernur DKI Basuki Cahaya Purnama yang dituduh sebagai penista agama. Pembahasan ini ditulis dengan tema "Islam dengan Berbagai Dimensinya dan Radikalisme Islam di Pondok Pesantren". Bung Karno pernah menulis bahwa ia menentang khilafah karena merupakan bentuk kemunduran, kembali ke masa lalu sekitar sembilan abad yang lalu. Kurang lebih sejalan dengan gagasan Bung Karno, gagasan Nurchorish yang pernah menyampaikan gagasan sintesa Islam, Indonesiaisme, dan modernitas, diperluas lagi pada masa Reformasi Islam berarti bangsa yang menganut etika yang ketat. Sebab, menurut Chaknoor, suatu bangsa akan sulit maju jika warganya tidak menaati etika secara ketat. Karena tidak ada satupun asas Pancasila yang bertentangan dengan etika Islam, maka Pancasila oleh umat Islam harus diterima sebagai landasan etika. Hanya orang yang berpikiran sakit yang bisa sampai pada kesimpulan ini. Bahkan di tengah suasana Pilkada DKI Jakarta yang sangat panas, pernyataan tertulis dikeluarkan PBNU dan ditandatangani Ketua Umum KH Said Aqil Siradj pada 10 Februari 2017. Dalam keterangan tertulisnya disebutkan, warga Nahdlatul Ulama bisa memilih calon gubernur berapa pun asalkan bertanggung jawab. Kalau ada organisasi NU, maka haram hukumnya jika mengarahkan dari pusat ke cabang-cabangnya ke partai politik atau calon wakil NU, lanjutnya. Dia hanya bertindak untuk individu dan tidak mendukung organisasi.

III. Keindonesiaan dan Kemajemukan

Dalam bab ini penulis membahas tentang tema yang berjudul 'Keindonesiaan dan Kemajemukan' Cita-cita mendirikan negara bangsa secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh Pencerahan abad ke-17 dan semangat de Erupa. Hal ini mencerminkan cita-cita kemerdekaan Indonesia, yakni negara berdaulat, adil, dan makmur yang melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan masyarakat, dan ikut serta dalam penyelenggaraan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan. Pemerintahan yang bersatu Sebagai sebuah negara bangsa, Indonesia sejak awal berdirinya telah memiliki keunikan dan ciri khas bangsa yang majemuk. Keberagaman tersebut tercermin dalam simbol nasional 'Beragam' yang menandakan 'beragamnya' suku dan agama yang ada di wilayah tersebut. Nilai inti bangsa Indonesia yang tertuang dalam "Binneka Tungal Ika". Meski merupakan negara kepulauan, namun tujuan mereka sama. Penulis mengusulkan pendekatan pluralisme  yang diteorikanDiana Eck: bahasa perkenalan, dialog, diskusi, saling pengertian, dan kerja sama dalam mengatasi masalah kemanusiaan. Pendekatan pluralisme ini nampaknya juga diterapkan di Amerika Serikat yang merupakan negara pluralis. Seperti diketahui, para imigran yang datang ke Amerika umumnya adalah orang-orang yang menginginkan kebebasan untuk menganut keyakinan atau keyakinan agama apa pun, yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan di negara asalnya di Eropa. Tantangannya adalah hampir di setiap provinsi di Indonesia, peraturan daerah yang bernuansa keagamaan telah muncul dan berkembang sebagai perpanjangan dari undang-undang otonomi daerah. Sebagai proses dialektis yang mengharuskan hijab dalam konteks otonomi daerah, sejak tahun 2015 kebaya yang dulunya dikenakan oleh perempuan kini kembali dikenakan oleh sebagian perempuan Indonesia. Sasarannya antara lain perlindungan dan pelestarian produk budaya serta pelestarian corak busana yang berakar nusantara di tengah gempuran produk budaya global. Yang masih relevan dengan agenda pluralisme Indonesia adalah peristiwa yang terjadi di Iran pada September 2022. Seorang wanita muda berusia 22 tahun bernama Mahsa Amini dari kota Kurdi di Iran ditangkap karena hijab yang dikenakannya. Kematian, penahanan dan kematiannya memicu protes dan demonstrasi massal. Baik peristiwa di Iran, yang menyebabkan puluhan orang tewas, maupun yang terjadi di negara-negara lain di dunia, berskala besar.

Pada tahun 2021 hingga 2023, berbagai diskusi dan topik mengemuka di Indonesia tentang pasangan muda yang belum ingin memiliki anak (childfree). Dalam hal ini banyak berbagai argumentasi diantaranya: Pertama, banyak orang yang trauma menjadi anak dari keluarga sumbang. Mereka tidak ingin penderitaan yang dialaminya terulang kembali pada keturunannya. Mengalaminya saja sudah cukup bagi mereka. Kedua, banyak perempuan yang tidak ingin terbebani dengan pekerjaan rumah tangga, namun lebih memilih hanya fokus pada minat dan kariernya agar bisa mandiri secara finansial. Banyak kalangan, khususnya para pendakwah agama bereaksi dan bereaksi terhadap fenomena childfree ini,

Menurut saya buku rilisan terbaru ibu Neng Dara Affiah ini sangat bagus untuk dibaca untuk semua kalangan, Bahasa yang digunakan juga sangat mudah dipahami dan sangat menarik minat pembacanya, dan di dalamnya terdapat pengalaman hidup penulis dan berbagai macam pelajaran yang saya dapatkan terutama tentang seorang wanita dan pengalamannya dari novel yang beliau baca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun