Mohon tunggu...
Nusantara Pustaka
Nusantara Pustaka Mohon Tunggu... Penulis - Blogger ( Para pemikir dan Aktivis)

Memberikan informasi isu Agama, Politik dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan Butuh Bantuan tentang Keberadaannya

17 Oktober 2023   03:26 Diperbarui: 17 Oktober 2023   03:52 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

PEMBUKTIAN KEBERADAAN TENTANG KONSEP TUHAN

PEMULIS: Lalu Ferdi Alamsyah

Dalam pembahasaan tentang keberadaan yang berdasarkan dalam sifat definisi bahwasannya. keberadaan ialah sebuah konsep yang "ada" dalam diri  manusia  merajut dalam ranah ruang lingkup penciptaan gagasan manusia di ranah Filsafat.

Pembahasaan ini saya sebagai penulis akan berusaha mempersatukan konsep ada dengan konsep adanya Tuhan. Beberapa pernyataan sejarah juga pernah di singgung oleh seorang filsuf besar yang bersanama Karl Marx yang mengatakan bahwa: "Setiap orang yang percaya kepada Tuhan pasti memiliki kelainan mental". sehingga terdapat pemikiran yang salah. Bahkan, hal ini juga penah di bahas oleh Sigmund Freud menyatakan "kalau orang yang percaya adanya Tuhan atau Pencipta adalah orang yang mengalami ilusi semata serta memilih mempercayai hal hasrat keinginan"

Maka untuk itu konsep keberadaan tuhan apakah hanya terbatas dalam ruang lingkup teks semata ?. Tentu sebagai pelajar Filsafat hal ini tertolak secara mentah, karena tidak menggunakan rasional dalam memahami konsep tersebut.

Keberadaan tentang konsep tuhan tentuya akan merujuk pada sebuah kepercayaan yang paling terdalam terhadap diri manusia, apalagi konsep itu sudah menjadi doktrin di tengah masyarakat, maka konsep yang berlandasan rasional akan sulit diterima. Pembahasaan tentang "ada" merupakan sebuah pembahasaan yang harus diterapkan dan didiskusikan dikalangan mahasiswa serta Organisasi Masyarakat. karena segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan patut harus kita tuntut dalam segi pertanyaan. 

Maka untuk menjelaskan tentang "ada" akan menimbulkan sebuah sekte-sekte kebaruan yang berupa landasan ilmu pengetahuan, yang lebih tepatnya mengkaji segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan itu sendiri, Dalam hal ini tentunya atas dasar yang lebih mendasar akan dapat terjawab dengan struktural landasan pengambilan hukum seperti Al-Qur'an,Hadits, Ijma dan Qiyas.

Ketepatan dalam berargumentasi, untuk menjelaskan yang hal diciptakan oleh Tuhan, maka harus ditegaskan pada pertanyaan yang mencakup ranah metafisik mendasar; Mengapa sesuatu itu "ada'' dan bukan sebaliknya ? ini pertanyaan dasar mengenai " mengapa kita disini" mengapa dunia disini, dan mengapa alam semesta ini "ada" dan bukan sebaliknya?. menjawab pertanyaan seperti ini dalam ranah teolog mengatakan; manusia sebenarnya tidak bertanya tentang Tuhan.

Mempertimbangkan pernyataan diatas, maka ada 4 landasan dapat menjawab mengapa sesuatu itu menjadi "ada" dianatanya:

1. Realitas hanyalah ilusi 

2. Realitas tercipta dengan sendirinya 

3. Realitas merupakan sesuatu yang sudah ada pada dirinya

Jadi, hal ini manakah yang masuk akal?. Mulai dari pertanyaan pertama " Realitas hanyalah ilusi" ? untuk menjawab pertanyaan ini kebanyakan agamawan dari timur, menciptakan pemikiran ini tentunya tidak semudah membolak telapak tangan, hal ini terjadi tentunya berabad-abad lamanya.

 Hal ini juga terbentuk dengan pernyataan seorang filsuf besar yang bernama Descartes mengatakan: " Saya berpikir, maka aku ada. Pernyataan ini juga dipertegaskan dengan pernyataan " saya berpikir, maka saya bukanlah sebuah ilusi. Kata ilusi merupakan kata yang membutuhkan sesuatu yang harus ada yang diyakini. Seperti contoh; Kita tidak akan mengetahui Enaknya berhubungan sek kalau kita tidak pernah melakukannya, hal ini membuktikan bahwa argumentasi yang tidak dapat dibantah, maka kemungkinan besar kalau Realitas hanyalah ilusi semata.

Selanjutnya "Realitas tercipta dengan sendirinya" disaat teman-teman mempelajari bidang ilmu filsafat, maka belajar tentangnya yang disalahkan dan dibenarkan akan di pertimbangkan secara analisis mendalam, artinya segala sesuatu akan memiliki kepastian terhadap sebuah definisinya, maka sebagai contoh; dari pernyataan itu, tidaklan sebuah ada kalau didahului oleh dirinya sendiri. Hal ini juga dipertegaskan bahwasannya teman - teman tidak akan merasakan sesutau " (Sakit, senang, sedih dan rasa cinta) jikalau objek pada dirinya tidak ada. Diakatakan juga oleh seorang filsuf besar yang bernama David Hume yang mengatakan "Saya tidak pernah bisa menerima betapa tidak masuk akalnya sesuatu bisa menjadi "ada"tampa adanya penyebab.

Dalam hal ini dapat kita pilih sebuah pernyataan " Realitas yang ada pada dirinya sendiri atau kekal. Atau bahkan pernyataan selanjutnya realitas yang diciptakan oleh sesuatu yang ada pada dirinya sendiri atau kekal; oleh alam semesta yang kekal atau menciptakan yang kekal. Konsep ini disimpulkan oleh Teolog abad ke-18 Jonathan Edwards yang mengatakan antaranya:

1. Sesuatu itu "Ada " 

2. Tidak "ada" itu tidak dapat diciptakan.

Maka hal ini mau tidak mau kita harus akan percaya pada yang 'kekal" kerana didasari oleh sesuatu kepercayaan tentang adanya Tuhan yang abadi. Namun atas keabadian Tuhan dan kepercayaan adanya Tuhan akan menimbulkan pertanyaan tentang kepenciptaanya; apakah dapat terbukti bahwa yang menunjukkan kalau ciptaan itu terlebih dahulu "ada" Ketimbang Pencipta? Atau sebaliknya pencipta yang terlebih dahulu "ada" ketimbang ciptaan ?

"Pertanyaan diatas akan menjadi sebuah penutup bagi penikmat konsep Tuhan dan berusaha membantu adanya Tuhan"

Seacara pengkajian dasar filsafat, bahwa hal ini dapat dijawab oleh seorang filsuf yang bernama J.S. Mill, dia meringkas dari semua pernyataan yang adanya pencipta dan ciptaan. Dia dapat menjawab dengan rasional dan beralasan bahwa, pencipta yang kekal menjadi pihak yang bertanggung jawab atas realitas yang ada saat ini rentetan logisnya sehingga dapat menimbulkan sebuah konsep diantaranya:

Sesuatu itu" ada"

Teman-teman tidak akan memperoleh sesuatu dari yang sebelumya tidak "ada" menjadi "ada"

Krena itu, dibutuhkan sesuatu atau seseorang yang kekal untuk ada sebelumnya 

Hanya dua opsi yaitu: Alam yang kekal atau pencipta yang kekal

Ilmu pengetahuan dan filsafat tidak adapat dibuktikan keberadaan " alam semesta y

ang kekal"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun